Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Pediophobia, Rasa Takut Berlebihan pada Boneka

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 22/03/2022

    Mengenal Pediophobia, Rasa Takut Berlebihan pada Boneka

    Ada orang yang takut pada semua jenis mainan boneka. Sementara itu, ada pula orang yang takut pada boneka yang bisa berbicara, bergerak, atau terbuat dari porselen kuno seperti Annabelle atau spirit doll yang ramai dibicarakan beberapa waktu lalu. Ternyata, jenis fobia ini disebut dengan pediophobia.

    Apa itu pediophobia dan apa saja penyebabnya?

    Apa itu pediophobia?

    pediophobia

    Pediophobia (pediofobia) adalah ketakutan yang berlebihan dan tidak logis terhadap boneka. Fobia ini merupakan salah satu jenis automatonophobia, yakni ketakutan akan sosok humanoid.

    Humanoid merupakan istilah untuk benda yang mirip atau menyerupai manusia. Oleh karena itu, pediophobia termasuk dalam fobia spesifik.

    Banyak orang tua yang kebingungan ketika anak mereka berteriak atau menangis saat melihat boneka. Padahal, mereka ingin anak-anak mereka menyukai boneka.

    Penting untuk diingat bahwa anak kecil baru belajar memisahkan fantasi dari kenyataan. Boneka yang tampak sangat mirip manusia bisa menakutkan bagi anak yang belum memahami konsepnya.

    Seperti kebanyakan fobia, pediophobia tidak didiagnosis pada anak-anak kecuali jika telah berlangsung selama lebih dari enam bulan.

    Tidak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang pernah memiliki trauma juga bisa mengalami rasa ketakutan yang sama.

    Gejala pediophobia

    Setiap orang yang mengalami fobia spesifik, termasuk pediophobia, kemungkinan akan mengalami gejala phobia seperti berikut saat menemui pemicu ketakutannya.

    • Perasaan takut, cemas, dan panik yang intens.
    • Sadar bahwa ketakutannya tidak masuk akal atau berlebihan, tetapi merasa tidak berdaya untuk mengendalikannya.
    • Serangan panik saat boneka berada di dekatnya.
    • Mencoba melarikan diri atau menahan kecemasan dan ketakutan dengan intens.
    • Berkeringat, detak jantung cepat, dada sesak, dan kesulitan bernapas.
    • Merasa mual, pusing, atau pingsan.
    • Anak-anak mungkin mengamuk, menangis, atau terus menempel pada orang tua.

    Ketakutan yang dialami seseorang dengan pediofobia sebenarnya tidak sebanding dengan bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh objek tersebut (boneka).

    Jika fobia menjadi parah, orang yang mengalaminya bahkan dapat mengatur hidup mereka hanya untuk menghindari boneka.

    Penyebab dan faktor risiko pediophobia

    phobia

    Masih banyak yang belum diketahui tentang penyebab sebenarnya dari pediofobia.

    Namun, mengutip laman VeryWellMind, rasa takut akan boneka banyak disebabkan oleh budaya pop, baik dari film hingga perayaan tertentu.

    Selain itu, berikut sejumlah faktor penyebab lain yang mungkin memicu terjadinya pediophobia pada seseorang.

    • Pengalaman negatif. Banyak fobia berkembang sebagai akibat dari pengalaman negatif atau serangan panik yang terkait dengan objek atau situasi tertentu.
    • Genetik dan lingkungan. Mungkin ada hubungan antara fobia seseorang dengan kecemasan orang tuanya. Ini bisa terjadi karena faktor genetik atau perilaku yang dicontoh dari orang tua.
    • Fungsi otak. Perubahan fungsi otak juga mungkin berperan dalam mengembangkan pediophobia.

    Ada pula sejumlah faktor yang mungkin bisa meningkatkan risiko pediophobia pada seseorang. Berikut beberapa di antaranya.

    • Usia. Fobia dapat muncul pertama kali pada masa kanak-kanak, biasanya pada usia 10 tahun atau bisa juga terjadi di kemudian hari.
    • Kerabat. Jika seseorang dalam keluarga Anda memiliki fobia atau kecemasan tertentu, kemungkinan besar Anda juga akan mengalaminya. Anak-anak mungkin mempelajari ketakutan tersebut dengan mengamati reaksi orang dewasa terhadap suatu objek atau situasi.
    • Temperamen. Risiko fobia dapat meningkat jika Anda lebih sensitif, lebih tertutup, atau lebih negatif dibanding orang lain.
    • Mengalami pengalaman negatif. Mengalami pengalaman traumatis yang menakutkan bersama boneka dapat memicu pediophobia.
    • Terpapar pengalaman negatif. Mendengar informasi atau pengalaman negatif terkait boneka, seperti melihat film Chucky atau film horor serupa, dapat menyebabkan pediophobia.

    Kapan harus ke dokter?

    gangguan psikotik

    Mengutip laman Mayo Clinic, jika ketakutan berdampak negatif terhadap pekerjaan, sekolah, atau situasi sosial, coba bicarakan dengan dokter atau tenaga mental profesional.

    Ketakutan masa kanak-kanak, seperti ketakutan akan boneka, kegelapan, monster atau ditinggalkan sendirian, merupakan hal yang umum. Sebagian besar anak-anak pun bisa mengatasi ketakutan itu.

    Namun, jika anak Anda memiliki rasa takut dan fobia yang berlebihan hingga memengaruhi perilaku di rumah atau sekolah, bicarakan dengan dokter anak Anda.

    Kebanyakan orang dapat dibantu dengan terapi yang tepat. Terapi cenderung lebih efektif bila fobia segera diatasi sedini mungkin.

    Pengobatan dan cara mengatasi pediophobia

    Terapi Psikodinamika,

    Metode pengobatan yang paling umum untuk mengatasi fobia yakni terapi eksposur. Terapi ini dilakukan dengan cara menghadapkan klien dengan sumber ketakutan mereka secara bertahap.

    Terapi eksposur biasanya dimulai dari hal kecil. Pada kasus pediofobia, terapis akan memperlihatkan foto boneka dan mempraktikkan teknik relaksasi.

    Kemudian, klien akan diajak menonton video tentang boneka sambil melatih pernapasan dan relaksasi.

    Akhirnya, pasien mungkin akan ditempatkan di ruangan dengan sebuah boneka dalam pantauan terapis. Tujuannya untuk melatih reaksi klien terhadap boneka.

    Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan fobia, beberapa dokter mungkin meresepkan antidepresan untuk mengatasi gejalanya.

    Berikut beberapa contoh obat yang kerap diresepkan.

    • Benzodiazepin seperti alprazolam, clonazepam, dan diazepam.
    • Buspiron.
    • Beta-blocker.
    • Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) seperti escitalopram dan fluoxetine.
    • Inhibitor monoamine oksidase (MAOIs) seperti isocarboxazid dan phenelzine.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Klinik Chika Medika


    Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 22/03/2022

    Iklan

    Apakah artikel ini membantu?

    Iklan
    Iklan