backup og meta

Trauma Healing, Cara Efektif untuk Sembuhkan Luka Batin

DefinisiTujuanMetodeJenis terapi

Hampir setiap orang memiliki trauma, baik itu ringan atau berat. Salah satu upaya memulihkan luka batin adalah dengan melakukan trauma healing. Proses ini cukup penting agar Anda bisa bangkit dari pengalaman traumatis dan kembali menjalani hidup dengan lebih tenang.

Trauma Healing, Cara Efektif untuk Sembuhkan Luka Batin

Apa itu trauma healing?

Trauma healing adalah proses pemulihan luka batin yang dilakukan untuk mengatasi dampak emosional akibat trauma psikologis

Pemulihan dapat dilakukan sendiri, bersama orang terdekat, atau dengan bantuan profesional, tergantung pada keparahan trauma dan kondisi emosional seseorang.

Trauma psikologis sendiri merupakan respons emosional terhadap peristiwa mengejutkan dan menyakitkan, seperti kekerasan, kecelakaan, bencana, atau kehilangan orang tercinta.

Dikutip dari Cleveland Clinic, sebanyak 5–10% orang yang memiliki pengalaman traumatis lebih mungkin mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD), ketika kondisinya tidak segera ditangani.

Oleh karena itu, trauma healing menjadi langkah penting untuk mengembalikan keseimbangan emosional dan mencegah dampak jangka panjang pada kesehatan mental.

Tujuan trauma healing

psikoterapi suportif

Tujuan dari trauma healing ialah membantu Anda memulihkan keseimbangan emosional setelah mengalami kejadian traumatis.

Proses ini tidak hanya berfokus dalam mengurangi frekuensi dan intensitas trauma, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup pengidapnya secara keseluruhan.

Berikut ini adalah beberapa manfaat trauma healing yang dapat Anda rasakan.

  • Mengurangi gejala fisik dan psikologis akibat trauma, misalnya kelelahan, sakit kepala, gangguan tidur, rasa mati rasa, hingga menurunya produktivitas.
  • Mencegah gangguan mental dalam jangka panjang, seperti PTSD, depresi, gangguan kecemasan, dan kecanduan.
  • Menumbuhkan kembali rasa aman dan kepercayaan diri dari pengidap trauma.
  • Meningkatkan kemampuan koping (coping skill) untuk menghadapi tekanan.
  • Memperbaiki hubungan dengan orang lain yang terdampak oleh trauma.

Metode trauma healing

Trauma healing dilakukan oleh psikolog atau psikiater melalui terapi psikologi (psikoterapi). Hal ini melibatkan berbagai metode, tergantung dari pendekatan terapi yang dilakukan.

Menyesuaikan metode dengan jenis trauma dan kondisi pasien sangat penting untuk hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa metode yang umum dilakukan.

  • Imaginal exposure: mengarahkan pasien untuk membayangkan dan menceritakan ulang memori trauma secara terperinci di bawah bimbingan terapis.
  • In-vivo exposure: membantu pasien agar lebih mampu menghadapi situasi, tempat, atau objek yang berhubungan dengan traumanya secara bertahap.
  • Written account: menulis kronologi dari kejadian traumatis yang dialami, selanjutnya dibaca dan didiskusikan bersama terapis untuk memproses emosi yang terkait.
  • Cognitive restructuring: membantu pasien dalam mengenali dan menantang pikiran negatif terkait trauma, lalu memproses dan membangun pola pikir yang lebih positif.
  • Impact statement: menuliskan hal-hal yang dipercaya pasien menjadi alasan kenapa kejadian traumatis terjadi dan pengaruhnya dalam kehidupan pasien.

Macam-macam terapi trauma healing

psikoterapi

Dalam dunia psikologi, ada sejumlah pendekatan terapi yang digunakan untuk trauma healing.

Pemilihan terapi akan bergantung pada jenis trauma, usia, kondisi emosional, serta kebutuhan masing-masing pasien. Berikut ini adalah beberapa terapi psikologis yang umum dilakukan.

1. Trauma-focused cognitive behavioral therapy

Trauma-focused cognitive behavioral therapy (TF-CBT) adalah bentuk khusus dari terapi perilaku kognitif yang dirancang untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa dengan trauma. 

Terapi ini dapat mencakup edukasi mengenai trauma, pelatihan keterampilan koping, dan teknik relaksasi untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat akibat trauma.

TF-CBT akan melibatkan dukungan orangtua atau keluarga dalam proses penyembuhan. Terapi ini efektif untuk mengurangi gejala PTSD, kecemasan, dan depresi pada anak.

2. Prolonged exposure therapy

Prolonged exposure therapy dirancang untuk membantu pasien menghadapi serta mengurangi respons ketakutan terhadap ingatan traumatis. 

Terapis mengajak pasien untuk menceritakan pengalaman traumatis secara rinci, baik itu lewat tulisan atau secara verbal, dalam suasana yang aman dan terkendali. 

Tidak hanya itu, pasien juga secara bertahap dihadapkan pada situasi, tempat, atau objek yang yang dihindari akibat trauma.

Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam menghadapi pemicu trauma tanpa rasa takut berlebihan.

3. Eye movement desensitization and reprocessing

Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) membantu pasien memproses ulang ingatan traumatis melalui gerakan mata yang terkoordinasi. 

Terapi ini bisa dimulai dengan mengidentifikasi trauma serta pemicunya, lalu melakukan proses desensitisasi menggunakan gerakan mata secara berirama yang dipandu oleh terapis. 

Proses ini diyakini membantu otak memindahkan ingatan traumatis dari pusat emosi ke bagian otak yang lebih rasional. Dengan begitu, emosi negatif yang terkait trauma akan berkurang. 

4. Cognitive processing therapy

Cognitive processing therapy (CPT) dapat membantu pasien mengidentifikasi, menantang, dan mengubah pikiran negatif yang muncul akibat pengalaman traumatis.

Contoh kegiatan trauma healing dalam terapi ini berupa menulis narasi tentang trauma, diskusi dengan terapis, dan latihan berpikir ulang (reframing) agar pasien mampu memproses ulang peristiwa traumatis secara lebih rasional.

5. Group therapy

Group therapy alias terapi kelompok diikuti oleh beberapa pasien yang mengalami jenis trauma serupa, seperti perundungan, kekerasan, bencana, atau dukacita. 

Dengan difasilitasi oleh terapis, pasien bisa berbagi pengalaman, strategi koping, dan dukungan emosional.

Rasa kebersamaan dalam terapi ini penting untuk proses pemulihan mental. Pendekatan ini bertujuan supaya pasien tidak merasa sendirian dalam menghadapi traumanya.

Selain melakukan terapi untuk trauma healing, pasien juga akan diarahkan untuk menerapkan self-care atau kebiasaan perawatan diri yang konsisten. 

Istirahat cukup, makan bergizi, rutin berolahraga, serta meluangkan waktu untuk aktivitas yang menyenangkan dapat membantu memperkuat ketahanan mental. 

Tidak kalah penting, memiliki support system, seperti keluarga, sahabat, atau pasangan, dapat memberikan dukungan yang sangat berarti selama proses pemulihan dari trauma.

Kesimpulan

  • Trauma healing adalah proses pemulihan luka batin yang disebabkan oleh pengalaman traumatis, seperti perundungan, kekerasan, dukacita, atau bencana.
  • Beberapa terapi yang umum dilakukan untuk mengatasi trauma seperti TF-CBT, EMDR, CPT, prolonged exposure therapy, dan group therapy.
  • Selain melalui terapi, dukungan orang terdekat dan kebiasaan perawatan diri yang baik, juga penting agar proses pemulihan trauma berjalan optimal.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Trauma. (n.d.). Australian Psychological Society. Retrieved July 15, 2025, from https://psychology.org.au/for-the-public/psychology-topics/trauma

Types of trauma & how to heal. (2023). Cleveland Clinic. Retrieved July 15, 2025, from https://health.clevelandclinic.org/how-to-heal-from-trauma

PTSD (post-traumatic stress disorder). (2023). Cleveland Clinic. Retrieved July 15, 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9545-post-traumatic-stress-disorder-ptsd

EMDR therapy: What it is, procedure & effectiveness. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved July 15, 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22641-emdr-therapy

Psychotherapy: Understanding group therapy. (2019). American Psychological Association. Retrieved July 15, 2025, from https://www.apa.org/topics/psychotherapy/group-therapy

Philippi, C. L., Dahl, G., Jany, M., & Bruce, S. E. (2019). Impact Statement Coding of Self-Related Thought in Women With Posttraumatic Stress Disorder. Journal of traumatic stress, 32(2), 269–276. https://doi.org/10.1002/jts.22386

Porter, E., Romero, E. G., & Barone, M. D. (2018). Description and Preliminary Outcomes of an In Vivo Exposure Group Treatment for Posttraumatic Stress Disorder. Journal of traumatic stress, 31(3), 410–418. https://doi.org/10.1002/jts.22285

Müller-Engelmann, M., & Steil, R. (2017). Cognitive restructuring and imagery modification for posttraumatic stress disorder (CRIM-PTSD): A pilot study. Journal of behavior therapy and experimental psychiatry, 54, 44–50. https://doi.org/10.1016/j.jbtep.2016.06.004

Sloan, D. M., Lee, D. J., Litwack, S. D., Sawyer, A. T., & Marx, B. P. (2013). Written exposure therapy for veterans diagnosed with PTSD: a pilot study. Journal of traumatic stress, 26(6), 776–779. https://doi.org/10.1002/jts.21858

Versi Terbaru

25/07/2025

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Mengenal Penyebab dan Gejala Trauma PTSD pada Anak

5 Cara Menghilangkan Trauma setelah Diselingkuhi


Ditinjau oleh Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi. · Psikologi · None · Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Diperbarui 25/07/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan