Jarak Kehamilan Terlalu Dekat Berisiko Bagi Ibu dan Bayi

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 03/01/2022

    Jarak Kehamilan Terlalu Dekat Berisiko Bagi Ibu dan Bayi

    Jarak kehamilan ternyata mempengaruhi kesehatan janin maupun ibu. Jarak antara dua kehamilan yang terlalu dekat dapat menimbulkan komplikasi serius pada kehamilan maupun proses kelahiran. World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar-kehamilan sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan ibu maupun janin.

    Pengaruh pada kesehatan ibu

    Meningkatkan risiko perdarahan dan kematian saat melahirkan

    Penelitian menunjukkan bahwa jarak antar-kehamilan yang hanya kurang dari 12 bulan, dapat meningkatkan risiko kematian pada sang ibu.

    Selain itu, penelitian juga menyebutkan bahwa kematian pada ibu dapat disebabkan karena terjadi perdarahan pascapersalinan.

    Rahim ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat belum siap untuk menampung dan menjadi tempat tumbuh kembang janin yang baru.

    Dikhawatirkan bahwa plasenta atau ari-ari dari kelahiran yang sebelumnya belum meluruh atau mengelupas seluruhnya, dan hal tersebut akan meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan yang baru.

    Selain itu, menurut teori bahwa ibu yang proses kelahiran sebelumnya dengan cara operasi sesar, masih terdapat plasenta yang melekat pada diding rahim bagian bawah dan dapat menutupi leher rahim ibu.

    Hal ini dapat menimbulkan radang saluran genital, menyebabkan proses kelahiran sulit dilakukan, dan menimbulkan perdarahan.

    Ibu tidak dapat memberikan ASI Eksklusif pada anak

    Jarak kehamilan yang dekat tidak memberikan kesempatan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Padahal, ASI eksklusif merupakan makanan yang paling baik untuk bayi yang baru lahir.

    Selain karena mudah dalam mencerna ASI, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mendapatkan zat gizi mikro maupun makro yang cukup sesuai kebutuhan. Berdasarkan berbagai penelitian, ASI juga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak dan membuat kekebalan tubuh anak lebih kuat.

    Risiko yang terjadi pada janin

    Kelahiran mati atau kecacatan

    Kelahiran mati dapat terjadi akibat rahim dan fungsi tubuh ibu yang belum siap untuk menunjang kehidupan janin yang baru.

    Ketika janin yang baru tumbuh dan berkembang, tubuh tidak dapat memberikan pasokan makanan dan mempersiapkan kebutuhan janin secara maksimal.

    Oleh karena itu, terjadi kelahiran kematian. Kecacatan serta pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak optimal juga dapat disebabkan karena hal tersebut.

    Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur

    Sekitar 4 juta bayi meninggal setiap tahunnya akibat lahir prematur. Penelitian yang dilaporkan dalam Journal of The American Medical Association mengatakan bahwa ibu yang sudah hamil kembali setelah 6 bulan kelahiran meningkatkan 40% risiko melahirkan anak prematur dan meningkatkan 61% risiko anak lahir dengan berat badan yang rendah.

    Beberapa penelitian menyatakan bahwa jarak kehamilan yang dekat tidak memberikan ibu cukup waktu untuk pulih dari stress fisik yang terjadi akibat kehamilan sebelumnya.

    Misalnya kehamilan akan menguras dan menghabiskan zat gizi yang ada di dalam tubuh ibu karena berbagi dengan janin, seperti zat besi, dan asam folat.

    Maka ketika ibu mengalami kehamilan berikutnya dengan jarak yang dekat, akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin karena tidak dapat memenuhi kebutuhan masing-masing.

    Berapa lama sebaiknya baru boleh hamil lagi?

    Untuk menurunkan risiko yang terjadi saat kehamilan, kelahiran, maupun gangguan proses tumbuh kembang anak, maka anjuran jarak antar-kelahiran adalah minimal 24 bulan dan maksimal 5 tahun setelah kehamilan yang terakhir.

    WHO menyatakan bahwa waktu yang paling ideal untuk jarak kehamilan yaitu 3 tahun. Dengan begitu, ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada anak yang lahir sebelumnya dan menjamin kecukupan gizinya dengan pemberian ASI.

    Selain itu, ibu juga dapat mempersiapkan tubuhnya kembali untuk terjadinya kehamilan, dengan status gizi yang baik, tidak kekurangan zat gizi apapun yang dapat mempengaruhi kehamilan.

    Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan program keluarga berencana. Program keluarga berencana bukan hanya sekedar program pemerintah yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan masyarakat yang ada di Indonesia, namun program ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan ibu, anak, maupun keluarga.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 03/01/2022

    Iklan
    Iklan
    Iklan