Meskipun termasuk langka, emboli air ketuban adalah salah satu komplikasi persalinan yang perlu diwaspadai. Terlebih lagi, kondisi yang membahayakan ibu dan janin ini masih bisa terjadi beberapa saat setelah melahirkan.
Tanda dan gejala emboli air ketuban
Emboli air ketuban atau amniotic fluid embolism (AFE) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika air ketuban masuk ke dalam aliran darah ibu hamil melalui plasenta.
Kondisi yang memicu reaksi alergi parah ini bisa terjadi sebelum, saat, atau setelah melahirkan, termasuk pada ibu hamil yang dinyatakan sehat.
Emboli air ketuban termasuk komplikasi persalinan yang cukup sulit dideteksi. Pasalnya, gejala kondisi ini bisa menyerupai komplikasi lain selama kehamilan dan persalinan.
Meski begitu, ada beberapa kondisi yang perlu Anda waspadai, antara lain:
- sesak napas,
- gawat janin,
- perdarahan,
- keringat dingin,
- tekanan darah turun mendadak,
- paru-paru terisi cairan (edema paru),
- detak jantung tidak normal,
- mual atau muntah,
- perubahan warna kulit,
- tanda vital tidak normal, serta
- agitasi, kebingungan, atau kecemasan tiba-tiba.
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera pergi ke dokter. Gejala tersebut dapat juga muncul bersamaan dengan tanda-tanda melahirkan, seperti air ketuban pecah, kontraksi, hingga pembukaan lahiran.
[embed-health-tool-due-date]
Penyebab emboli air ketuban

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti bagaimana cairan ketuban dapat menyebabkan alergi parah yang muncul sebagai gejala amniotic fluid embolism.
Terlebih, Amniotic Fluid Embolism Foundation menjelaskan bahwa tidak semua ibu hamil yang air ketubannya masuk ke aliran darah mengalami AFE.
Semua ibu hamil punya risiko yang sama untuk mengalami emboli air ketuban. Namun, kondisi di bawah ini dinilai sebagai faktor yang membuat ibu hamil lebih berisiko.
- Gawat janin.
- Hamil kembar.
- Ruptur uteri atau rahim robek.
- Cedera perut atau rahim.
- Hamil di atas usia 35 tahun.
- Preeklampsia atau eklampsia.
- Masalah pada plasenta, seperti abruptio plasenta atau plasenta previa.
- Cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion).
- Penggunaan obat atau prosedur induksi persalinan.
- Operasi caesar.
- Melahirkan dengan alat bantu, seperti forceps atau ekstraksi vakum.
Apabila Anda hamil dengan kondisi seperti di atas, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemantauan secara lebih intensif.
Selain itu, hindari melahirkan di rumah bila Anda berisiko mengalami amniotic fluid embolism.
Komplikasi emboli air ketuban
Apabila tidak segera ditangani, berikut ini adalah berbagai komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil karena emboli air ketuban.
- Stroke.
- Histerektomi (pengangkatan rahim).
- Kejang.
- Henti jantung.
- Kerusakan otak.
- Disfungsi ginjal.
- Hilang kesadaran.
- Disfungsi dasar panggul.
- Gangguan neurologis.
- Perdarahan hebat (koagulopati intravaskular).
- Gagal jantung dan paru-paru (kolaps kardiorespirasi).
- Gangguan pembekuan darah, seperti koagulasi intravaskular diseminata.
- Kematian.
Bukan hanya masalah fisik, penyintas emboli air ketuban juga dinilai lebih berisiko mengalami masalah mental karena pengalaman traumatis yang dilaluinya.
Selain itu, amniotic fluid embolism dapat menyebabkan gawat janin serta kematian pada janin bila tidak segera ditangani.
Diagnosis emboli air ketuban

Dokter akan memastikan bahwa gejala yang Anda alami berasal dari emboli air ketuban, bukan tanda dari komplikasi lainnya.
Untuk memastikan diagnosis, dokter perlu melakukan rangkaian pemeriksaan seperti berikut.
- Tes darah, termasuk pemeriksaan enzim, elektrolit, dan hitung darah lengkap.
- Elektrokardiogram untuk memeriksa ritme jantung.
- Pulse oximeter untuk memeriksa kadar oksigen di dalam darah.
- Rontgen dada untuk memeriksa apakah terdapat penumpukan cairan di sekitar jantung.
- Ekokardiogram untuk melihat kondisi dan fungsi jantung.
Pengobatan emboli air ketuban
Emboli cairan ketuban merupakan kondisi darurat yang perlu segera ditangani. Berikut adalah berbagai metode penanganan yang dapat dilakukan.
1. Transfusi darah
Keluarnya darah dari vagina merupakan salah satu komplikasi pada proses persalinan dengan emboli air ketuban. Untuk mengganti darah yang hilang, dokter perlu memberi transfusi darah.
Penelitian dalam jurnal BJA Education (2018) menjelaskan bahwa amniotic fluid embolism juga dapat disertai dengan kelainan penggumpalan darah sehingga perdarahan mudah terjadi.
2. Terapi oksigen
Masuknya cairan ketuban ke aliran darah akan menghambat penyaluran oksigen pada ibu dan janin. Inilah alasan mengapa AFE kerap ditandai dengan sesak napas.
Untuk mengatasi kondisi ini, ibu perlu menerima terapi oksigen. Oksigen yang tidak mencukupi bisa mengganggu fungsi organ vital sehingga berakibat fatal.
3. Pemberian obat
Obat yang diresepkan untuk mengatasi emboli cairan ketuban akan disesuaikan dengan gejala yang muncul. Jika terjadi perdarahan, dokter akan memberikan obat untuk menghentikannya.
Sementara itu, jika AFE menyebabkan pelemahan fungsi jantung, dokter dapat memberikan obat untuk memperkuat fungsi jantung.
Apabila AFE terjadi sebelum melahirkan, dokter bisa menyarankan persalinan darurat. Pastikan Anda sudah menyiapkan berbagai persiapan persalinan sejak dari rumah.
Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan emboli air ketuban harus dipantau secara intensif di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Meski emboli air ketuban umumnya tidak memengaruhi perkembangan bayi setelah dilahirkan, dokter biasanya menyarankan untuk melakukan pemantauan selama 6–18 bulan.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa bayi tersebut berkembang dengan sebagaimana mestinya.
Perlu dipahami bahwa tidak ada cara untuk mencegah emboli air ketuban. Apabila Anda punya kekhawatiran terhadap kondisi ini, konsultasikanlah dengan dokter kandungan Anda.
Kesimpulan
- Emboli air ketuban adalah kondisi saat cairan ketuban masuk ke aliran darah ibu. Hal ini memicu reaksi alergi parah yang bisa terjadi sebelum, saat, atau setelah melahirkan.
- Gejala amniotic fluid embolism (AFE) dapat berupa sesak napas, mual, muntah, tekanan darah menurun, perdarahan, keringat dingin, dan detak jantung tidak normal.
- Penanganan komplikasi persalinan ini dilakukan dengan transfusi darah, terapi oksigen, dan pemberian obat, untuk menyelamatkan ibu dan bayi.