Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Meski dianggap tak segawat candu akan obat-obatan, nyatanya kecanduan makanan juga termasuk sebagai salah satu kondisi kesehatan yang mungkin terjadi. Kecanduan terjadi ketika seseorang kehilangan kontrol atas apa yang dia lakukan. Dorongan ini biasanya muncul atas keinginan kuat atau kegemaran terhadap satu hal dan terjadi pada waktu yang lama. Orang yang memiliki kecanduan tertentu tidak mempunyai kendali atas apa yang mereka lakukan, gunakan, atau konsumsi.
Kondisi kecanduan, seperti kecanduan makanan, yang terjadi pada seseorang dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, terutama kesehatan psikologis. Meski terdengar sepele, kondisi ini dapat saja menyebabkan perubahan perilaku, kebiasaan, bahkan fungsi otak.
Penyebab kecanduan sebenarnya adalah timbulnya rasa senang di otak yang diatur oleh hormon dopamin atau hormon kesenangan. Hormon ini akan meningkat ketika Anda merasa puas, bahagia, dan senang terhadap suatu hal. Apabila kadar dopamin yang dihasilkan oleh otak asih dalam kadar normal, kecanduan tidak akan terjadi. Tetapi jika Anda mengalami kecanduan, objek yang membuat Anda kecanduan akan merangsang otak menghasilkan dopamin secara berlebihan.
Kecanduan makanan biasanya dipicu oleh konsumsi makanan yang dianggap highly palatable atau sangat gurih, misalnya makanan tinggi gula, lemak, dan/atau garam. Sama halnya dengan obat-obatan adiktif (yang menimbulkan kecanduan), makanan yang bersifat highly palatable memicu pelepasan dopamin. Begitu otak dibanjiri oleh dopamin, ini akan membuat Anda akan cepat merasa ingin makan kembali.
Saat ini, jumlah orang yang mengalami kecanduan makanan meningkat setiap tahunnya. Namun, kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Kecanduan makanan tidak selalu mudah dideteksi. Pasalnya, kita tetap butuh makan. Selain itu, para pecandu makanan dapat memiliki gejala yang menyerupai kondisi lain, seperti depresi, binge eating, atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Mereka akan menutupi masalah dengan cara makan secara diam-diam, bahkan menyembunyikan makanan. Beberapa tanda dan gejala dari kecanduan makanan dapat meliputi:
Dibandingkan jenis kecanduan lain, candu terhadap makanan mungkin lebih tidak serius. Namun, kondisi ini cenderung meningkat secara bertahap. Kondisi ini juga dapat menyebabkan obesitas seumur hidup atau masalah kesehatan lain, serta memperburuk kesehatan mental.
Diagnosis dan pengobatan dini dapat mencegah kondisi ini menjadi lebih buruk sehingga dapat menghindarkan seseorang dari efek buruk kesehatan lainnya. Bicarakan dengan dokter sesegera mungkin untuk mencegah kondisi serius ini.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.
Jenis kecanduan yang satu ini dapat dibilang cukup rumit. Makanan, seperti halnya alkohol atau obat-obatan, dapat memicu otak untuk menghasilkan dopamin. Dopamin inilah yang menghasilkan hubungan baik antara makanan dan kesejahteraan emosional.
Otak yang kecanduan akan menganggap makanan sebagai obat. Bagi pecandu makanan, makanan menghasilkan rasa kesenangan, bahkan saat tubuh tidak memerlukan kalori. Studi pada tahun 2010 menunjukkan bahwa saat tikus percobaan diberikan akses bebas ke makanan yang rendah lemak dan gula, otak mereka berubah.
Perubahan perilaku dan psikologis cukup serupa dengan perubahan yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan. Para peneliti mengatakan tak ada hubungan antara kecanduan obat dan makanan, namun cara kerjanya terhadap tubuh memiliki kemiripan. Kemungkinan mengonsumsi banyak makanan yang tidak sehat juga dapat meningkatkan kemungkinan kecanduan makan.
Terdapat banyak faktor yang memicu seseorang kecanduan makanan, beberapa di antaranya adalah:
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Jika dokter menduga Anda mungkin mengalami kondisi ini, ia mungkin akan menanyakan seputar kebiasaan makan Anda. Berdasarkan tanda-tanda dan gejala yang Anda miliki, dokter akan menentukan apakah Anda memiliki penyakit ini atau tidak.
Hingga kini, banyak peneliti yang masih mempelajari beberapa penanganan untuk kecanduan makanan. Beberapa menyebutkan bahwa pemulihan seseorang dari kondisi ini bisa jadi lebih kompleks dibandingkan jenis kecanduan yang lainnya. Pecandu alkohol, contohnya, dapat menjauhkan diri total dari alkohol. Namun, pecandu makanan tetap memerlikan makan. Ahli gizi, psikolog, atau dokter yang mengerti tentang kecanduan makan dapat membantu Anda menghentikan siklus makan berlebih yang kompulsif.
Di luar negeri terdapat beberapa komunitas yang dapat membantu orang-orang yang memiliki kecanduan terhadap makanan, seperti Food Addicts in Recovery Anonymous, yang memiliki program dengan 12 langkah telah berhasil membantu banyak orang yang kecanduan alkohol, obat, atau berjudi. Komunitas itu menggunakan prinsip program dengan 12 langkah dengan diet ketat yang menyarankan peserta menghindari kandungan yang bermasalah, seperti gula, tepung olahan, dan gandum. Anda mungkin bisa menemukan komunitas yang memiliki masalah serupa dengan Anda.
Pecandu makanan harus mengerti bagaimana melatih kebiasaan makan yang sesuai dengan keinginan alami tubuh. Orang yang memiliki kecanduan makanan juga harus mempelajari bagaimana pola makan yang sesuai saat lapar, bukan sebagai respons terhadap kebutuhan atau stres emosional. Pecandu makanan tidak dapat menghilangkan makanan begitu saja, karena makanan adalah kebutuhan dasar. Itu sebabnya pecandu makanan harus membangun hubungan yang sehat dengan makanan seiringnya waktu.
Memulai berbagai aktivitas yang mendorong gaya hidup sehat, seperti pusat kebugaran, kelas gizi, atau teknik mengurangi stres sering kali sangat membantu pecandu makanan mengatasi kondisi ini.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar