Berdasarkan data terakhir dari Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pecandu narkoba di Indonesia saat ini kurang lebih mencapai enam juta orang. Dengan begitu banyaknya orang yang menggunakan narkoba, Anda mungkin bertanya-tanya “Mengapa mereka melakukannya?”. Setiap orang sebenarnya bisa kecanduan akan sesuatu hal. Entah itu kecanduan makanan, bekerja, bermain video games, alkohol, seks, belanja, bahkan narkoba.
Sebelum mengetahui alasan-alasan yang mungkin membuat seseorang menjadi pecandu narkoba, ada baiknya Anda pahami dulu bagaimana kecanduan bisa terjadi.
Kecanduan berbeda dengan kebiasaan
Kecanduan adalah kondisi yang membuat seseorang kehilangan kendali atas apa yang ia lakukan, gunakan atau konsumsi terhadap suatu hal yang mereka jadikan candu. Hilang kontrol ini bisa disebabkan oleh berbagai hal dan terjadi pada waktu yang lama.
Kecanduan berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Ketika Anda terbiasa melakukan sesuatu, misalnya mandi dua kali sehari, Anda bisa menghentikannya kapan saja sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu, juga mengikuti keinginan pribadi baik secara sadar maupun tidak — rasa malas, kedinginan, terjebak kesibukan lain, dan seterusnya.
Tapi tidak dengan kecanduan. Kecanduan membuat Anda benar-benar kehilangan kontrol diri sehingga susah dan/atau tidak mampu untuk menghentikan perilaku tersebut, terlepas dari segala upaya yang dilakukan untuk menghentikannya. Hilangnya kontrol ini membuat seorang pecandu cenderung melakukan berbagai cara untuk dapat menuntaskan hasrat akan candunya, tak peduli akan konsekuensi dan risikonya.
Kecanduan yang dimiliki seseorang lama kelamaan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatannya, terutama kesehatan psikologis. Bukan tidak mungkin kecanduan menyebabkan perubahan kepribadian, karakteristik, perilaku, kebiasaan, hingga bahkan fungsi otak.
Apa yang menyebabkan kecanduan?
Kecanduan merupakan suatu proses yang rumit. Tapi, satu hal yang dapat menyebabkan kecanduan adalah gangguan produksi hormon dopamin. Dopamin adalah hormon pembuat bahagia yang dilepaskan otak dalam jumlah banyak saat Anda menemukan atau mengalami suatu hal yang membuat Anda senang dan puas, entah itu makanan enak, hubungan seks, menang judi, hingga obat-obatan zat yang menimbulkan efek ketergantungan seperti alkohol dan rokok.
Apabila kadar dopamin yang dihasilkan oleh otak masih dalam batas normal, maka hal tersebut tidak akan menyebabkan kecanduan. Tetapi saat Anda mengalami kecanduan, objek yang membuat Anda kecanduan tersebut merangsang otak menghasilkan dopamin yang berlebihan.
Narkoba memanipulasi kerja hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab mengatur emosi dan suasana hati si pemilik tubuh. Narkoba membuat penggunanya merasa sangat bahagia, bersemangat, percaya diri, hingga ‘teler’. Ini adalah akibat dari jumlah dopamin yang dilepaskan otak di luar batas toleransi. Efek membahagiakan ini akan membuat tubuh secara otomatis mengidam, sehingga membutuhkan penggunaan obat yang berulang dan dalam dosis yang lebih tinggi lagi demi memuaskan kebutuhan akan kebahagiaan ekstrem tersebut. Penyalahgunaan obat dan zat terlarang yang berkepanjangan akan merusak sistem dan sirkuit reseptor motivasi dan penghargaan otak, menyebabkan kecanduan.
Apa alasan seseorang menjadi pecandu narkoba?
Ada beberapa faktor tertentu yang menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami kecanduan, misalnya genetik, trauma fisik maupun psikologis, riwayat gangguan mental, hingga sifat impulsif. Di samping itu, ada berbagai hal lainnya yang dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk mulai menggunakan narkoba, dan pada akihrnya mengalami kecanduan. Berikut ulasannya.
Pengaruh lingkungan
Lingkungan juga memainkan peran penting dalam kemunculan kecanduan seseorang. Salah satu alasan paling umum mengapa seseorang tergoda mencoba menggunakan narkoba dari pengaruh luar diri, baik secara langsung maupun tidak langsung — terutama orang yang sering mereka temui atau idolakan, termasuk orangtua, teman, kakak, hingga bahkan selebritis. Kita hidup di era dimana penggunaan narkoba dibicarakan secara terbuka dan bahkan dipromosikan oleh orang-orang penting. Ini yang kemudian memengaruhi rasa ingin tahu dan memicu keinginan untuk mencoba-coba.
Rasa penasaran
Keingintahuan merupakan salah satu insting alami manusia. Banyak remaja yang menjadi pecandu narkoba karena diawali oleh eksperimen dengan obat-obatan dan alkohol atas dasar rasa penasaran seperti apa rasanya. Banyak remaja yang meski mereka tahu bahwa narkoba itu buruk, mereka tidak percaya hal tersebut akan terjadi pada dirinya sehingga memutuskan nekat untuk coba-coba. Ada juga yang menggunakan narkoba untuk mendapatkan pengakuan status sosialnya, juga untuk merasakan pengalaman yang sama dengan teman-temannya.
Kecanduan karena tidak disengaja
Beberapa obat pereda nyeri sangat mudah untuk disalahgunakan berkat efeknya yang “membius”, bahkan pada kasus yang tidak disengaja sekalipun. Salah satunya adalah obat golongan opiat. Pada awalnya opiat (misalnya seperti oxycodone, percocet, vicodin, atau fentanyl) diresepkan dokter untuk mengatasi rasa sakit luar biasa. Obat-obatan opium memang sangat efektif untuk mengatasi rasa sakit yang tidak tertahankan, misalnya selama terapi kanker atau perawatan pasca-pembedahan.
Ada juga yang menggunakan ekstasi untuk menghilangkan gejala cemas berlebihannya dalam situasi sosial tertentu. Namun seiring berjalannya waktu, tubuh dapat mengembangkan toleransi terhadap efek obat ini, sehingga beberapa orang cenderung untuk meningkatkan dosisnya tanpa seizin dokter. Ini yang menyebabkan mereka lambat laun secara tidak sengaja bergantung pada obat tersebut.
Kecanduan karena pilihan
Banyak dari kita yang secara sengaja menikmati zat yang dapat membuat ketagihan, seperti alkohol atau nikotin dari rokok. Pada kebanyakan orang, kegemaran minum alkohol tidak sampai menyebabkan kecanduan karena mereka berhasil untuk menyeimbangkan atau mengendalikan diri dan mencari alternatif kesenangan lainnya, seperti menghabiskan waktu bersama keluarga atau melakukan hobi lainnya.
Beberapa orang memutuskan untuk menyalahgunakan obat resep untuk penderita ADHD, seperti Adderall, untuk membantu mereka lebih konsentrasi belajar atau menurunkan berat badan.
Seseorang yang rentan mengalami kecanduan cenderung merasakan sensasi peningkatan dopamin yang paling kuat ketika mereka mencoba hal yang memicunya untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, mungkin sulit bagi mereka untuk mempertahankan keseimbangan itu di kali lain dan memilih untuk memuaskan hasratnya dengan kembali menggunakan candu tersebut.
Pecandu narkoba harus kita tolong
Banyak dari kita yang harus merenungkan kembali mengenai masalah kecanduan. Kita biasanya mengaitkan kecanduan dengan lemahnya iman dan pengendalian diri. Namun, alasan sebenarnya di balik keputusan mereka untuk menggunakan narkoba jauh lebih kompleks dari hanya sekadar rusaknya moral.
Kurangnya pemahaman tentang apa yang menjadi faktor risiko dan penyebab seseorang menjadi pecandu narkoba membuat banyak orang terbutakan oleh prasangka. Seseorang yang jatuh dalam jerat candu tidak berdaya untuk mengendalikan hasrat dan perilakunya. Itulah sebabnya mengapa orang yang sedang berusaha lepas dari kecanduan perlu mendapatkan dukungan dan kasih sayang, bukan dikucilkan atau dihakimi.