backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tes Urine Narkoba

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Tes Urine Narkoba

    Tes urine narkoba sering kali dilakukan pihak berwenang untuk mengidentifikasi orang-orang yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Selain itu, tes ini mungkin juga akan Anda jalani saat mengikuti seleksi masuk kerja. Apa tujuannya? Lalu, bagaimana prosedurnya?

    Tes urine narkoba dan tujuannya

    Tes urine narkoba adalah pemeriksaan untuk mengetahui keberadaan kandungan obat-obatan terlarang maupun obat lainnya di dalam urine.

    Pemeriksaan urine untuk mengecek kadar narkoba dinamakan tes toksikologi atau skrining toksikologi.

    Setidaknya ada sekitar 30 jenis obat-obatan berbeda yang dapat dideteksi melalui skrining toksikologi dalam satu kali tes. 

    Jenis obatnya pun tidak terbatas untuk golongan narkotika saja. Tes toksikologi juga dapat mendeteksi residu obat resmi untuk keperluan pengobatan medis, misalnya aspirin, vitamin, suplemen, bahkan juga dapat mendeteksi kandungan alkohol dalam darah. 

    Berikut beberapa tujuan dilakukannya tes toksikologi.

    1. Keperluan penelitian

    tes urine narkoba

    Tes dapat digunakan untuk mengetahui apakah kasus overdosis obat tertentu dapat menyebabkan gejala yang membahayakan nyawa, kehilangan kesadaran, hingga perilaku yang aneh.

    Biasanya pemeriksaan dilakukan dalam empat hari setelah obat dikonsumsi.

    2. Proses rekrutmen

    Tes toksikologi dapat dilakukan untuk mengecek penggunaan narkoba di tempat kerja atau untuk proses rekrutmen.

    Biasanya, tes ini dilakukan dalam rekrutmen pengemudi bis, pengendara taksi, hingga orang-orang yang bekerja di tempat penitipan anak.

    3. Pengobatan atau penyelamatan

    Mirip dengan poin pertama, skrining obat dalam urine dan darah dapat dilakukan pada orang-orang yang sedang menjalani rehabilitasi kecanduan narkoba atau overdosis obat.

    Tak selalu obat terlarang, tes ini juga bisa digunakan untuk mengetahui efek obat hepatotoksik (berpotensi merusak hati), misalnya paracetamol.

    4. Mendeteksi penggunaan obat-obatan ilegal pada atlet

    Hasil tes toksikologi dapat menunjukkan penggunaan obat-obatan ilegal yang bisa meningkatkan kemampuan atlet, seperti steroid.

    Prosedur tes urine untuk mendeteksi narkoba

    cek penuaan dengan tes urine

    Skrining narkoba dapat dilakukan dengan tes urine di rumah sakit atau klinik kesehatan. Cara melakukan tes ini sama seperti ketika Anda menjalani tes urine untuk penyakit tertentu. 

    Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes ini. Namun, biasanya akan ada petugas pengawasan agar Anda tidak memasukkan sesuatu atau mengutak-atik sampel urine yang dapat mengubah hasil aslinya.

    Berikut prosedur tes urine narkoba yang umum dilakukan.

    1. Cuci tangan Anda dan pastikan tangan sudah bersih ketika akan mengambil urine.
    2. Ambil wadah yang digunakan untuk menampung sampel urine. Jangan sentuh bagian dalam dari wadah dengan tangan Anda.
    3. Bersihkan alat kelamin Anda dengan tisu atau kain.
    4. Mulailah buang air kecil seperti biasa, tapi urine harus ditampung di dalam wadah steril tersebut. Pastikan wadah terisi urine sekitar 90 ml.
    5. Setelah itu, pastikan sampel urine Anda tidak terkontaminasi oleh benda-benda lain seperti tisu toilet, feses, darah, atau rambut.

    Biasanya, narkoba dalam urine atau air liur lebih mudah untuk dideteksi dibandingkan dengan narkoba yang ada di dalam darah.

    Maka dari itu, cara ini lebih sering dipilih karena lebih praktis dan tidak memakan banyak waktu.

    Berapa lama narkoba bertahan dalam urine?

    Berapa lama narkoba bertahan pada urine bergantung pada beberapa faktor, di antaranya:

    • jenis tes toksikologi yang dilakukan,
    • besarnya dosis narkoba yang dikonsumsi,
    • toleransi tubuh terhadap narkoba,
    • metabolisme tubuh, serta
    • adanya kondisi medis tertentu.

    Berikut merupakan gambaran mengenai seberapa lama obat-obatan serta zat penyebab kecanduan lainnya dapat bertahan dalam urine dan darah.

    Perlu ditekankan bahwa informasi yang diberikan di sini bersifat pengetahuan dan tidak bermaksud untuk mengelabui pihak-pihak yang akan melakukan skrining penyalahgunaan narkoba.

    • Alkohol: 3–5 hari.
    • Amfetamin: 1–3 hari.
    • Barbiturat: 2–4 hari.
    • Benzodiazepin: 3–6 minggu.
    • Ganja: 7–30 hari.
    • Kokain: 3–4 hari.
    • Kodein: 1 hari.
    • Heroin: 3–4 hari.
    • LSD: 1–3 hari.
    • Ekstasi atau MDMA: 3–4 hari.
    • Metamfetamin: 3–6 hari.
    • Metadon: 3–4 hari.
    • Morfin: 2–3 hari.

    Apakah tes urine narkoba akurat 100% akurat?

    tes urine untuk diagnosis penyakit prostat

    Tes urine narkoba tidak sepenuhnya akurat. Hasil tes Anda bisa saja positif meskipun tidak pernah memakai narkotika.

    Biasanya, hal positif tersebut merupakan efek dari konsumsi obat-obatan lain. Berikut ini contoh obat-obatan yang dapat membuat hasil tes urine narkoba Anda positif tanpa menggunakan narkotika.

    • Ibuprofen: hasil positif ganja, barbiturat, dan benzodiazepin.
    • Obat selesma: hasil positif amfetamin.
    • Obat demam: hasil positif amfetamin.
    • Dekongestan: hasil positif amfetamin.
    • Pil diet: hasil positif amfetamin.
    • Obat tidur: hasil positif barbiturat.

    Di sisi lain, Anda juga bisa dinyatakan negatif meskipun menggunakan narkoba.

    Dilansir dari Food and Drug Administration (FDA), kondisi tersebut biasanya terjadi jika tes urine dilakukan terlalu lama atau terlalu cepat dari waktu Anda menggunakan narkotika, serta ditemukan adanya kerusakan pada alat uji.

    Kesimpulan

    Prosedur tes urine narkoba sama seperti ketika Anda melakukan cek urine untuk mendeteksi penyakit tertentu. Tiap jenis narkotika memiliki masa bertahan dalam urine berbeda-beda, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan