Perubahan hormon selama kehamilan membuat ibu hamil menjadi lebih sensitif. Kondisi ini tidak hanya membuat ibu hamil kerap mengalami mood swing, tetapi juga mudah bertengkar dengan orang-orang di sekitarnya.
Tidak hanya itu, perubahan rutinitas, pandangan orang sekitar, dan masalah rumah tangga yang memang sudah ada sejak sebelum kehamilan juga membuat pertengkaran lebih sering terjadi.
Pertengkaran yang terjadi selama kehamilan tidak hanya berdampak pada kesehatan ibu hamil, tetapi juga janin. Simak penjelasan berikut untuk mengetahui informasi lebih lengkapnya.
Dampak sering bertengkar ketika hamil
Tidak hanya membuat rumah tangga menjadi renggang, bertengkar ketika hamil juga akan berdampak pada perkembangan janin.
Dampak negatif tersebut bahkan tidak hanya dirasakan janin selama dalam kandungan, tetapi juga pada bayi yang sudah dilahirkan.
Berikut adalah beberapa efek yang bisa dirasakan oleh ibu hamil saat menghadapi pertengkaran selama kehamilan.
1. Mengganggu perkembangan otak janin
Pertengkaran bisa memicu stres pada ibu hamil. Stres yang berlarut-larut kemudian bisa menyebabkan gangguan pada perkembangan otak janin.
Terlebih jika suami sering marah saat istri hamil trimester kedua.
Bagian otak janin yang kerap terganggu saat ibu stres yakni hipokampus dan otak kecil. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menghambat kemampuan motorik anak, pengelolaan emosi, dan kemampuan belajar.
2. Menurunkan daya tahan tubuh ibu dan janin
Stres karena pertengkaran juga bisa mengganggu daya tahan tubuh ibu hamil. Dengan daya tahan tubuh yang lemah, ibu hamil akan lebih mudah mengalami berbagai penyakit yang diakibatkan oleh infeksi dan peradangan.
Tidak hanya pada ibu, bertengkar ketika hamil juga bisa mengganggu kekebalan tubuh janin. Kondisi ini bisa membuat mereka lebih rentan terkena alergi hingga penyakit autoimun.
3. Meningkatkan risiko kelahiran prematur
Jika suami sering marah saat istri hamil, itu akan berdampak pada kondisi janin. Bahkan, dampaknya bisa berlanjut hingga mendekati waktu kelahiran.
Saat ibu hamil bertengkar, tekanan darahnya akan meningkat. Kondisi ini bisa menyebabkan hipertensi selama kehamilan bila terjadi berulang kali.
Dikutip dari laman March of Dimes, hipertensi selama kehamilan bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur hingga berat bayi lahir rendah.
Bayi yang terlahir sebelum waktunya pun memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami kelainan pada jantung.
4. Masalah perkembangan fisik dan mental
Bertengkar ketika hamil tidak hanya membahayakan kehamilan, tetapi juga perkembangan anak ke depannya.
Melansir laman Pregnancy, Birth & Baby, stres kronis karena pertengkaran bahkan bisa menghambat perkembangan fisik dan mental hingga meningkatkan masalah perilaku pada masa kanak-kanak.
Oleh karena itu, penting untuk meminimalkan pertengkaran selama kehamilan. Patut diingat bahwa pertengkaran yang dianggap biasa dapat berdampak panjang pada kesehatan anak.
5. Gangguan tidur
Dampak bertengkar ketika hamil yang selanjutnya yaitu gangguan kinerja otak janin, tepatnya pada bagian otak yang mengatur siklus tidur.
Kondisi ini terjadi karena adanya peningkatan hormon kortisol akibat stres yang dialami ibu hamil ketika bertengkar.
Hormon stres tersebut dapat terbawa ke dalam janin melalui plasenta, lalu memasuki berbagai organ tubuhnya, termasuk otak.
6. Menimbulkan perilaku menyimpang
Ketika hamil, ibu membutuhkan dukungan mental dari orang-orang di sekitarnya. Sayangnya, beberapa ibu hamil mungkin tidak mendapatkannya.
Bahkan, beberapa ibu hamil kerap mendapatkan perlakuan buruk yang memicu pertengkaran. Kondisi ini lagi-lagi dapat memicu stres pada ibu hamil.
Karena tidak bisa menemukan pelampiasan yang sehat, beberapa ibu hamil justru melakukan perilaku menyimpang, seperti merokok, minum alkohol, hingga menyalahgunakan obat-obatan.
Berbagai perilaku menyimpang di atas bisa menyebabkan berbagai masalah kehamilan dan bahkan membahayakan janin.
Cara mencegah pertengkaran ketika hamil
Komunikasi menjadi kunci penting untuk mencegah kebiasaan bertengkar ketika hamil.
Sebagai solusinya, seorang suami harus mengerti bahwa kehamilan bisa membuat ibu hamil menjadi lebih sensitif dan mudah marah.
Dengan begitu, mereka akan lebih memahami perubahan emosi yang dialami pasangannya.
Di sisi lain, ibu hamil sebaiknya juga tidak memendam emosi. Jangan ragu untuk menyampaikan rasa tidak nyaman Anda selama kehamilan pada suami.
Hindari memendam perasaan atau membiarkan suami Anda menebak-nebak sendiri apa yang sedang Anda rasakan.
Selain itu, jangan lupa untuk selalu memeriksakan kandungan secara rutin. Dengan cara inilah ibu hamil bisa mengetahui kondisi kesehatan janin secara menyeluruh.
[embed-health-tool-due-date]