backup og meta

Polycoria, Ketika Ada Dua Pupil Dalam Satu Mata

Polycoria, Ketika Ada Dua Pupil Dalam Satu Mata

Apa itu polycoria?

Polycoria adalah kondisi yang termasuk dalam kelainan pada pupil mata. Orang dengan kelainan ini memiliki lebih dari satu pupil pada salah satu atau masing-masing matanya.

Umumnya, polycoria ditemukan pada saat usia kanak-kanak. Namun, tidak jarang gangguan mata yang satu ini baru terlihat saat penderitanya memasuki usia dewasa.

Jenis-jenis polycoria

Kondisi ini dibagi menjadi 2 jenis, tergantung pada apakah otot pada pupil terpengaruh atau tidak.

1. Polycoria asli

Pada dasarnya, pupil manusia digerakkan oleh 2 otot, yaitu otot sfingter dan otot dilator pada iris.

Pada kasus polycoria asli, 2 pupil yang ada di 1 mata memiliki otot sfingternya tersendiri. Ini artinya, masing-masing pupil dapat menyusut dan melebar.

Kondisi ini cukup mengganggu karena dapat memengaruhi kualitas penglihatan. Namun, kasus kejadiannya tergolong sangat langka.

2. Polycoria palsu (pseudopolycoria)

Kelainan pupil jenis ini juga sama-sama ditandai dengan penampakan 2 pupil pada 1 mata. Namun, masing-masing pupil tidak memiliki otot sfingter yang terpisah.

Pada pseudopolycoria, pupil tambahan tersebut merupakan lubang pada iris mata, tetapi tidak akan berfungsi seperti pupil biasa.

Lubang tersebut juga tidak akan mengganggu kemampuan melihat Anda.

Apa gejala polycoria?

Gejala utama kondisi ini yang paling jelas terlihat adalah 2 pupil atau lebih pada salah satu atau kedua mata.

Selain itu, kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala lain yang menyertai kemunculan 2 pupil tersebut, di antaranya adalah:

Pada kondisi ini, ukuran pupil terlihat lebih kecil dari biasanya sehingga mengakibatkan penglihatan terganggu.

Ukuran pupil yang tidak normal juga memengaruhi kemampuan mata untuk fokus karena pupil tidak bekerja dengan sempurna.

Gejala-gejala di atas biasanya hanya muncul pada kasus polycoria asli, di mana masing-masing pupil memiliki otot sfingter yang berbeda.

Apa penyebab polycoria?

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab timbulnya 2 pupil dalam 1 bola mata.

Namun, ada beberapa kondisi kesehatan yang diduga kuat berkaitan dengan polycoria, yaitu:

  • pelepasan retina,
  • katarak polar,
  • glaukoma, dan
  • perkembangan pupil atau mata yang tidak sempurna.

Bagaimana cara mendiagnosis polycoria?

Mendiagnosis kondisi ini pada dasarnya tidaklah sulit karena keberadaan 2 pupil pada mata sudah terlihat jelas saat pemeriksaan mata berlangsung.

Namun, dokter perlu menanyakan apakah Anda memiliki gejala-gejala lain yang mengganggu penglihatan serta riwayat kesehatan Anda.

Pasalnya, kelainan pada pupil mata umumnya didasari oleh adanya masalah kesehatan lain.

Dengan mengetahui apa masalah kesehatan yang menjadi kemungkinan penyebabnya, dokter dapat memberikan pengobatan yang sesuai.

Bisakah polycoria diobati?

Sebagian orang dengan kondisi ini tidak membutuhkan pengobatan, terutama yang memiliki polycoria palsu atau pseudopolycoria.

Hal tersebut dikarenakan penglihatan mereka tidak terpengaruh oleh adanya pupil tambahan di mata.

Jika Anda memiliki polycoria tipe asli, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi untuk memperbaiki penglihatan Anda.

Namun, karena kasus kejadiannya masih sangat jarang, cukup sulit untuk menentukan jenis pengobatan yang terbaik bagi kondisi ini.

Sebuah studi dari Brazilian Archives of Ophthalmology menunjukkan bahwa operasi adalah pilihan yang mungkin efektif mengatasi kondisi ini. Operasi ini disebut dengan pupiloplasti.

Pada prosedur pupiloplasti, dokter bedah akan menyayat jaringan iris yang ada di antara 2 pupil.

Dengan demikian, kedua pupil dapat menyatu dan penglihatan pasien akan membaik.

Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek pupiloplasti terhadap pasien dengan polycoria.

Jika Anda memiliki 2 pupil mata, baik disertai dengan gejala maupun tidak, sangat dianjurkan bagi Anda untuk rutin memeriksakan diri ke dokter.

Dengan cara tersebut, Anda akan melindungi kesehatan mata serta mencegah timbulnya komplikasi yang tidak diinginkan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Rao, A., Padhy, D., Sarangi, S., & Das, G. (2016). Unclassified Axenfeld-Rieger Syndrome: A CASE SERIES and Review of Literature. Seminars In Ophthalmology, 33(3), 300-307. https://doi.org/10.1080/08820538.2016.1208767 

Bhattacharjee, H., Bhattacharjee, K., & Tahiliani, P. (2013). Congenital polycoria, trichomegaly, and hereditary congenital cataract. Journal Of American Association For Pediatric Ophthalmology And Strabismus, 17(6), 619-620. https://doi.org/10.1016/j.jaapos.2013.06.020

Bardak, H., Ercalik, N., Gunay, M., Bolac, R., & Bardak, Y. (2016). Pupilloplasty in a patient with true polycoria: a case report. Arquivos Brasileiros De Oftalmologia, 79(6). https://doi.org/10.5935/0004-2749.20160114

Versi Terbaru

15/03/2022

Ditulis oleh Shylma Na'imah

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian


Artikel Terkait

10 Ciri-Ciri Mata Sehat yang Wajib Anda Tahu

4 Perbedaan Mata Minus dan Mata Silinder, Mana yang Lebih Parah?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 15/03/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan