Menimang buah hati setelah melahirkan seharusnya membawa kebahagiaan bagi ibu. Namun, ternyata ada beberapa ibu yang justru merasa cemas, sedih, dan mudah menangis setelah persalinan. Kondisi ini dikenal dengan istilah baby blues syndrome.
Apa itu baby blues syndrome?
Baby blues syndrome adalah perubahan suasana hati setelah melahirkan yang membuat ibu lebih sensitif dan emosional, termasuk mudah sedih, marah, cemas, hingga menangis.
Kondisi ini sering kali membuat ibu khawatir secara berlebihan pada kesehatan bayi. Padahal, bayinya berada dalam kondisi baik-baik saja.
Sindrom baby blues merupakan salah satu kondisi yang sering ditemukan pada wanita setelah melahirkan. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada empat dari lima wanita yang melahirkan.
Dilansir dari Pregnancy, Birth and Baby, gejala baby blues dapat muncul dalam waktu 3–5 hari setelah ibu melahirkan.
Gejala baby blues umumnya bertahan selama kurang dari dua minggu. Jika suasana hati ibu tidak membaik setelah dua minggu, ini dapat menandakan depresi pascamelahirkan (postpartum depression).
Meski baby blues lebih ringan daripada depresi postpartum, Anda tetap tidak boleh menyepelekannya.
Pasalnya, kondisi ini bisa menimbulkan masalah saat menyusui dan memengaruhi kemampuan ibu dalam merawat dirinya maupun bayi yang baru lahir.
Tanda dan gejala baby blues

Ibu yang mengalami sindrom baby blues dapat menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut.
- Perubahan suasana hati yang drastis (mood swing).
- Mudah merasa cemas dan kewalahan saat mengurus bayi.
- Sering terlihat murung dan rewel.
- Mudah tersinggung, marah, atau menangis.
- Susah tidur atau insomnia.
- Penurunan nafsu makan.
- Tidak sabaran.
- Kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi.
Tanda tersebut biasanya terlihat sejak masa perawatan setelah melahirkan. Dalam sehari, Anda mungkin hanya merasakan gejala baby blues selama beberapa jam atau menit.
Apabila berbagai gejala di atas disertai kekhawatiran berlebihan pada anak, Anda mungkin saja mengalami gangguan kecemasan yang disebut postnatal anxiety.
Penyebab baby blues
Penyebab baby blues belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Meski demikian, sindrom ini diperkirakan berkaitan dengan perubahan hormon pada minggu-minggu awal pascapersalinan.
Perubahan mood merupakan salah satu proses penyesuaian yang kerap dialami ibu setelah melahirkan normal maupun operasi caesar.
Tak hanya itu, bayangan menjadi orangtua mungkin juga merupakan salah satu penyebab baby blues syndrome.
Perubahan rutinitas akibat merawat bayi baru lahir bisa memicu kelelahan dan kurang tidur. Hal inilah yang membuat kesehatan mental ibu lebih rentan terganggu.
Meskipun semua ibu bersalin berisiko mengalami baby blues, risikonya lebih tinggi pada wanita yang mempunyai hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Cara mengatasi sindrom baby blues
Sindrom baby blues sebenarnya bisa hilang dengan sendirinya. Meski demikian, Anda juga bisa melakukan beberapa upaya di bawah ini untuk mengatasi baby blues.
- Beristirahat yang cukup.
- Berbagi cerita dengan sesama ibu baru.
- Konsumsi makanan sehat dan bergizi untuk mendukung pemulihan pascamelahirkan dan melancarkan pemberian ASI pada buah hati.
- Konsumsi multivitamin dan asam lemak omega-3 untuk menjaga kesehatan ibu.
- Tidak minum alkohol karena hal ini dapat memperparah gejala baby blues.
- Minta dukungan dari pasangan, keluarga, dan orang-orang terdekat.
- Ikuti terapi dan konseling secara individual maupun kelompok.
- Tetap luangkan waktu untuk diri sendiri (me time).
- Setiap kali muncul perasaan bersalah, jangan biarkan diri Anda larut di dalamnya.
Anda juga berhak meminta pasangan untuk turut serta merawat bayi. Selain karena mengurus anak adalah kewajiban bersama, peran suami untuk mengatasi baby blues sangatlah penting.
Tips mencegah baby blues syndrome

Meski tidak ada cara pasti yang dapat mencegah sindrom baby blues, beberapa upaya berikut ini dapat membantu menurunkan risikonya.
1. Bicarakan kekhawatiran Anda
Selain mengetahui perkembangan janin, konsultasi dengan dokter kandungan juga bermanfaat untuk membicarakan kekhawatiran Anda sebagai calon ibu.
Pada umumnya, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda depresi yang mungkin tidak Anda sadari.
Dengan begitu, dokter akan membantu Anda mengendalikan gejalanya sebelum bertambah parah. Jangan lupa juga untuk menyampaikan kekhawatiran Anda pada suami.
2. Luangkan waktu untuk me time
Salah satu cara mencegah baby blues adalah meluangkan waktu untuk diri sendiri secara rutin. Ini perlu dilakukan selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Ibu bisa mengisi me time dengan beberapa kegiatan positif, seperti meditasi, mempercantik diri ke salon, atau ngopi bersama teman.
Dengan begitu, Anda dapat menemukan sedikit kelegaan hati karena mengetahui bahwa Anda tidak sendirian.
3. Ikut tidur saat bayi tidur
Anda mungkin sudah tidak asing dengan nasihat klasik “tidurlah saat bayi tidur”. Namun, masih banyak ibu yang enggan melakukannya.
Kebanyakan ibu justru menggunakan waktu tidur si Kecil untuk berberes rumah atau berbelanja.
Tidak ada yang salah salah untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi, kebiasaan ini malah bisa membuat Anda tidak akan mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Jangan lewatkan kesempatan emas ini untuk “mencuri” waktu istirahat. Bagilah tugas dengan suami atau gunakan jasa asisten rumah tangga bila memungkinkan.
4. Sempatkan olahraga
Ibu yang rajin olahraga setelah melahirkan biasanya merasa lebih sehat secara emosional dan lebih mudah bersosialisasi.
Namun, jangan memaksakan diri untuk melakukan olahraga berat. Anda bisa memilih olahraga ringan, seperti berjalan kaki atau senam nifas.
Terlepas dari tipe olahraga yang Anda pilih, yang terpenting adalah melakukan olahraga secara teratur supaya Anda dapat merasakan manfaatnya.
5. Jangan ngotot menjadi orangtua yang sempurna
Sebagai orangtua, Anda pasti ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati. Tak jarang, Anda merasa bersalah saat melakukan kesalahan atau tidak berbuat lebih baik dari orangtua lainnya.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa menjadi orangtua merupakan proses yang panjang. Melakukan suatu kesalahan bukan berarti Anda gagal menjadi orangtua.
6. Libatkan keluarga
Baby blues syndrome sering terjadi karena ibu merasa khawatir dengan peran barunya. Tak jarang, mereka berpikir harus merawat bayi seorang diri.
Guna mengusir pikiran tersebut, jangan ragu untuk berbagi peran dengan suami. Mintalah juga bantuan dari anggota keluarga terdekat.
Selain itu, tanamkan ke dalam pikiran bahwa Anda menjalani proses menjadi orangtua bersama-sama dengan suami.
Jika perlu, Anda juga bisa meminta tolong suami untuk memberikan pemahaman kepada keluarga besarnya tentang kondisi yang sedang Anda alami saat ini.
Bisakah baby blues terjadi sebelum melahirkan?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, baby blues syndrome adalah gangguan suasana hati yang dialami wanita setelah melahirkan.
Namun, beberapa wanita juga dapat merasakan gangguan mood sejak sebelum melahirkan. Kondisi ini lebih dikenal dengan pre-baby blues atau depresi antepartum (antepartum depression).
Jika baby blues syndrome kerap dialami oleh wanita yang baru pertama kali melahirkan, lain hal dengan antepartum depression yang kerap terjadi pada kehamilan pertama.
Pasalnya, wanita yang baru pertama kali hamil mungkin memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap persalinan yang akan ia hadapi.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi mental ibu hamil dan melahirkan, tanyakanlah pada dokter kandungan Anda untuk mendapatkan solusi terbaik.
Kesimpulan
- Baby blues syndrome adalah perubahan suasana hati yang membuat ibu menjadi lebih emosional setelah melahirkan.
- Ciri-cirinya adalah gampang marah, rasa khawatir yang berlebihan pada kondisi bayi, hingga insomnia yang terjadi selama kurang dari dua minggu setelah melahirkan.
- Anda dapat mengatasinya dengan melakukan komunikasi terbuka bersama pasangan, meluangkan waktu untuk diri sendiri, dan percaya bahwa proses menjadi orangtua butuh waktu yang panjang.
- Suami memiliki peranan penting untuk mencegah dan mengatasi baby blues syndrome.