Beberapa orang merasa takut dan cemas saat melihat boneka yang bentuknya mirip manusia, seperti Annabelle atau spirit doll yang ramai dibicarakan beberapa waktu lalu. Ternyata, jenis fobia ini disebut dengan pediophobia.
Apa itu pediophobia?
Pediophobia (pediofobia) adalah ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal pada boneka. Jenis fobia ini termasuk automatonophobia atau ketakutan akan sosok humanoid.
Humanoid merupakan istilah untuk benda yang mirip atau menyerupai manusia. Oleh sebab itu, pediophobia juga termasuk ke dalam kategori fobia spesifik.
Banyak orang tua yang merasa bingung saat anak mereka berteriak atau menangis bila melihat boneka. Padahal, mereka ingin anak-anak mereka menyukai boneka tersebut.
Penting diingat bahwa anak kecil baru belajar memisahkan fantasi dari kenyataan. Boneka yang sangat mirip manusia bisa menakutkan bagi anak yang belum memahami konsepnya.
Seperti kebanyakan fobia, pediophobia tidak didiagnosis pada anak-anak kecuali bila gejalanya berlangsung lebih dari enam bulan dan fobia telah berdampak negatif pada keseharian mereka.
Tidak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang pernah mengalami trauma juga dapat mengalami rasa ketakutan yang sama.
Tahukah Anda?
Dikutip dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), sekitar 75% orang dengan fobia spesifik mengalami ketakutan lebih dari satu situasi atau objek. Misalnya, pengidap pediophobia juga bisa merasa takut berlebihan pada badut. Tanda dan gejala pediophobia
Setiap orang yang mengalami fobia spesifik, termasuk pediophobia, mungkin akan mengalami gejala phobia di bawah ini saat menemui pemicu ketakutannya.
- Perasaan takut, cemas, dan panik yang intens.
- Sadar bahwa ketakutannya tidak masuk akal atau berlebihan, tetapi merasa tidak berdaya untuk mengendalikannya.
- Serangan panik saat berada di dekat boneka.
- Mencoba melarikan diri atau menahan kecemasan dan ketakutan dengan intens.
- Berkeringat, detak jantung cepat, dada sesak, dan kesulitan bernapas.
- Merasa mual, pusing, atau pingsan.
- Anak-anak mungkin mengamuk, menangis, atau terus menempel pada orangtua.
Ketakutan yang dialami pengidap fobia sebenarnya tidak sebanding dengan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh objek tersebut, dalam hal ini boneka.
Apabila fobia menjadi parah, orang yang mengalaminya bahkan dapat mengatur hidup mereka hanya untuk menghindari boneka.
Penyebab pediophobia
Hingga saat ini, banyak yang belum diketahui tentang penyebab sebenarnya dari pediophobia.
Kebanyakan orang yang mengidap gangguan kecemasan ini menyebut rasa takut akan boneka disebabkan oleh budaya pop, baik itu dari film hingga perayaan tertentu.
Berikut ini adalah beberapa hal lain yang bisa menyebabkan terjadi pediofobia pada seseorang.
- Pengalaman negatif. Kebanyakan fobia berkembang sebagai akibat dari pengalaman negatif atau serangan panik yang terkait dengan objek atau situasi tertentu.
- Genetik dan lingkungan. Mungkin terdapat hubungan antara fobia seseorang dengan kecemasan orangtuanya. Hal ini bisa terjadi karena faktor genetik atau perilaku yang ditiru dari orangtua.
- Fungsi otak. Perubahan fungsi otak juga mungkin berperan di dalam berkembangnya fobia spesifik.
Faktor risiko pediophobia
Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami pediophobia. Berikut ini beberapa di antaranya.
- Usia. Fobia dapat muncul pertama kali pada masa kanak-kanak, biasanya pada usia 10 tahun atau bisa juga terjadi pada kemudian hari.
- Riwayat keluarga. Jika seseorang dalam keluarga Anda memiliki fobia atau kecemasan tertentu, kemungkinan besar Anda juga akan mengalaminya.
- Temperamen. Risiko fobia dapat meningkat bila Anda lebih sensitif, lebih tertutup, atau lebih negatif dibandingkan dengan orang lain.
- Mengalami pengalaman negatif. Mengalami pengalaman traumatis yang menakutkan bersama boneka dapat menyebabkan pediofobia.
- Terpapar pengalaman negatif. Mendengar informasi atau pengalaman negatif, seperti menonton film Chucky atau film horor serupa, bisa memicu rasa takut pada boneka.
Penanganan pediophobia
Metode pengobatan yang paling umum untuk mengatasi fobia adalah terapi desensitisasi atau yang juga disebut terapi pemaparan (exposure therapy).
Terapi ini dilakukan dengan menghadapkan pasien dengan sumber ketakutan secara bertahap. Biasanya terapi ini dimulai dari hal yang paling kecil.
Dalam kasus pediofobia, psikolog atau psikiater akan memperlihatkan foto boneka dan mempraktikkan teknik relaksasi.
Kemudian, pasien akan diajak menonton video tentang boneka sambil melatih pernapasan dan relaksasi saat menjalani terapi desensitisasi.
Pada akhirnya, pasien akan ditempatkan di suatu ruangan dengan sebuah boneka dalam pengawasan terapis. Tujuannya untuk melatih reaksi pasien terhadap boneka.
Meski tidak ada obat yang mampu menyembuhkan fobia, sejumlah dokter mungkin meresepkan obat antidepresan untuk mengatasi gejalanya.
Beberapa contoh obat yang mungkin diresepkan oleh dokter, meliputi:
- benzodiazepin, seperti alprazolam, clonazepam, dan diazepam,
- buspirone,
- beta-blocker,
- selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti escitalopram dan fluoxetine, atau
- monoamine oxidase inhibitor (MAOI), seperti isocarboxazid dan phenelzine.
Ketakutan akan boneka pada masa kanak-kanak sebenarnya merupakan hal yang umum. Sebagian besar anak-anak pun bisa mengatasi ketakutan ini seiring waktu.
Jika rasa takut dan fobia berdampak negatif pada pekerjaan, sekolah, atau kehidupan sosial Anda, coba bicarakanlah dengan dokter atau tenaga mental profesional.
Terapi untuk fobia cenderung lebih efektif bila gangguan kecemasan ini diatasi sedini mungkin.
Kesimpulan
- Pediophobia adalah rasa takut berlebihan terhadap boneka yang mirip manusia.
- Pengaruh genetik, perubahan fungsi otak, lingkungan, dan pengalaman negatif (misalnya menonton film horor terkait boneka), bisa memicu fobia spesifik ini.
- Terapi desensitisasi membantu pasien menghadapi pemicu rasa takut secara bertahap untuk melatih respons positif terhadap boneka.
- Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan obat antidepresan untuk meredakan gejala terkait gangguan kecemasan ini.