Fobia dan trauma sama-sama menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan bahkan kegelisahan yang membuat Anda sangat tidak nyaman. Lalu, bagaimana cara membedakannya? Simak beberapa perbedaan trauma dan fobia melalui penjelasan di bawah ini.
Perbedaan trauma dan fobia
Beberapa gangguan mental terkadang menimbulkan gejala yang mirip, termasuk trauma dan fobia. Keduanya sama-sama bisa membuat Anda merasakan cemas dan takut secara berlebihan.
Meski terlihat serupa, cara mengatasi trauma dan fobia tentu berbeda. Berikut sejumlah perbedaan di antara keduanya agar Anda tidak salah dalam menanganinya.
1. Pengertian
Menurut American Psychological Association, trauma adalah respons emosional seseorang terhadap peristiwa menakutkan yang pernah dialami, seperti kecelakaan, kekerasan, atau bencana alam.
Trauma umumya menimbulkan efek jangka panjang. Orang yang mengalami trauma psikologis kerap kali kesulitan untuk melanjutkan hidupnya seperti sedia kala.
Sementara itu, fobia adalah reaksi ketakutan berlebih, tidak terkendali, dan tidak masuk akal terhadap benda, orang, aktivitas, tempat, atau situasi tertentu.
Orang dengan fobia biasanya menyadari betul bahwa ketakutannya tidak masuk akal, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasinya.
Salah satu jenis gangguan kecemasan ini diakibatkan oleh suatu kejadian yang memunculkan ketakutan berlebih pada kemudian hari.
Selain itu, faktor genetik dan lingkungan juga dapat menyebabkan seseorang mengalami fobia.
2. Gejala yang ditimbulkan
Meskipun terlihat mirip, tetap ada perbedaan antara gejala fobia dan trauma yang mendasarinya.
Orang yang memiliki pengalaman traumatis akan tampak terguncang dan kehilangan arah. Di sisi lain, mungkin mereka tidak bisa menanggapi percakapan seperti yang seharusnya.
Korban trauma juga dapat mengalami kecemasan yang berlebihan hampir sepanjang waktu. Adapun beberapa gejala trauma yang bisa Anda lihat, meliputi:
- syok,
- insomnia,
- sering bermimpi buruk,
- mudah kaget,
- denyut jantung meningkat,
- linglung dan sulit berkonsentrasi,
- mudah marah dan sensitif,
- kecemasan dan ketakutan berlebihan,
- merasa sedih dan putus asa,
- sering menyalahkan diri sendiri, dan
- menarik diri dari lingkungan sekitar.
Sementara pada orang-orang yang memiliki fobia, gejala kecemasan berlebihan ini tidak muncul terus-menerus.
Gejala fobia umumnya hanya muncul saat orang tersebut mengalami situasi atau menemui sesuatu hal yang dianggap sebagai pemicu fobia.
Beberapa gejala umum dari gangguan kecemasan ini meliputi:
- gagap,
- mual,
- berkeringat,
- pusing atau kliyengan,
- denyut jantung meningkat cepat,
- sesak napas,
- tubuh gemetaran,
- sakit perut,
- ketidakmampuan untuk mengurangi kecemasan,
- ketakutan yang tidak terkendali, dan
- menghindari situasi atau objek pemicu fobia.
3. Kemunculan gejala
Perbedaan lainnya terletak pada kemunculan gejala trauma dan fobia. Orang yang fobia terhadap sesuatu hanya akan mengalami gejala bila melakukan kontak dengan situasi atau objek yang memicu fobia.
Pada sebagian orang dengan fobia yang cukup parah, memikirkan sumber fobia saja bahkan dapat membuatnya merasa panik dan ketakutan.
Sementara pada pengidap trauma psikologis, pada umumnya kenangan dan pikiran ini selalu melekat dalam benaknya tanpa bisa dilepaskan.
Anda mungkin akan terus dibayangi oleh kejadian buruk yang pernah dialami. Anda juga selalu diselimuti ketakutan dan kecemasan yang membuat kualitas hidup menurun.
Berhadapan langsung dengan kejadian yang mengingatkan Anda pada trauma juga dapat memperparah gejala yang muncul.
Bagaimana cara mengatasi trauma dan fobia?
Trauma, fobia, dan beragam gangguan kesehatan mental lainnya bisa diatasi dengan menjalani terapi psikologi (psikoterapi).
Salah satu jenis psikoterapi yang dapat dilakukan yakni terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT).
Teknik CBT akan membantu Anda menemukan penyebab dari trauma atau fobia tersebut. Kemudian, Anda akan belajar mengubah pola pikir dan perilaku yang selama ini menyebabkan kecemasan.
Terapis juga bisa melakukan terapi desensitisasi. Terapi ini bertujuan untuk mengubah respons Anda terhadap objek atau situasi yang ditakuti secara bertahap.
Dengan terus terpapar pada situasi atau objek yang menyebabkan fobia, Anda diharapkan bisa belajar untuk mengendalikan ketakutan dan kecemasan yang muncul.
Penggunaan obat antidepresan juga bisa membantu Anda mengatasi trauma dan fobia. Hanya saja, obat ini harus diperoleh berdasarkan resep dokter, bukan atas keinginan sendiri.
Psikoterapi, konsumsi obat-obatan medis, dan kombinasi keduanya efektif untuk mengatasi gejala trauma dan fobia sekaligus meningkatkan kualitas hidup Anda.
Pastikan Anda berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater bila mengalami berbagai gejala yang berkaitan dengan gangguan mental tertentu.
Kesimpulan
- Trauma adalah respons emosional seseorang terhadap peristiwa menakutkan yang pernah dialaminya.
- Fobia adalah reaksi ketakutan berlebihan dan tidak terkendali terhadap benda, orang, tempat, maupun situasi tertentu.
- Perbedaan trauma dan fobia terkadang sulit diketahui, sebab kedua gangguan ini bisa menimbulkan rasa takut dan cemas berlebihan.
- Jika mengalami gejala-gejala tersebut, ada baiknya Anda segera konsultasi dengan psikolog atau psikiater.