Bagi penggemar film barat atau pencinta buku asing, istilah Ripley syndrome mungkin pernah Anda dengar. Kondisi ini ternyata merupakan salah satu bentuk gangguan mental.
Apa itu sindrom Ripley dan seperti apa ciri-cirinya? Berikut ulasan lengkapnya!
Apa itu Ripley syndrome?
Ripley syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang yang mirip dengan Tom Ripley. Lalu, siapa itu Tom Ripley?
Tom Ripley adalah karakter fiksi dari novel karangan Patricia Highsmith yang berjudul The Talented Mr. Ripley.
Tokoh ini digambarkan dengan kepribadian suka berbohong, kurang berempati, dan narsistik (mencintai diri sendiri secara berlebihan).
Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam International Journal of Scientific Research (2020), sosok Tom Ripley dianggap memiliki gangguan mental yang disebut gangguan kepribadian antisosial atau dikenal juga dengan sosiopati.
Orang dengan masalah mental ini cenderung melakukan penyimpangan dari norma yang berlaku, mengabaikan hak, dan perasaan orang lain.
Lambat laun, sikap dan perilakunya ini berpotensi membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
Gejala Ripley syndrome
Orang yang mengidap sindrom Ripley biasanya menunjukkan gejala sebagai berikut.
- Suka berbohong untuk mengambil keuntungan dari orang lain.
- Tidak peka, kurang empati, dan tidak menghormati orang lain.
- Mengabaikan hal yang benar dan salah sehingga kerap melakukan tindakan kriminal.
- Menggunakan pesona atau kecerdasan untuk memanipulasi orang lain demi keuntungan atau kesenangan pribadi.
- Sering memicu permusuhan, bersikap agresif, kasar, dan mengancam orang lain.
- Merasa superior dalam berbagai hal dan sangat keras kepala.
- Tidak merasa bersalah karena merugikan orang lain.
- Melakukan hal-hal yang berbahaya tanpa memperhatikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
- Gagal memenuhi tanggung jawab pekerjaan atau keuangan.
Gejala sindrom Ripley di atas biasanya ditunjukkan oleh orang dewasa. Sementara pada masa anak-anak atau remaja, orang dengan gangguan mental ini dapat menunjukkan tanda-tanda berupa:
- kekerasan pada hewan,
- perilaku merusak barang secara sengaja,
- sering berbohong, dan
- melakukan pencurian.
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda mendapati anggota keluarga atau teman Anda kerap menunjukkan perilaku yang meresahkan orang di sekitarnya, coba ajaklah ia untuk melakukan konsultasi ke psikolog.
Orang dengan Ripley syndrome cenderung tidak percaya bahwa mereka membutuhkan bantuan medis.
Namun, mereka mungkin memeriksakan diri ke dokter karena mengalami depresi, kecemasan, atau ledakan amarah.
Selain itu, beberapa dari mereka mungkin juga ingin berhenti dari adiksi (kecanduan) terhadap obat-obatan terlarang atau alkoholisme.
Penyebab Ripley syndrome
Hingga kini, penyebab sindrom Ripley tidak diketahui secara pasti. Namun, beberapa ahli sepakat bahwa ada faktor gen dan fungsi otak yang memengaruhi kepribadian seseorang menjadi antisosial.
Kepribadian sendiri merupakan kombinasi pikiran, emosi, dan perilaku yang menjadikan setiap orang unik.
Di samping itu, kepribadian juga menjadi cara orang memandang, memahami, dan berhubungan dengan dunia luar, serta cara mereka memandang diri mereka sendiri.
Faktor risiko Ripley syndrome
Siapa pun dapat mengalami gangguan kepribadian antisosial. Namun, faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko Ripley syndrome.
- Terdiagnosis mengalami gangguan perilaku pada masa kanak-kanak.
- Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kepribadian atau masalah mental lainnya.
- Pernah mengalami trauma psikologis, seperti penelantaran atau pelecehan di masa kecil.
- Kondisi keluarga yang tidak stabil atau penuh kekerasan.
Diagnosis Ripley syndrome
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin tidak memberikan gambaran akurat tentang gejalanya.
Kunci dalam mendiagnosis adalah bagaimana orang tersebut berhubungan dengan orang lain. Oleh karenanya, diagnosis akan melibatkan keluarga dan teman pasien.
Diagnosis gangguan kepribadian antisosial biasanya didasarkan pada hal berikut.
- Pemeriksaan kesehatan mental yang mencakup wawancara tentang pikiran, perasaan, hubungan, pola perilaku, dan riwayat keluarga.
- Gejala yang dialami oleh pasien selama ini.
- Riwayat pribadi dan medis.
Pengobatan Ripley syndrome
Melansir situs Mayo Clinic, gangguan kepribadian dianggap sebagai kondisi yang bertahan seumur hidup.
Namun, pada beberapa orang, gejala-gejala ekstrem seperti perilaku destruktif dan kriminal dapat berkurang seiring berjalannya waktu.
Tidak jelas apakah penurunan ini dipengaruhi oleh dampak penuaan terhadap pikiran dan tubuh mereka, peningkatan kesadaran akan dampak perilaku antisosial terhadap kehidupan mereka, atau faktor lainnya.
Secara garis besar, pengobatan untuk sindrom Ripley adalah sebagai berikut.
1. Psikoterapi
Perawatan psikoterapi berupa terapi bicara dapat membantu menangani kemarahan dan kekerasan, pengobatan untuk masalah alkohol atau obat-obatan, dan pengobatan untuk kondisi kesehatan mental lainnya.
Meski begitu, terapi bicara tidak selalu efektif. Terutama jika gejalanya parah dan pasien tidak menyadari bahwa kondisinya dapat menyebabkan masalah serius.
2. Obat-obatan
Tidak ada obat yang secara khusus disetujui badan pengawas obat makanan yang berbasis di Amerika (FDA) maupun di Indonesia (BPOM RI) untuk mengobati Ripley syndrome.
Oleh karena itu, dokter mungkin meresepkan obat untuk menangani gejala yang dialami pasien, seperti kecemasan, depresi, dan agresi.
Perawatan rumahan untuk Ripley syndrome
Selain pengobatan dokter, perawatan di rumah juga perlu dilakukan. Berikut beberapa perawatan yang perlu Anda ikuti.
- Menghentikan penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol.
- Melakukan latihan pernapasan, yoga, atau meditasi untuk mengatasi kecemasan.
- Terhubung dengan keluarga, teman, atau komunitas yang berisi orang dengan kondisi yang sama.
- Terapkan perilaku hidup sehat, seperti menerapkan pola makan yang sehat, olahraga, dan cukup tidur.
Ripley syndrome adalah kondisi mental yang dapat berdampak pada pengidapnya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganannya adalah bagaimana cara membedakan gejalanya dengan masalah kepribadian yang lain.
Maka dari itu, Anda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahlinya supaya mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.