backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

7 Mitos Seputar Induksi Persalinan dan Fakta Medisnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 04/06/2024

7 Mitos Seputar Induksi Persalinan dan Fakta Medisnya

Setiap ibu hamil tentu menginginkan proses persalinan yang lancar. Namun, terkadang ada saja yang membuat proses persalinan macet sehingga ibu hamil perlu mendapatkan induksi. Bagi Anda yang sedang menanti lahirnya momongan, simak dahulu mitos dan fakta seputar induksi berikut ini, yuk!

Mitos dan fakta seputar induksi persalinan

Induksi persalinan adalah metode yang digunakan untuk merangsang kontraksi rahim. Semakin kuat kontraksi rahim, semakin mudah proses persalinan ibu hamil.

Karena rasa sakit yang ditimbulkannya lebih hebat dari kontraksi biasa, banyak wanita hamil merasa takut akan metode persalinan yang satu ini.

Bahkan, banyak juga mitos seputar induksi persalinan yang beredar di masyarakat. Agar Anda tak termakan informasi palsu, simak informasinya di bawah ini, yuk!

1. Berhubungan seks mempercepat pembukaan serviks

memancing kontraksi dengan berhubungan

Beberapa wanita  berhubungan seks saat hamil tua dengan harapan bisa mengalami kontraksi lebih cepat.

Anggapan tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya salah karena air mani mengandung hormon prostaglandin yang dapat melembutkan dan membuka serviks atau leher rahim sehingga mempercepat kontraksi.

Meskipun berhubungan seks bisa mempercepat kontraksi, ternyata kekuatannya tidak memadai untuk mendorong persalinan.

Selain itu, perlu Anda ingat bahwa tidak semua ibu hamil boleh berhubungan intim mendekati persalinan. Terlebih lagi jika Anda mengalami pecah ketuban atau memiliki risiko persalinan prematur.

2. Stimulasi puting merangsang kontraksi rahim

Tidak hanya mendorong produksi ASI, pelepasan hormon oksitosin ketika stimulasi puting ternyata juga membantu merangsang kontraksi rahim.

Walaupun ini bukan merupakan mitos induksi, ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan stimulasi puting tanpa pengawasan dokter.

Pasalnya, menurut laman Cleveland Clinic, stimulasi puting dikhawatirkan menyebabkan rangsangan berlebihan pada rahim. Kondisi ini justru bisa mengurangi aliran darah ke janin sehingga membahayakannya.

Oleh karena itu, lakukan stimulasi puting hanya ketika Anda sudah mendapatkan izin dari dokter. Stimulasi biasanya dilakukan selama 15 menit sampai satu jam dalam sehari.

3. Minyak jarak untuk pematangan serviks

Anda mungkin pernah mendengar bahwa minum minyak jarak bisa membantu proses pematangan serviks untuk persiapan persalinan.

Sayangnya, manfaat minyak jarak untuk induksi persalinan tidak sebanding dengan risiko yang menyertainya.

Sebagai bahan pencahar alami yang sangat kuat, minyak jarak yang dikonsumsi ibu hamil justru dapat meningkatkan risiko solusio plasenta.

Solusio plasenta adalah kondisi ketika plasenta terlepas sebelum waktunya. Ini akan berakibat pada kekurangan asupan oksigen dan nutrisi bagi janin.

4. Buah nanas memicu kontraksi rahim

Salah satu mitos tentang induksi yang mungkin sering Anda dengar adalah nanas bisa menjadi obat induksi persalinan alami.

Buah ini memang mengandung enzim bromelain yang dapat membantu melunakkan leher rahim dan memicu kontraksi rahim.

Faktanya, kandungan enzim bromelain dalam satu buah nanas sangatlah sedikit sehingga tidak akan menimbulkan kontraksi.

Meski begitu, ini bukan berarti ibu hamil boleh makan banyak buah nanas demi merangsang kontraksi rahim.

Pasalnya, makan nanas saat hamil dalam jumlah yang banyak justru bisa membahayakan janin.

5. Jalan kaki mendorong janin turun ke panggul

Ketika sudah siap dilahirkan, janin akan turun ke panggul ibu hamil. Hanya saja, sejauh ini tidak ditemukan bukti bahwa jalan kaki akan membantu proses tersebut.

Meski begitu, rutin jalan kaki memang bisa memberikan berbagai manfaat bagi ibu hamil.

Laman Lancaster General Health menyebutkan bahwa kebiasaan ini bisa membantu janin mendapatkan posisi yang tepat untuk persiapan persalinan.

Dengan posisi yang tepat, proses persalinan cenderung berlangsung lebih singkat.

6. Makanan pedas merangsang kontraksi rahim

Salah satu tanda rahim mulai kontraksi adalah perut mulas. Namun, perlu Anda ingat bahwa tidak semua rasa mulas pada akhir masa kehamilan adalah tanda dimulainya kontraksi.

Jadi, menggunakan makanan pedas sebagai cara induksi persalinan adalah sebuah mitos belaka. Mulas yang timbul setelah makan makanan pedas belum tentu menandakan kontraksi rahim.

Alih-alih kontraksi rahim, rasa mulas setelah makan makanan pedas disebabkan oleh pergerakan usus yang meningkat dan iritasi pada saluran pencernaan karena senyawa capsaicin.

7. Minum teh herbal mengencangkan otot rahim

minum teh herbal saat hamil

Teh herbal dengan kandungan daun rasberi dipercaya dapat mengencangkan otot rahim sehingga bisa menjadi menginduksi persalinan secara alami.

Sayangnya, hal tersebut juga termasuk mitos tentang induksi kehamilan. Ibu hamil justru harus lebih berhati-hati saat minum teh herbal.

Meskipun kadar kafeinnya lebih rendah dibandingkan teh biasa, beberapa campuran teh herbal (seperti kamomil dan akar manis) justru berisiko membahayakan janin.

Apabila Anda ingin minum teh herbal dalam bentuk apa pun, bicarakan terlebih dahulu pada dokter kandungan.

Induksi kehamilan adalah upaya yang kerap dilakukan saat janin tidak juga menunjukkan tanda siap dikeluarkan ketika mencapai hari perkiraan lahir (HPL).

Namun, perlu Anda ingat bahwa persalinan yang terjadi lebih cepat maupun lebih lambat dari HPL merupakan hal yang wajar.

Oleh karena itu, Anda tidak perlu terburu-buru melakukan induksi persalinan sendiri di rumah. Sebelum memilih induksi, pastikan Anda sudah berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu.

Kesimpulan

Berhubungan seks, stimulasi puting, makan nanas, minum teh herbal, hingga meningkatkan intensitas jalan kaki memang bisa merangsang kontraksi rahim. Namun, ini bukan cara yang tepat untuk melancarkan persalinan. Selain bukti manfaatnya masih terbatas, berbagai cara tersebut justru bisa membahayakan jika tidak dilakukan di bawah pengawasan tenaga kesehatan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 04/06/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan