Jenis kelamin biologis dan gender merupakan dua hal yang berbeda. Ketika seseorang merasa bahwa identitas gender yang ia jalani tidak sesuai dengan jenis kelamin biologisnya yang ditentukan sejak lahir, ini dapat menandakan suatu kondisi yang disebut gender dysphoria.
Apa itu gender dysphoria?
Gender dysphoria (disforia gender) adalah suatu kondisi ketika seseorang mengalami ketidaknyamanan atau rasa tertekan karena ada ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dengan identitas gender mereka. Kondisi ini sebelumnya dikenal sebagai gangguan identitas gender.
Jenis kelamin biologis seseorang saat lahir ditentukan dari penampilan alat genitalianya. Namun, identitas gender adalah jati diri jenis kelamin yang dipercaya dan diyakini oleh individu tersebut.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki penis dan karakteristik fisik lainnya yang mewakili laki-laki umumnya akan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang pria.
Walaupun jenis kelamin biologis dan identitas gender seseorang bisa selaras bagi kebanyakan orang, hal ini tidak berlaku pasti bagi yang lain.
Beberapa orang mungkin memiliki ciri karakteristik fisik laki-laki, tapi merasa dan meyakini dirinya adalah seorang perempuan.
Sementara yang lainnya mungkin merasa sebagai keduanya atau tidak merasa bahwa mereka 100% laki-laki atau perempuan saja (terlepas dari penampilan fisiknya). Hal ini dikenal dengan istilah genderqueer.
Menurut National Health Service, tidak diketahui persis seberapa banyak orang yang mengalami disforia gender. Pasalnya, banyak orang yang mengalami kondisi ini tidak pernah dan/atau bisa mencari bantuan.
Tanda dan gejala gender dysphoria
Gender dysphoria dapat didiagnosis dengan mengacu buku panduan psikiatri Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Berikut karakteristik yang ditunjukkan seseorang dengan gangguan ini.
- Ada perbedaan yang nyata antara gender yang ia sendiri yakini dan gender yang dipersepsikan orang lain.
- Pertentangan jenis kelamin dan gender berkelanjutan setidaknya selama enam bulan.
- Pada anak, keinginan untuk mengubah gender harus nyata dan tampak, serta diutarakan langsung dari individu tersebut.
- Adanya keinginan gigih untuk hidup dan diperlakukan seperti gender yang ia yakini dan menghilangkan dan/atau mengubah karakteristik seksual mereka.
- Adanya keyakinan kuat bahwa mereka memiliki perasaan, pola tingkah laku, dan reaksi umum dari gender yang berseberangan dari dirinya.
Keinginan dan keyakinan nyata yang dimaksud di atas bukan hanya keinginan untuk mendapatkan keuntungan sosial dan budaya dari jenis kelamin yang berbeda.
Keinginan tersebut datang dari dalam diri atas dasar kepercayaan bahwa mereka tidak seharusnya berada dalam kelompok jenis kelamin tertentu.
Mereka juga menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dari gender yang berseberangan.
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda, anak Anda, atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda yang telah disebutkan, jangan ragu untuk meminta bantuan.
Rasa tidak nyaman yang timbul secara perlahan bisa menurunkan kualitas hidup dan mengganggu kesehatan mental sehingga perawatan sangatlah dibutuhkan.
Penyebab gender dysphoria
Disforia gender adalah suatu kondisi medis nyata yang diakui oleh American Psychiatric Assocation, dan pada kasus tertentu diperlukan pengobatan medis. Akan tetapi, gender dysphoria bukanlah penyakit mental.
Sejumlah studi menyebutkan bahwa kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh ketidakselarasan kerja otak, tapi juga penyebab biologis yang terkait dengan perkembangan identitas gender sebelum kelahiran.
Disforia gender mungkin disebabkan oleh suatu kondisi medis langka, seperti hiperplasia adrenal bawaan (congenital adrenal hyperplasia/CAH) atau kondisi interseks (dikenal juga sebagai hermaphroditism).
Pada CAH, janin perempuan memiliki kelenjar adrenalin yang meproduksi hormon seks pria dalam kadar tinggi.
Hal ini membuat vagina membengkak sehingga bisa terjadi kesalahpahaman bahwa bayi berjenis kelamin laki-laki.
Sementara itu, interseks atau hermafroditisme adalah kondisi langka ketika bayi lahir dengan dua alat kelamin, yaitu vagina dan penis.
Komplikasi gender dysphoria
Disforia gender dapat menyebabkan tekanan atau depresi dalam aspek sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang lainnya yang bisa menghambat kualitas hidup individu.
Orang-orang dengan disforia gender sering disibukkan dengan penampilan, terutama pada awal transisi ke hidup dengan gender “baru”-nya.
Hubungan dengan orangtua juga mungkin akan sangat terganggu. Tidak jarang pula transgender atau orang-orang dengan kondisi ini menerima pengasingan dari keluarga dan teman.
Ketidakcocokan antara jenis kelamin dan identitas gender yang dialami oleh seseorang pengidap gender dysphoria dapat menyebabkan stres, gangguan kecemasan, dan depresi berkepanjangan.
Usaha bunuh diri serta penyalahgunaan zat dan obat terlarang yang berakhir dengan kecanduan juga merupakan masalah umum yang dialami oleh pengidap disforia gender dan/atau transgender.
Diagnosis gender dysphoria
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan lebih dahulu meminta pasien menjalani serangkaian tes kesehatan seperti berikut ini.
1. Evaluasi kesehatan perilaku
Dokter akan mengevaluasi pasien untuk mengonfirmasi ketidaksesuaian identitas gender dan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir.
Selain itu, dokter juga mengevaluasi dampak stigma yang melekat pada ketidaksesuaian gender terhadap kesehatan mental Anda serta dukungan apa yang Anda dapatkan dari keluarga dan teman.
2. Diagnosis dengan panduan DSM-5
Dokter akan menggunakan kriteria untuk disforia gender yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
Pengobatan gender dysphoria
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gangguan yang dialami oleh pasien dan keinginan pasien itu sendiri. Pilihan pengobatan meliputi perawatan berikut ini.
1. Terapi medis
Ada dua jenis terapi medis untuk mengatasi disforia gender, yaitu terapi hormon dan operasi. Terapi hormon meliputi hormon feminisasi atau terapi hormon maskulinisasi.
Selain itu, ada pula operasi feminisasi atau operasi maskulinisasi untuk mengubah payudara atau dada, alat reproduksi, fitur wajah, dan pembentukan tubuh.
Perawatan didasarkan pada tujuan pasien, evaluasi risiko dan manfaat penggunaan obat, adanya kondisi lain, serta pertimbangan masalah sosial dan ekonomi pasien.
2. Terapi perilaku
Perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis, kualitas hidup, dan pemenuhan diri pasien.
Terapi perilaku tidak dimaksudkan untuk mengubah identitas gender, tapi membantu pasien mengeksplorasi masalah gender dan menemukan cara untuk mengurangi gejala atau dampak negatif yang ia alami.
Tujuan dari pengobatan ini yaitu membantu transgender dan individu dengan gender yang tidak sesuai menjadi nyaman dengan ekspresi identitas gender mereka.
Terapi ini juga memungkinkan kesuksesan dalam hubungan, pendidikan dan pekerjaan, serta membantu mengatasi masalah kesehatan mental lainnya.
Kesimpulan
- Gender dysphoria adalah suatu kondisi ketika seseorang mengalami ketidaknyamanan atau rasa tertekan karena ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dengan identitas gendernya.
- Ciri utamanya adalah adanya perbedaan yang nyata antara gender yang diyakini sendiri dan gender yang dipersepsikan orang lain.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh ketidakselarasan kerja otak, hiperplasia adrenal bawaan, dan interseks.
- Penanganannya meliputi terapi medis (terapi hormon dan operasi) serta terapi perilaku.