backup og meta

Asfiksia

DefinisiGejalaPenyebabDiagnosisPerawatanBisakah sembuh?

Selama proses persalinan, bayi membutuhkan oksigen yang mencukupi agar organnya tetap berfungsi dengan baik. Jika tidak, si Kecil mungkin saja mengalami komplikasi persalinan yang disebut asfiksia neonatorum.

Asfiksia

Lantas, bagaimana jika kondisi itu terjadi? Apakah masalah kesehatan pada bayi baru lahir ini bisa berakibat fatal? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.

Apa itu asfiksia neonatorum?

Asfiksia neonatorum adalah gangguan sistem pernapasan yang terjadi ketika kadar oksigen di dalam tubuh bayi terlalu rendah. Kondisi ini bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah bayi dilahirkan.

Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang bisa berakibat fatal. Pasalnya, kekurangan oksigen bisa membuat sel-sel otak dan tubuh bayi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Kondisi yang juga disebut asfiksia perinatal ini juga bisa menyebabkan penumpukan produk sisa metabolisme dalam sel sehingga meningkatkan risiko kerusakan otak.

Bayi yang terlahir dengan asphyxia bahkan dinilai memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan intelektual, gangguan perkembangan fisik, hingga cerebral palsy di kemudian hari.

[embed-health-tool-due-date]

Gejala asfiksia neonatorum

asfiksia

Gejala asfiksia pada setiap bayi baru lahir bisa berbeda-beda. Beberapa bayi mungkin langsung menunjukkan gejalanya setelah dilahirkan, tetapi ada pula yang tidak langsung terdeteksi.

Secara umum, bayi dengan asfiksia akan memiliki kadar atau saturasi oksigen yang rendah. Menurut laman UCSF Benioff Children’s Hospital, asfiksia yang terjadi sebelum bayi dilahirkan mungkin menunjukkan gejala berikut.

Ketika terjadi selama proses persalinan dan setelah dilahirkan, asfiksia mungkin menimbulkan gejala berikut.

  • Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.
  • Susah bernapas.
  • Detak jantung melambat.
  • Otot melemah.
  • Bayi terlihat lemas.
  • Terdapat mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban, kulit, kuku, atau tali pusar.

Rendahnya saturasi udara dalam tubuh mungkin juga membuat bayi mudah marah dan susah makan. Pada kondisi lebih buruk, birth asphyxia bisa menyebabkan kejang-kejang.

Tingkat keparahan gejala asphyxia bergantung pada berapa lama si Kecil tidak mendapatkan persediaan oskigen yang mencukupi. Semakin lama bayi kekurangan oksigen, semakin intens pula gejala yang dialaminya.

Apa penyebab asfiksia pada bayi baru lahir?

Berikut adalah berbagai kondisi yang bisa meningkatkan risiko si Kecil mengalami asfiksia neonatorum.

  • Tekanan darah ibu hamil terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
  • Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun selama persalinan.
  • Terdapat gangguan pada saluran pernapasan bayi.
  • Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah dalam tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen.
  • Infeksi pada ibu hamil selama persalinan.
  • Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.
  • Gangguan plasenta, seperti plasenta yang terlepas dari rahim sebelum bayi dilahirkan (abruptio plasenta).
  • Prolaps tali pusat atau kondisi saat tali pusat keluar terlebih dahulu sebelum bayi.
  • Sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup sebelum, selama, atau setelah persalinan.
  • Kelahiran prematur. Pasalnya, paru-paru pada janin berusia 37 minggu mungkin belum matang sepenuhnya.

Pada dasarnya, asphyxia neonatorum bisa terjadi dalam dua cara. Pertama, kurangnya oksigen menyebabkan gangguan secara langsung yang terjadi selama beberapa menit setelah persalinan.

Kedua, gangguan mungkin muncul saat sel-sel yang sebenarnya sudah tidak kekurangan oksigen justru melepaskan racun hasil penumpukan zat sisa metabolisme.

Cara mendiagnosis asfiksia

Dokter akan melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir menggunakan skor Apgar. Berikut adalah penilaian yang akan dilakukan dengan skor Apgar.

  • Warna kulit.
  • Detak jantung.
  • Tonus otot.
  • Refleks.
  • Ipaya pernapasan.

Skala skor Apgar adalah 1–10. Bayi akan didiagnosis dengan asfiksia neonatorum jika memiliki skor Apgar kurang dari tujuh.

Selain menilai dengan skor Apgar, dokter mungkin melakukan beberapa pemeriksaan tambahan untuk mendeteksi gejala asphyxia lainnya.

  • Tes darah.
  • Tes urin.
  • Pemeriksaan tinja.
  • Tes cairan di sekitar otak dan tulang belakang.
  • USG.
  • Ekokardiogram (EKG).
  • Pemeriksaan electroencephalography (EEG).
  • CT scan.
  • MRI.

Dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi kemungkinan hasil asidosis (kadar asam tinggi) pada darah tali pusat.

Bagaimana penanganan asfiksia neonatorum?

tnt gangguan napas

Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Jika terjadi sebelum persalinan, dokter akan memberikan tambahan oksigen pada ibu hamil.

Pada kondisi ini, dokter biasanya segera mengusulkan persalinan darurat melalui operasi caesar.

Setelah dilahirkan, dokter akan memasang alat bantu pernapasan berupa kanul oksigen atau CPAP (continuous positive airway pressure) pada si Kecil. Alat ini akan membuat paru-paru tetap terbuka sehingga bayi lebih mudah mendapatkan oksigen.

Jika asfiksia disebabkan sindrom aspirasi mekonium, dokter akan menyedot mekonium menggunakan suction.

Dokter mungkin menempatkan si Kecil ke dalam ventilator jika CPAP tidak kunjung mengurangi gejala asfiksia. Si Kecil biasanya juga ditempatkan di ICU agar pemantauan lebih mudah dilakukan.

Pada bayi cukup umur (bukan prematur) yang memiliki risiko cedera otak karena kekurangan oksigen, dokter bisa melakukan terapi hipotermia.

Selain itu, dokter mungkin memberikan obat-obatan tertentu untuk mengendalikan gejala yang menyertai.

Apakah asfiksia bisa disembuhkan?

Selama mendapatkan perawatan memadai, asfiksia neonatorum dalam taraf ringan atau sedang akan pulih sepenuhnya.

Namun, asfiksia yang berlangsung terlalu lama atau parah mungkin menyebabkan cedera permanen, seperti gangguan fungsi otak, jantung, paru-paru, atau organ tubuh lainnya.

Pada kasus yang cukup parah, kerusakan organ akibat asfiksia bahkan bisa berakibat fatal.

Sampai saat ini, tidak ada cara khusus untuk mencegah asphyxia. Karena itulah, penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala.

Melalui pemeriksaan kehamilan, dokter bisa mendeteksi berbagai kelainan pada janin sehingga dapat memberikan perawatan sedini mungkin.

Kesimpulan

  • Asfiksia neonatorum adalah gangguan sistem pernapasan yang terjadi ketika kadar oksigen di dalam tubuh bayi terlalu rendah. Kondisi ini bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah bayi dilahirkan.
  • Bayi yang terlahir dengan kondisi ini umumnya memiliki kulit lebih pucat, kesulitan untuk bernapas, dan terdapat mekonium di dalam cairan ketuban, kulit, atau tali pusarnya.
  • Risiko asfiksia bisa meningkat jika tekanan bumil terlalu tinggi atau rendah, mengalami infeksi selama persalinan, atau mengalami gangguan plasenta.
  • Perawatan pertama asfiksia akan dilakukan dengan pemberian alat bantu pernapasan, seperti CPAP dan ventilator. Dokter juga bisa melakukan terapi hipotermia jika terdapat risiko kerusakan otak.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Birth asphyxia. (2018, April 4). Seattle Children’s Hospital. Retrieved 30 June 2025, from https://www.seattlechildrens.org/conditions/birth-asphyxia/

Birth asphyxia. (n.d.). Retrieved 30 June 2025, from ucsfbenioffchildrens.org. https://www.ucsfbenioffchildrens.org/conditions/birth_asphyxia/

Birth Asphyxia. Birth Injury Guide. (2021). Retrieved 30 June 2025, from https://www.birthinjuryguide.org/causes/birth-asphyxia/

Cooling treatment for babies with perinatal asphyxia. (n.d.). Royal Berkshire NHS Foundation Trust. Retrieved 30 June 2025, from https://www.royalberkshire.nhs.uk/media/ky4pzvzj/cooling-treatment-for-babies-with-perinatal-asphyxia_dec23.pdf

Asphyxiation: Prevention, causes, symptoms & treatment. (n.d.). Cleveland Clinic. Retrieved 30 June 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24725-asphyxiation

Versi Terbaru

30/06/2025

Ditulis oleh Ihda Fadila

Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG

Diperbarui oleh: Hillary Sekar Pawestri


Artikel Terkait

Bisakah Ibu Melahirkan Normal Tanpa Rasa Sakit?

Serba-serbi Proses Melahirkan Anak Kembar dan Persiapannya


Ditinjau oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga · Ditulis oleh Ihda Fadila · Diperbarui 30/06/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan