Seperti yang diketahui, olahraga baik untuk kesehatan, termasuk pada lansia. Meski demikian, perlu diingat bahwa kondisi tubuh lansia umumnya sudah mengalami penurunan akibat penuaan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Hal ini bisa membuat lansia mengalami cedera saat berolahraga. Untuk itu, sebaiknya hindari olahraga yang membahayakan lansia.
Apa saja olahraga yang membahayakan lansia?
Beberapa jenis olahraga dapat berisiko bagi lansia jika dilakukan tanpa pengawasan atau pertimbangan yang tepat.
Berikut adalah beberapa contoh atau jenis olahraga yang mungkin membahayakan bagi lansia.
1. Olahraga kontak fisik
Olahraga kontak fisik melibatkan interaksi fisik langsung antara peserta. Tubuhnya yang sudah mengalami penuaan cenderung lebih rentan terhadap cedera akibat kontak fisik ini, seperti patah tulang atau cedera kepala.
Berikut adalah beberapa olahraga kontak fisik yang dapat membahayakan lansia.
- Tinju. Olahraga ini melibatkan pukulan langsung ke tubuh dan kepala yang dapat menyebabkan cedera serius, seperti gegar otak, patah tulang, atau kerusakan organ dalam.
- Gulat. Gulat melibatkan kekuatan fisik dan kontak tubuh yang intens yang dapat menyebabkan cedera sendi, otot, dan tulang, serta risiko keseleo atau dislokasi.
- Sepak bola. Sepak bola melibatkan banyak kontak fisik, seperti tackling dan benturan yang dapat berbahaya bagi lansia. Risiko cedera lutut, pergelangan kaki, dan kepala cukup tinggi.
2. Angkat beban
Pasalnya, mengangkat beban yang terlalu berat dapat memberikan tekanan berlebih pada sendi dan otot yang sudah menua serta meningkatkan risiko cedera punggung dan otot.
Mengangkat beban yang sangat berat dengan pengulangan minim pun dapat meningkatkan tekanan darah secara signifikan dan memberikan beban besar pada jantung, yang bisa berbahaya bagi lansia dengan kondisi kardiovaskular.
Bukan hanya itu, teknik yang salah saat mengangkat beban, seperti postur tubuh yang buruk atau gerakan yang salah, dapat meningkatkan risiko cedera punggung, lutut, dan bahu.
3. Lari jarak jauh
Olahraga lari termasuk jenis aktivitas yang berat untuk lansia, seperti yang dilansir dari NHS.
Lari jarak jauh dapat memberikan tekanan pada sendi, khususnya lutut dan pinggul, yang dapat memicu atau memperburuk masalah seperti osteoarthritis.
Akibat perubahan tubuh seiring bertambahnya usia, otot dan ligamen juga cenderung menjadi kurang elastis yang meningkatkan risiko cedera seperti keseleo, robekan otot, atau cedera tendon saat berlari dalam waktu lama.
Selain itu, lari jarak jauh membutuhkan kapasitas kardiovaskular yang tinggi.
Lansia dengan kondisi jantung atau pembuluh darah yang tidak optimal mungkin berisiko mengalami masalah, seperti sesak napas, tekanan darah tinggi, atau bahkan serangan jantung selama atau setelah lari jarak jauh.
4. Olahraga ekstrem
Olahraga ekstrem umumnya tidak cocok untuk lansia karena keterbatasan fisik dan kesehatan yang sering dialami seiring bertambahnya usia.
Pasalnya, aktivitas berbahaya cenderung memiliki risiko jatuh dan cedera yang lebih tinggi yang berbahaya bagi lansia.
Berikut beberapa jenis olahraga ekstrem yang dapat membahayakan lansia.
- Panjat tebing. Risiko jatuh dari ketinggian, meskipun menggunakan peralatan pengaman, bisa sangat berbahaya bagi lansia, terutama jika terjadi cedera tulang atau otot.
- Bungee jumping. Tekanan besar pada tubuh selama lompatan dan hentakan mendadak dapat membahayakan lansia, terutama bagi mereka dengan kondisi jantung atau masalah tulang belakang.
- Terjun payung. Risiko jatuh, pendaratan yang buruk, atau kecelakaan lain dapat menimbulkan cedera serius atau fatal.
- Surfing dan kitesurfing. Gelombang besar dan kecepatan tinggi meningkatkan risiko jatuh atau cedera serius, seperti patah tulang atau cedera kepala.
5. Aerobik intensitas tinggi
Aerobik intensitas tinggi dapat membahayakan lansia karena melibatkan gerakan cepat dan berulang yang memerlukan ketahanan kardiovaskular dan kekuatan fisik yang tinggi.
Latihan aerobik intensitas tinggi meningkatkan detak jantung dan tekanan darah secara signifikan.
Bagi lansia dengan kondisi jantung atau hipertensi, ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung, aritmia, atau masalah kardiovaskular lainnya.
Gerakan cepat dan berulang dalam aerobik intensitas tinggi juga dapat menyebabkan cedera pada otot, ligamen, dan sendi.
Pasalnya, lansia sering mengalami penurunan elastisitas otot dan kepadatan tulang, sehingga lebih rentan terhadap keseleo, robekan otot, atau bahkan patah tulang.
Namun, bukan berarti lansia tidak boleh berolahraga. Olahraga seperti berjalan kaki, berenang, yoga, atau latihan keseimbangan dan fleksibilitas dapat sangat bermanfaat.
Guna memastikan bahwa olahraga untuk lansia aman dan sesuai dengan kondisi kesehatan mereka, penting untuk berkonsultasi kepada dokter atau ahli kebugaran sebelum memulai program latihan.
Kesimpulan
[embed-health-tool-bmi]