Beban yang diakibatkan oleh trauma psikologis dapat terus terkumpul dan terbawa dalam hidup Anda. Beban inilah yang kerap kali disebut sebagai emotional baggage.
Jika terus diabaikan, beban ini tentu akan makin berat sehingga dampaknya makin terasa. Yuk, simak beberapa tips terlepas dari beban emosional di bawah ini!
Apa itu emotional baggage?
Emotional baggage merujuk pada pengalaman emosional yang belum terselesaikan dan masih terbawa hingga ke masa sekarang.
Untuk memahami kondisi ini, coba bayangkan bahwa tiap pengalaman, baik itu suka atau duka, Anda kumpulkan seperti barang-barang yang dimasukkan ke dalam koper.
Apabila Anda tidak memeriksa dan merapikannya secara berkala, koper ini bisa terasa sangat berat sehingga akan menghambat perjalanan Anda.
Seperti membawa koper yang terlalu berat, beban emosional akan memengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk menimbulkan masalah kesehatan mental dan fisik.
Itu sebabnya, penting untuk menyelesaikan dan melepaskan emosi yang “terperangkap” agar Anda bisa bertumbuh serta menjalani hidup dengan lebih bebas.
Penyebab emotional baggage
Emotional baggage umumnya melibatkan emosi negatif, seperti kesedihan, amarah, ataupun rasa tidak aman, yang muncul setelah mengalami peristiwa traumatis.
Di sisi lain, beban emosional ini juga muncul akibat dari pengalaman positif yang belum terselesaikan. Hal ini dapat membentuk harapan dengan cara yang tidak sehat.
Berikut ini adalah beberapa jenis trauma yang berpotensi menjadi penyebab beban emosional.
- Kekerasan. Tindakan kekerasan, baik fisik, mental, seksual, atau verbal, meninggalkan bekas sehingga korbannya mungkin sulit percaya pada orang lain dan membangun hubungan yang baik.
- Penelantaran anak. Pengalaman negatif ketika masa kanak-kanak, seperti pengabaian akibat konflik keluarga, bisa menimbulkan luka mendalam yang terbawa hingga dewasa.
- Perpisahan atau kehilangan. Putus cinta, kehilangan orang yang dicintai, atau dipecat dari pekerjaan terasa sangat menyakitkan. Perasaan duka yang tidak dikelola dengan baik bisa berubah menjadi emotional baggage.
- Hubungan toksik. Terjebak di dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship, baik dengan pasangan, keluarga, atau teman, dapat menimbulkan rasa tidak aman, tidak dicintai, dan tidak berharga.
- Kegagalan. Rasa sakit yang muncul saat membuat kesalahan bisa menjadi beban yang berat sehingga menyebabkan harga diri rendah, ketakutan untuk mengambil risiko, dan kesulitan untuk memaafkan diri sendiri.
Apakah normal untuk memiliki emotional baggage?
Tanda dan gejala emotional baggage
Tiap pengalaman hidup yang Anda lewati akan membawa beban emosional. Namun, terkadang hal-hal ini akan terasa sangat berat dan mulai membebani hidup Anda.
Sebelum berusaha mencari cara untuk melepaskan dari dari emotional baggage, simak dahulu ciri-cirinya berikut ini.
- Rasa takut berlebihan akan kembalinya trauma masa lalu.
- Memiliki trust issue atau kesulitan dalam membuka diri dan mempercayai orang lain.
- Takut untuk berkomitmen sehingga tidak mampu menjalin hubungan yang sehat.
- Lebih memilih sendiri dan menghindari interaksi sosial.
- Melakukan self-talk negatif dengan terus-menerus mengkritik diri sendiri.
- Sering kali melampiaskan perasaan marah dengan emosi yang meledak-ledak.
- Perilaku kompulsif, misalnya makan berlebihan hingga menggunakan obat terlarang.
- Mengalami gejala fisik, seperti kelelahan dan sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya.
Tips agar terlepas dari beban emosional
Saat koper terlalu berat, Anda harus membuka koper, memilah barang-barang yang tidak perlu, dan memasukkannya kembali agar bawaan lebih ringan. Ini tentu memakan waktu, kan?
Hal yang sama juga berlaku untuk mengatasi beban emosional. Proses ini dapat jadi suatu hal yang menantang sehingga dibutuhkan waktu lebih untuk melakukannya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk melepaskan emotional baggage.
1. Lakukan refleksi diri
Langkah awal yang perlu dilakukan yakni mengakui bahwa Anda membawa beban emosional.
Pahami juga bagaimana beban ini menimbulkan dampak pada pikiran, perasaan, dan perilaku Anda dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, lakukanlah refleksi diri. Cobalah berkaca kembali untuk melihat dan merenungkan pengalaman masa lalu yang bisa menjadi sumber beban Anda.
2. Ubah pola pikir
Pahami bahwa setiap orang pasti pernah disakiti atau diperlakukan buruk. Berfokus pada pola pikir yang optimis akan membantu membentuk pandangan hidup yang lebih baik.
Alihkan pikiran negatif dengan afirmasi positif. Ucapkan kata-kata positif berulang kali di dalam pikiran Anda, misalnya, “Sudah cukup memikirkan masa lalu, sekarang waktunya move on!”
3. Terapkan teknik relaksasi
Melakukan teknik relaksasi secara rutin, misal dengan latihan pernapasan dan meditasi, dapat membantu menurunkan tingkat stres dan mengelola emosi yang sulit.
Tidak hanya dengan teknik relaksasi, Anda juga mampu melepaskan beban emosional dengan menulis jurnal harian, mendengarkan musik menenangkan, atau melakukan hobi.