Pernahkah Anda terbangun pada malam hari, lalu harus makan sebelum bisa terlelap kembali? Jika ya, bisa saja Anda mengalami suatu kondisi yang disebut night eating syndrome. Untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasinya, simak ulasan berikut ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika
Pernahkah Anda terbangun pada malam hari, lalu harus makan sebelum bisa terlelap kembali? Jika ya, bisa saja Anda mengalami suatu kondisi yang disebut night eating syndrome. Untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasinya, simak ulasan berikut ini.
Night eating syndrome (NES) adalah suatu gangguan makan yang ditandai dengan tertundanya ritme sirkadian atau jam biologis tubuh yang mengatur waktu makan.
Akibatnya, orang yang mengalami NES memiliki kebiasaan makan pada tengah malam, bahkan setelah ia terlelap. Kondisi inilah yang bisa menyebabkan gangguan bagi pengidapnya.
Sindrom NES tidak sama dengan binge eating disorder, yakni kecenderungan seseorang untuk makan dengan porsi besar dan tidak terkontrol dalam satu waktu.
Perbedaan kedua eating disorder ini terletak pada jumlah makanan yang dikonsumsi. Pengidap NES biasanya hanya makan dalam porsi kecil, tetapi beberapa kali pada malam hari.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui gejala dan melakukan pemeriksaan dengan dokter untuk mengetahui diagnosis lebih lengkapnya.
Menurut sebuah studi dalam jurnal Neuropsychiatric Disease and Treatment (2018), sindrom makan tengah malam ini diperkirakan menyerang sekitar 1,5% dari populasi umum.
Kondisi ini sama-sama sering terjadi pada pria dan wanita, tetapi kecenderungannya lebih tinggi antara 6–14% pada orang dengan berat badan berlebih atau obesitas.
Secara umum, night eating syndrome dapat diatasi dengan mengurangi faktor risikonya. Diskusikanlah dengan dokter Anda untuk memperoleh informasi lebih lanjut.
Night eating syndrome biasanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Seseorang yang mengalami NES bisa menunjukkan tanda dan gejala seperti berikut.
Orang yang mengalami gangguan makan ini biasanya tidak merasa lapar pada siang hari. Ia akan menunda jam makan hingga baru teringat untuk melakukannya pada malam hari.
Pengidap sindrom makan tengah malam biasanya akan merasakan lapar yang lebih ekstrem dari biasanya atau dalam istilah medis disebut hiperfagia.
Kondisi yang terjadi pada sore hingga tengah malam ini membuat pengidap NES makan lebih dari seperempat porsi yang mereka peroleh setiap harinya.
NES berbeda dari binge eating disorder. Orang yang mengalami binge eating disorder biasanya tidak mengalami episode binge eating pada malam hari, antara pukul 10 malam hingga 6 pagi.
Binge eater juga cenderung makan porsi besar dalam sekali waktu. Sementara itu, pengidap NES hanya akan makan dalam porsi kecil dalam beberapa kali pada malam hari.
Adapun jenis makanan yang biasanya dikonsumsi pengidap night eating syndrome adalah makanan tinggi kalori, seperti karbohidrat dan gula.
Pengidap gangguan makan tengah malam biasanya juga memiliki masalah tidur, termasuk kesulitan tertidur atau untuk lanjut tidur setelah terbangun (insomnia).
Orang yang mengidap masalah ini lebih mungkin untuk mengalami obesitas. Selain itu, depresi juga umum terjadi pada orang yang menderita night eating syndrome.
Pola makan ini tidak bisa dijelaskan dengan perubahan jadwal atau rutinitas sebelum tidur. Di samping itu, pengidapnya mungkin kecewa dan bersalah terhadap sindrom yang dialami.
Para ahli tidak yakin apa yang menjadi penyebab gangguan makan ini. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa sindrom ini mungkin berkaitan dengan masalah berikut ini.
Ritme sirkadian merupakan jam biologis tubuh yang bekerja secara otomatis untuk mengontrol kapan Anda merasa lelah, waspada, maupun lapar.
Pengidap night eating syndrome memiliki ritme sirkadian yang tidak bekerja dengan semestinya. Akibatnya, tubuh bisa melepas hormon yang membuat Anda merasa lapar dan waspada pada malam hari.
Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh respons diet atau pola makan tertentu. Saat orang membatasi asupan kalori, tubuh akan memberikan sinyal ke otak bahwa ia membutuhkan makanan.
Selanjutnya, tubuh baru akan menanggapi sinyal dari otak ini pada malam hari. Terkadang, respons tubuh bisa berlebihan sehingga orang tersebut makan lebih banyak dari biasanya.
Para peneliti juga telah menemukan bahwa NES dapat diturunkan dalam keluarga. Ini berarti, Anda berisiko mengalami sindrom makan malam bila orangtua atau saudara kandung Anda mengalami kondisi serupa.
Beberapa studi menganggap bahwa kerusakan pada gen-gen tertentu, seperti gen PER1 yang mengendalikan jam biologis tubuh, berperan dalam menyebabkan NES.
Kebanyakan orang yang memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan, juga lebih berisiko untuk mengalami night eating syndrome.
Gejala terbangun dan makan pada tengah malam juga bisa menjadi suatu respons tubuh bila Anda sedang merasakan stres.
Orang yang mengidap gangguan makan lain, seperti binge eating disorder atau bulimia nervosa, juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami NES.
Kondisi ini juga umumnya ditemui pada pengidap obesitas, diabetes tipe 2, masalah tidur, atau gangguan akibat penyalahgunaan narkoba.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) menyebutkan bahwa NES harus dibedakan dengan sleep-related eating disorder (SRED), yaitu gangguan makan yang berhubungan dengan tidur.
Untuk mencari tahu apakah Anda mengalami night eating syndrome atau tidak, dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai riwayat medis dan pola makan.
Karena NES sering terjadi bersamaan dengan gangguan tidur, dokter mungkin bisa menegakkan diagnosisnya dengan melakukan tes polisomnografi (polysomnography).
Anda dapat berkonsultasi ke dokter bila terus-menerus makan tengah malam secara berlebihan dan berbeda dari biasanya, setidaknya selama tiga bulan terakhir.
Pengobatan gangguan makan tengah malam biasanya dimulai dengan mengedukasi pasien mengenai kondisi mereka. Cara ini diharapkan membantu pasien waspada akan pola makannya.
Hanya dengan menyadarkan bahwa pasien mengidap night eating syndrome dan menekankan bahwa ini bisa diatasi, mereka telah maju satu langkah mendekati kesembuhan.
Sama halnya dengan gangguan makan lain, pengobatan NES pada umumnya membutuhkan kombinasi terapi seperti berikut ini.
Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) membantu Anda mengubah perilaku yang mengganggu dan memulai kebiasaan yang lebih sehat.
Psikolog dapat membantu Anda untuk makan dengan porsi yang tepat pada siang hari dan mengontrol rasa lapar pada malam hari.
Dalam beberapa kondisi, dokter juga dapat meresepkan obat antidepresan tertentu untuk membantu mengatasi night eating syndrome.
Obat ini akan memengaruhi zat kimia tertentu dalam otak yang berkaitan dengan suasana hati (mood) sehingga dapat memperbaiki pola makan dan kualitas hidup seseorang.
Tak jarang, pengidap NES mengalami kenaikan berat badan hingga obesitas. Konseling dengan ahli gizi dapat membantu Anda menurunkan berat badan sambil mengatasi gangguan ini.
Terapi ini membantu Anda mengubah waktu dan frekuensi makan, memberikan pengertian, dan motivasi tentang asupan makanan yang harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Selain itu, terdapat pengobatan lain yang dilakukan untuk mengatasi NES, termasuk fisiologi olahraga, terapi perilaku dialektika (DBT), terapi interpersonal (TI), dan manajemen stres.
Beberapa tindakan pencegahan dan perawatan mandiri di rumah berikut ini bisa membantu mengurangi risiko kambuhnya night eating syndrome.
Jika Anda mencurigai diri Anda maupun orang lain di sekitar mengalami NES, segera lakukan tindakan karena kondisi ini akan berdampak buruk pada kualitas hidup dan kesehatan mental pengidapnya.
Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar