Husband stitch atau “jahitan suami” adalah jahitan pada vagina yang bertujuan mengencangkan kembali vagina yang robek setelah melahirkan normal. Prosedur ini menjadi polemik karena dinilai berdampak buruk pada wanita. Untuk lebih jelasnya, simak di artikel berikut.
Apa itu husband stitch?
Husband stitch atau juga disebut husband knot adalah jahitan yang diberikan bukan pada area perineum (bagian antara vagina dan anus), melainkan pada area vagina.
Beberapa tenaga medis mengatakan bahwa jahitan tersebut dilakukan untuk merapatkan kembali vagina yang robek setelah melahirkan normal.
Jahitan ini diyakini mampu mengembalikan kepuasan suami selama berhubungan intim karena mereka dapat merasakan sensasi vagina yang kencang kembali saat penetrasi.
Di Indonesia, prosedur ini umumnya disebut “jahitan suami”. Pasalnya, hal ini dilakukan semata untuk memenuhi kepuasan suami, bukan untuk keperluan medis.
Mirisnya, prosedur ini kerap kali dilakukan tanpa persetujuan bahkan tidak diketahui oleh pasien yang bersangkutan.
Padahal, apa pun tindakan yang akan dilakukan harus atas seizin dan sepengetahuan pasien.
Perbedaan husband stitch dan jahitan perineum
Beberapa wanita dapat mengalami vagina robek saat persalinan normal. Robekan ini biasanya terbentuk pada perineum, yaitu bagian di antara vagina dan anus.
Vagina robek merupakan kondisi yang umum terjadi. Sekitar 9 dari 10 wanita mengalami vagina robek saat melahirkan normal untuk pertama kali.
Robekan biasanya terbentuk akibat dorongan bayi yang mendesak keluar melalui vagina.
Namun, dalam kondisi tertentu, dokter atau tenaga medis yang menangani Anda dapat dengan sengaja membuat sayatan pada perineum yang disebut episiotomi.
Prosedur ini dapat dilakukan bila vagina terlalu sempit atau posisi bayi tidak ideal ketika persalinan, misalnya bayi dalam posisi sungsang.
Untuk memperbaiki perineum yang robek tersebut, dokter akan memberikan jahitan pada area tersebut. Jahitan ini umumnya disebut jahitan perineum.
Jahitan perineum bertujuan mencegah komplikasi akibat robekan vagina dan perineum. Hal ini berbeda dengan husband stitch yang cenderung memiliki tujuan estetika saja.
Perlukah husband stitch dilakukan setelah melahirkan?
Sebuah studi dalam Seminars in Plastic Surgery (2011) menyebut praktik husband stitch sudah dilakukan sejak pertengahan tahun 1950 di Amerika Serikat dan Britania Raya.
Namun, seiring waktu, prosedur ini menuai kontroversi karena dianggap sebagai tindakan yang tidak perlu dan hanya menyulitkan wanita.
Dari segi medis, prosedur husband stitch sebenarnya tidak diperlukan karena tidak bermanfaat bagi kesehatan organ reproduksi ataupun kesehatan wanita secara umum.
Selain itu, sangat wajar jika otot-otot vagina menjadi kendur setelah proses persalinan. Vagina sebenarnya akan mengencang kembali seiring waktu.
Anda juga bisa melakukan senam Kegel untuk membantu mengencangkan kembali otot-otot vagina usai persalinan.
Jahitan suami hanya dilakukan pada “pintu” vagina. Sementara itu, yang berperan ketika Anda berhubungan intim adalah otot-otot vagina bagian dalam.
Jadi, kesimpulannya husband stitch tidak banyak berpengaruh pada kepuasan seks pria.
Wanita yang menerima jahitan tersebut justru berisiko memperoleh sejumlah dampak negatif, baik dari segi medis maupun psikologis.
Bahkan di sejumlah negara, tindakan ini ilegal dan terlarang untuk dilakukan. Alasannya karena husband stitch tidak memberikan manfaat apa-apa dan dinilai kurang etis bagi wanita.
Dampak husband stitch untuk kesehatan wanita
Husband stitch pada vagina bukan hanya tidak bermanfaat, tapi juga dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif seperti berikut.
1. Prosedur tersebut sangat menyakitkan
Beberapa wanita mengaku bahwa dirinya merasakan rasa sakit yang luar biasa ketika petugas kesehatan memberikan jahitan yang tidak perlu pada vagina mereka.
Dilansir dari situs National Organization for Women Foundation, banyak wanita juga mengaku bahwa rasa sakitnya itu melebihi sakit saat melahirkan.
2. Nyeri saat berhubungan intim
Berhubungan intim setelah melahirkan bisa menjadi momen yang dinanti-nanti setelah melewati masa nifas. Namun, hal ini tidak berlaku bagi wanita yang menerima jahitan suami.
Wanita-wanita tersebut mengeluhkan nyeri saat berhubungan. Bahkan, mereka merasa bahwa jahitan tersebut membuat vagina jadi lebih sempit dari seharusnya.
3. Menyebabkan trauma psikologis
Beberapa wanita yang memperoleh husband stitch pada persalinan sebelumnya mengaku takut untuk melahirkan lagi karena khawatir vaginanya akan dijahit lagi.
Di samping itu, mereka juga merasakan trauma untuk berhubungan intim dengan suami karena rasa sakit dan nyeri yang dialaminya.
4. Berisiko komplikasi
Dari segi medis, husband stitch ternyata berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti rasa perih, nyeri, dan bahkan infeksi pada luka jahitan.
Mereka juga kemungkinan mengalami kesulitan mengontrol air kencing dan buang air besar.
Selain itu, wanita yang memperoleh jahitan suami ini juga lebih berisiko untuk mendapatkan jahitan episiotomi pada persalinan berikutnya.
Tips untuk menghindari husband stitch
Meski jahitan suami sudah dilarang, praktik ini masih sering ditemukan di Indonesia. Pasalnya, pihak berwenang belum menerapkan aturan yang melarang praktik ini sepenuhnya.
Selain itu, beberapa suami juga secara pribadi meminta dilakukan jahitan tersebut pada istrinya.
Untuk menghindari husband stitch atau jahitan suami setelah melahirkan, Anda bisa melakukan hal-hal seperti berikut ini.
- Berkomunikasi dengan suami mengenai efek dan risiko husband stitch pada diri Anda.
- Memastikan persalinan Anda dibantu oleh tenaga medis yang mematuhi kode etik dan peduli terhadap kepentingan wanita.
- Membaca dengan baik informed consent sebelum melahirkan dan memastikan semua prosedur dilakukan atas persetujuan Anda.
- Menyampaikan secara terbuka kepada dokter atau tenaga medis lainnya bahwa Anda tidak ingin menerima jahitan tersebut.
Beberapa oknum tenaga medis bisa jadi memberi husband stitch tanpa persetujuan bila Anda dalam kondisi tidak sadar setelah persalinan.
Oleh karena itu, mintalah bantuan keluarga untuk menyampaikan kepada tenaga medis yang menangani Anda mengenai penolakan terhadap tindakan tersebut.
Kesimpulan
- Husband stitch atau jahitan suami adalah jahitan yang bertujuan untuk mengencangkan kembali vagina yang robek setelah melahirkan normal.
- Pemberian jahitan yang tidak perlu ini dapat menyebabkan dampak negatif, seperti rasa sakit berlebihan, nyeri saat berhubungan intim, dan trauma psikologis.
- Untuk menghindarinya, cobalah berkomunikasi terbuka dengan pasangan, cermati informed consent sebelum bersalin, dan sampaikan langsung kekhawatiran Anda kepada petugas medis.
[embed-health-tool-due-date]