Tidak semua penderita buta warna hanya melihat warna hitam dan putih, atau yang disebut buta warna total. Faktanya, kebanyakan kasus buta warna justru adalah buta warna parsial. Untuk memastikan jenis mana yang dialami, Anda perlu melakukan cek buta warna. Lantas, seperti apa tes buta warna dan bagaimana cara kerjanya?
Berbagai jenis tes buta warna dan cara kerjanya
Buta warna terjadi karena adanya penurunan fungsi atau hilangnya sel-sel kerucut pada retina. Kerusakan pada sel kerucut di retina ini menyebabkan mata tidak dapat mendeteksi warna-warna dengan baik.
Umumnya, buta warna merupakan penyakit keturunan. Namun, penyakit yang memengaruhi fungsi mata tertentu dan paparan zat kimia berbahaya juga bisa menjadi penyebab gangguan penglihatan ini.
Namun, banyak yang tidak menyadari jika dirinya mengalami buta warna karena sudah terbiasa menganggap warna tertentu sama dengan yang dilihat oleh matanya.
Padahal, beberapa pekerjaan atau bidang studi di perkuliahan menuntut seseorang untuk bisa sepenuhnya melihat warna dengan jelas.
Oleh karena itu, pemeriksaan tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi buta warna.
Adapun tes yang umum dilakukan adalah untuk buta warna parsial dengan mengenali pola yang dibentuk dari titik berwarna, yakni tes Ishihara.
Namun, setidaknya ada empat jenis tes yang perlu dilakukan dokter spesialis mata untuk mendiagnosis kelainan penglihatan warna. Setiap jenis tes memiliki cara yang berbeda.
Berikut adalah penjelasan masing-masing jenis tes tersebut.
1. Tes buta warna Ishihara
Sesuai dengan namanya, penemu tes buta warna ini adalah Shinobu Ishihara, seorang optalmologis asal Jepang. Tes ini paling sering digunakan untuk mengetahui buta warna parsial, terutama warna merah-hijau.
Tes Ishihara terdiri dari 24 halaman, memuat gambar berupa titik-titik warna yang membentuk pola angka. Cara tes buta warna ini adalah membaca angka-angka yang tersusun dari titik-titik berwarna tersebut.
Melansir National Eye Institue, saat menjalankan tes ini, Anda biasanya dihadapkan dengan buku yang berisi pola lingkaran (piringan) dengan banyak titik berbagai warna dan ukuran di dalamnya.
Dalam satu buku Ishihara biasanya terdapat 14, 24, atau 38 gambar lingkaran atau piringan berwarna. Piringan berwarna ini biasanya disebut dengan pseudoisochromatic.
Arti dari istilah tersebut adalah titik-titik berwarna dalam pola yang pertama kali terlihat sama (iso) dalam warna (chromatic), tetapi kesamaan itu palsu (pseudo).
Apabila Anda memiliki buta warna parsial merah-hijau, maka akan kesulitan membaca beberapa halaman. Anda akan memiliki jawaban yang berbeda dibandingkan orang dengan penglihatan normal.
Bahkan, bisa jadi Anda tidak melihat keberadaan angka sama sekali. Akan tetapi, beberapa halaman memang dikhususkan hanya dapat dibaca oleh penderita buta warna parsial.
Pada bagian ini, orang dengan penglihatan normal biasanya tidak menemukan adanya angka, sebaliknya orang dengan buta warna parsial justru melihat adanya angka.