backup og meta

Azoospermia

Azoospermia

Azoospermia merupakan salah satu penyebab masalah kesuburan pada pria. Masalah ini mungkin tidak disadari sampai Anda dan pasangan tidak kunjung dikaruniai momongan meski sudah berhubungan intim tanpa pengaman secara teratur. 

Apa itu azoospermia?

Azoospermia adalah suatu kondisi saat air mani yang dikeluarkan mengandung sangat sedikit sel sperma atau bahkan tidak ada sama sekali.

Normalnya, pria yang sehat akan memiliki 15–20 juta sel sperma dalam setiap mililiter air mani.

Sel sperma dihasilkan oleh testis lewat proses yang disebut spermatogenesis. Lalu, sel sperma bergerak melalui sistem reproduksi dan bercampur cairan untuk membentuk air mani. 

Air mani yang berisi sel sperma inilah yang nantinya akan dikeluarkan dari penis saat ejakulasi. 

Jika istri Anda belum hamil meskipun Anda berdua sudah mencoba selama lebih dari satu tahun, kelainan sperma ini mungkin menjadi penyebabnya.

Umumnya, ciri-ciri azoospermia tidak bisa dilihat secara langsung. Kondisi ini hanya bisa diketahui bila Anda melakukan analisis semen.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Studi dalam jurnal Clinics (2013) menyebutkan bahwa azoospermia terjadi pada 1% dari semua pria di seluruh dunia. Kondisi yang disebut juga sebagai sperma kosong ini memengaruhi sekitar 10–15% pria yang mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas.

Jenis azoospermia

Berdasarkan penyebabnya, kondisi kurangnya jumlah sel sperma dalam air mani ini terbagi ke dalam tiga jenis seperti di bawah ini.

1. Pretesticular azoospermia

Kondisi testis dan saluran reproduksi pria tampak normal, tetapi testis tidak cukup terstimulasi oleh hormon untuk menghasilkan sperma yang sehat.

Pretesticular azoospermia termasuk azoospermia non-obstruktif yang umumnya terjadi setelah kemoterapi atau akibat ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh.

2. Testicular azoospermia

Pada kelainan sperma ini, pria mengalami kerusakan struktur dan fungsi testis. Akibatnya, produksi sperma yang terganggu atau sperma memiliki kualitas yang buruk.

Sama seperti jenis kelainan sperma sebelumnya, testicular azoospermia ini juga termasuk azoospermia non-obstruktif.

3. Post-testicular azoospermia

Post-testicular azoospermia terjadi saat sperma tidak bisa keluar saat ejakulasi karena adanya penyumbatan di sepanjang saluran reproduksi pria.

Kondisi yang termasuk azoospermia obstruktif ini merupakan jenis yang paling umum dan bisa memengaruhi hingga 40% pria yang mengidap azoospermia.

Penyebab azoospermia

pengertian azoospermia

Penyebab sperma kosong pada pria tidak bisa disamaratakan. Secara umum, kelainan sperma ini dapat terbagi ke dalam dua jenis, yakni obstruktif dan nonobstruktif.

1. Azoospermia obstruktif

Jenis azoospermia ini disebabkan oleh adanya penyumbatan pada saluran reproduksi, biasanya pada epididimis dan vas deferens.

Penyumbatan ini membuat sperma tidak bisa meninggalkan testis. Kondisi ini membuat air mani yang keluar akan mengandung sedikit sel sperma atau tidak ada sama sekali.

Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa menimbulkan sumbatan pada saluran reproduksi.

  • Trauma atau cedera pada testis.
  • Peradangan epididimis (epididimitis).
  • Riwayat operasi pada daerah panggul.
  • Efek samping vasektomi atau kontrasepsi permanen pada pria.
  • Ejakulasi retrograde, yakni kondisi saat air mani tidak keluar melalui lubang penis, tetapi berbalik ke atas hingga masuk ke dalam kandung kemih.
  • Mutasi gen fibrosis kistik yang menyebabkan vas deferens tidak terbentuk atau penumpukan cairan kental di dalam vas deferens.

2. Azoospermia nonobstruktif

Penyebab jenis azoospermia ini adalah masalah dalam produksi sperma. Hal ini mungkin terjadi akibat gangguan hormon atau fungsi testis yang tidak sempurna.

Dalam kondisi ini, dokter tidak menemukan adanya penyumbatan yang menghalangi aliran sperma dari testis menuju saluran reproduksi.

Beberapa penyebab dari azoospermia non-obstruktif adalah sebagai berikut. 

  • Kelainan genetik tertentu, seperti sindrom Kallman dan sindrom Klinefelter.
  • Ketidakseimbangan hormon, seperti level testosteron yang rendah atau kadar hormon prolaktin yang terlalu tinggi di dalam darah (hiperprolaktinemia). 
  • Varises pada testis (varikokel).
  • Peradangan pada salah satu atau kedua testis (orkitis).
  • Efek samping kemoterapi, radioterapi, atau obat-obatan tertentu.
  • Paparan racun, radiasi, atau logam berat.
  • Gaya hidup tidak sehat, misalnya minum alkohol berlebih dan sering berendam air hangat.
  • Kriptorkismus, yakni kondisi saat testis janin pada trimester ketiga tidak turun ke dalam skrotum saat lahir.
  • Anorchia atau sindrom testis hilang, yakni kondisi ketika testis tidak muncul atau hilang setelah tahapan kritis pembentukan organ reproduksi.

Diagnosis azoospermia

Untuk mendiagnosis azoospermia, dokter terlebih dahulu akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang Anda rasakan, riwayat aktivitas seksual, dan kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan.

Kondisi air mani yang memiliki sangat sedikit sel sperma bisa diketahui melalui analisis semen.

Dokter terlebih dahulu akan meminta Anda untuk mengambil sampel air mani. Kemudian, sampel air mani ini diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui jumlah sel sperma di dalamnya. 

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan tes penunjang lainnya seperti berikut ini.

  • Tes darah untuk mengukur kadar testosteron dan follicle-stimulating hormone (FSH).
  • Tes genetik untuk mendeteksi kelainan genetik, seperti sindrom Klinefelter.
  • Pemindaian dengan rontgen atau ultrasound (USG) pada testis.
  • MRI otak bila dokter mencurigai adanya gangguan pada hipotalamus atau kelenjar pituitari di otak.

Pengobatan azoospermia

hormon testosteron penyebab kanker prostat

Jangan langsung berkecil hati ketika dokter memberi tahu kalau Anda mengalami kondisi ini. 

Dengan perawatan dan pengobatan yang tepat seperti berikut ini, pria dengan azoospermia tetap memiliki peluang untuk memiliki keturunan.

1. Pengobatan azoospermia obstruktif

Pembedahan atau operasi sering kali dapat memperbaiki saluran reproduksi yang tersumbat.

Cara mengobati azoospermia ini juga dapat dilakukan untuk membuat sambungan yang tidak pernah berkembang karena adanya cacat bawaan.

Makin cepat penyumbatan ditangani, makin besar peluang operasi akan berhasil. Jika operasi berhasil, peluang Anda untuk berhasil dalam program hamil pun makin besar.

Berikut ini adalah beberapa jenis operasi untuk mengobati azoospermia obstruktif.

  • Vasectomy reversal atau pembalikan vasektomi untuk menghubungkan kembali saluran sperma.
  • MicroTESE, yaitu prosedur mengekstraksi sperma pada jaringan testis dengan sayatan kecil.
  • TURED, yaitu pembedahan kecil yang dilakukan dengan kamera yang dapat menghilangkan penyumbatan pada saluran reproduksi.
  • Sunat.
  • Mengobati bekas luka akibat infeksi menular seksual dengan endoskopi.

2. Pengobatan azoospermia non-obstruktif

Apabila kondisinya tidak terlalu serius, sebagian orang hanya perlu melakukan perubahan gaya hidup, minum obat, atau melakukan detoksifikasi.

Anda mungkin membutuhkan waktu sekitar 2–3 bulan hingga jumlah sel sperma dalam air mani Anda kembali normal.

Jika azoospermia disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, dokter dapat memberikan obat hormon yang memungkinkan sperma untuk kembali diproduksi oleh tubuh.

Obat hormon yang umumnya diperlukan antara lain:

Beberapa pria mungkin mengalami varikokel, yakni kondisi saat pembuluh darah vena pada testis membesar sehingga akan membuat produksi sperma bermasalah.

Tindakan varikokelektomi dapat mengidentifikasi juga mengikat vena yang bermasalah. Secara umum, keberhasilan tindakan ini mencapai 40% untuk mengembalikan produksi sperma.

Pencegahan azoospermia

Kelainan sperma yang disebabkan oleh kelainan genetik mungkin tidak dapat sepenuhnya dicegah.

Namun, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut untuk mencegah gangguan sperma yang disebabkan oleh faktor di luar genetik.

  • Konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
  • Rutin berolahraga untuk menjaga berat badan agar tetap ideal.
  • Kelola stres dengan sebaik mungkin.
  • Hindari paparan panas berlebih pada area testis, misalnya tidak terlalu lama berendam air hangat atau memakai celana dalam yang tidak terlalu ketat.
  • Hindari aktivitas yang berpotensi mencederai organ reproduksi pria.
  • Jauhi paparan radiasi dan bahan kimia berbahaya.
  • Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai masalah ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.

Kesimpulan

  • Azoospermia adalah kondisi saat air mani mengandung sangat sedikit sel sperma atau bahkan tidak ada sama sekali.
  • Penyebab kelainan sperma ini berupa penyumbatan pada saluran reproduksi (obstruktif) atau gangguan pada produksi sperma (nonobstruktif).
  • Obat-obatan, operasi, dan perubahan gaya hidup sehat dapat membantu meningkatkan kesuburan pria dan peluang untuk mendapatkan momongan.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Azoospermia: No sperm count. (2023). Cleveland Clinic. Retrieved December 17, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15441-azoospermia

Azoospermia. (2023). Johns Hopkins Medicine. Retrieved December 17, 2024, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/azoospermia

Azoospermia. (n.d.). Stanford Health Care. Retrieved December 17, 2024, from https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/mens-health/azoospermia.html

Azoospermia. (n.d.). UCLA Health. Retrieved December 17, 2024, from https://www.uclahealth.org/medical-services/urology/mens-clinic-ucla/fertility/azoospermia

Azoospermia. (2024). University of Utah Health. Retrieved December 17, 2024, from https://healthcare.utah.edu/fertility/conditions/sperm-production-azoospermia

Azoospermia. (2019). UNC School of Medicine Department of Urology. Retrieved December 17, 2024, from https://www.med.unc.edu/urology/patientcare/adult-non-cancer/male-fertility/azoospermia/

Cocuzza, M., Alvarenga, C., & Pagani, R. (2013). The epidemiology and etiology of azoospermia. Clinics, 68, 15-26. https://doi.org/10.6061/clinics/2013(sup01)03

Versi Terbaru

24/12/2024

Ditulis oleh Atifa Adlina

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Hati-Hati! 7 Hal Ini Bisa Membunuh Sperma Pria

10 Makanan Penyubur Sperma agar Pasangan Cepat Hamil


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan