Sering makan makanan cepat saji atau punya kebiasaan merokok? Hati-hati, keduanya bisa menjadi penyebab kolesterol tinggi yang sering kali baru disadari ketika kondisinya cukup buruk.
Lantas, bagaimana cara mengenali kadar kolesterol tinggi sedini mungkin? Apa yang terjadi jika mengabaikannya? Temukan informasinya melalui uraian berikut.
Gejala kolesterol tinggi
Kolesterol tinggi atau hiperkolesterolemia sering kali tidak disadari oleh seseorang yang memilikinya karena kondisi ini tidak memiliki gejala khusus.
Umumnya, gejala kolesterol tinggi baru disadari ketika sudah menimbulkan komplikasi atau menyebabkan penyakit lain yang punya ciri tertentu.
Meski jarang, seseorang dengan kolesterol tinggi mungkin memiliki gumpalan lemak di kulit (xanthoma) atau di sekitar mata (xanthelasma).
Maka dari itu, cara terbaik untuk mengetahui apakah kadar kolesterol Anda tergolong tinggi atau masih pada batas wajar adalah dengan melakukan menjalani pemeriksaan rutin.
Jika terlambat disadari, kolesterol mungkin menumpuk di pembuluh darah sehingga menghambat peredarannya. Pada kondisi inilah risiko masalah kesehatan yang lebih serius, seperti serangan jantung dan stroke meningkat.
Kapan harus periksa ke dokter?
Laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa pemeriksaan kolesterol pertama kali bisa dilakukan pada rentang usia 9–11 tahun.
Jika tidak ditemukan risiko tertentu dalam pemeriksaan tersebut, Anda bisa melakukannya lagi ketika memasuki rentang usia 17–19 tahun.
Setelah itu, orang dewasa yang sehat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolesterol setidaknya 4–6 tahun sekali. Anda perlu melakukannya lebih sering jika memiliki penyakit jantung, diabetes, atau riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi.
Penyebab kolesterol tinggi
Sebenarnya, setiap orang pasti memiliki kolesterol di dalam tubuhnya. Sebab, dalam jumlah yang tepat, kolesterol bisa memberikan manfaat.
Akan tetapi, beberapa kondisi berikut memang bisa meningkatkan jumlah kolesterol di tubuh sehingga berisiko menimbulkan masalah pada kesehatan.
1. Pola makan tidak sehat
Suka makanan cepat saji, berlemak, atau manis? Hati-hati, itu adalah beberapa makanan yang bisa menyebabkan hiperkolesterolemia.
Oleh karena itu, batasilah makan makanan seperti gorengan, fast food, daging merah, serta kue.
2. Kebiasaan merokok
Melansir dari Heart UK, kebiasaan merokok dapat membuat kadar low-density lipoprotein (LDL) menjadi lebih pekat. LDL merupakan kolesterol jahat yang mempermudah penumpukan lemak pada pembuluh darah.
Kebiasaan ini juga dapat menurunkan kadar high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik yang berperan untuk menghilangkan LDL dari dinding arteri.
3. Obesitas
Memiliki indeks massa tubuh di atas 30 akan meningkatkan risiko Anda mengalami hiperkolesterolemia.
Pasalnya, kelebihan berat badan telah dikaitkan dengan peningkatan kadar trigliserida dan LDL yang disertai penurunan high-density lipoprotein.
4. Diabetes tipe 2
Kadar gula darah tinggi pada seseorang dengan diabetes tipe dua tidak hanya meningkatkan LDL, tetapi juga very-low-density lipoprotein (VLDL) yang memiliki dampak serupa lemak jahat.
Dengan kondisi tersebut, tingginya gula darah akan menurunkan kadar kolesterol HDL di dalam tubuh.
5. Genetik
Riwayat kolesterol tinggi dalam keluarga akan meningkatkan risiko Anda mengalami hal serupa. Kondisi ini bahkan memiliki sebutan tersendiri, yaitu familial hypercholesterolemia.
Risikonya bisa meningkat jika riwayat tersebut dimiliki oleh orang tua. Meski begitu, ini bukan berarti bahwa Anda pasti akan memiliki kondisi serupa.
6. Usia
Seiring bertambahnya usia, kemampuan hati untuk mengolah LDL akan menurun. Alhasil, risiko hiperkolesterolemia pun meningkat.
Karena itulah, dokter biasanya menyarankan untuk membatasi makanan tertentu pada lansia demi menjaga kesehatan fungsi organ tubuh yang melemah.
7. Jenis kelamin
Sebelum memasuki masa menopause, perempuan cenderung memiliki lebih banyak LDL dibandingkan pria pada usia yang sama.
Namun, seiring berjalannya waktu, kadar kolesterol pria dan wanita akan sama-sama mengalami peningkatan saat menginjak usia 60–65 tahun.
Komplikasi kolesterol tinggi
Jika dibiarkan begitu saja, tingginya kadar kolesterol dalam tubuh dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam.
Berikut adalah beberapa komplikasi penyakit kolesterol tinggi yang perlu diwaspadai.
1. Jantung koroner
Tingginya kolesterol yang menyebabkan penyumbatan dalam pembuluh darah arteri adalah salah satu penyebab jantung koroner. Kondisi ini biasanya ditandai dengan nyeri dada atau angina.
Selain nyeri dada, Anda mungkin mengalami gejala dari penyakit arteri koroner yang lain, seperti keringat dingin dan sesak napas.
2. Serangan jantung
Penumpukan cholesterol berlebih, lama-kelamaan akan berubah menjadi plak yang kemudian menghalangi aliran darah menuju jantung. Akibatnya, risiko serangan jantung akan meningkat.
Jika tidak segera ditangani, serangan jantung bisa menyebabkan kematian.
3. Stroke
Sama halnya dengan serangan jantung, stroke mungkin terjadi apabila plak menghalangi aliran darah menuju otak.
Meski lebih sering terjadi pada seseorang berusia lanjut, anak muda dengan gaya hidup tidak sehat juga bisa terkena stroke.
Bagaimana hiperkolesterolemia didiagnosis?
Sebagai langkah awal diagnosis kadar kolesterol, dokter akan bertanya seputar gaya hidup serta riwayat kesehatan pribadi dan keluarga.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang biasanya meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, denyut nadi, serta suara jantung.
Untuk mengetahui kadar kolesterol, dokter akan mengambil sampel darah dari ujung jari Anda lalu melakukan pemeriksaan dengan lipid panel.
Tes lipid panel dikhususkan untuk mengecek kadar cholesterol di dalam darah, termasuk LDL, HDL, dan trigliserida.
Demi mendapatkan hasil akurat, dokter biasanya menyarankan pasiennya berpuasa (selain air putih) selama 9–12 jam sebelum pemeriksaan. Karena inilah pemeriksaan kadar kolesterol biasanya dilakukan di pagi hari.
Pilihan obat untuk mengatasi kolesterol tinggi
Sebelum meresepkan obat penurun kolesterol, dokter biasanya akan terlebih dahulu menyarankan pasiennya menjalani gaya hidup sehat, seperti olahraga rutin, berhenti merokok, dan makan makanan bergizi.
Jika kadar cholesterol tidak kunjung turun meski sudah menjalani pola hidup sehat, dokter mungkin meresepkan obat-obatan berikut.
1. Statin
Obat golongan statin akan bekerja dengan cara menghambat kinerja enzim di hati yang berfungsi untuk memproduksi kolesterol.
Statin juga bisa membantu tubuh Anda menyerap kembali cholesterol yang menempel pada dinding arteri sehingga mencegah terjadinya penyakit arteri koroner.
Untuk mendapatkan hasil optimal, pastikan selalu mengikuti aturan minum statin dari dokter.
2. Bile-acid-binding resins
Obat dari golongan bile-acid-binding resins, seperti cholestyramine (Prevalite), colesevelam (Welchol) dan colestipol (Colestid) akan menurunkan kadar cholesterol dengan cara mengikat asam empedu.
Dengan obat ini, liver akan menggunakan kelebihan kolesterol untuk membuat asam empedu yang lebih banyak dalam tubuh.
3. Cholesterol absorption inhibitors
Sesuai namanya, cholesterol absorption inhibitors akan bekerja dengan cara membatasi penyerapan cholesterol dari makanan.
Obat golongan cholesterol absorption inhibitors seperti ezetimibe sering kali diresepkan bersama statin demi mendapatkan manfaat terbaik.
4. Obat-obatan fibrate
Fenofibrate dan gemfibrozil merupakan beberapa jenis obat fibrate yang dapat membantu menurunkan kadar trigliserida dalam darah.
Akan tetapi, jenis obat ini biasanya tidak disarankan bagi pemilik cholesterol tinggi yang mengalami penyakit ginjal atau liver.
5. Minyak ikan
Asam lemak omega-3 atau bisa juga disebut minyak ikan merupakan suplemen yang bisa digunakan untuk mengatasi kadar trigliserida tinggi dalam darah.
Namun, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter sebelum menggunakan suplemen penurun kolesterol untuk menghindari efek samping dan masalah kesehatan lain, seperti perdarahan.
6. Niasin
Jenis obat lain yang bisa membantu menurunkan cholesterol jahat sekaligus trigliserida dalam darah adalah golongan niasin.
Akan tetapi, bicarakan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat-obatan golongan tersebut karena niasin mungkin berinteraksi dengan obat lain.
Jika tingginya cholesterol dalam tubuh disebabkan oleh kondisi medis tertentu, dokter mungkin meresepkan obat lain untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya.
Kesimpulan
- Kolesterol tinggi sering kali tidak bergejala sehingga banyak yang baru menyadarinya ketika sudah menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan secara rutin.
- Beberapa penyebab hiperkolesterolemia adalah pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok, obesitas, diabetes tipe dua, serta genetik.
- Jika dibiarkan, hiperkolesterolemia bisa menyebabkan jantung koroner, serangan jantung, hingga stroke.
- Selain menerapkan pola hidup sehat, hiperkolesterolemia mungkin diatasi dengan pemberian obat, seperti statin, bile-acid-binding resins, atau cholesterol absorption inhibitors.
[embed-health-tool-heart-rate]