backup og meta

Benarkah Ibu Hamil Pertama Lebih Rentan Keguguran?

Benarkah Ibu Hamil Pertama Lebih Rentan Keguguran?

Ada begitu banyak pendapat dan rumor terkait keguguran, salah satunya menyatakan bahwa ibu yang hamil untuk pertama kalinya lebih rentan mengalami kondisi ini.

Lantas, benarkah pendapat tersebut? Mari cek faktanya lewat informasi berikut.

Apakah benar kehamilan pertama rentan keguguran?

kehamilan pertama rentan keguguran

Anda mungkin sering mendengar bahwa keguguran lebih banyak terjadi saat kehamilan pertama. Namun, ternyata tidak benar bahwa ibu yang hamil pertama lebih rentan keguguran.

Apakah suatu kehamilan yang berisiko keguguran atau tidak, itu tergantung pada kondisi setiap ibu hamil.

Bahkan, keguguran sering terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini bisa terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil maupun wanita yang sudah berkali-kali hamil dan punya anak.

Keguguran sangat umum terjadi. Menurut sebuah penelitian dalam jurnal BMC Pregnancy and Childbirth (2021), persentase keguguran mencapai 11,3% atau bisa terjadi pada 1 dari 8 ibu hamil. 

Bahkan, ibu hamil bisa saja mengalami keguguran sebelum menyadari kehamilannya atau melakukan tes kehamilan.

Keguguran biasanya terjadi pada masa awal kehamilan, dengan sebagian besar kasus terjadi pada 12 minggu pertama.

Penyebab terjadinya keguguran saat hamil pertama

Banyak faktor yang bisa menyebabkan keguguran. Terkadang, dokter pun tidak mengetahui apa yang menyebabkan keguguran sehingga diperlukan tes medis lanjutan untuk mengetahuinya.

Pada umumnya, keguguran terjadi karena kondisi tubuh ibu tidak mendukung pertumbuhan janin. Pada kasus tertentu, janin tidak mampu berkembang karena suatu kondisi medis.

Berikut ini merupakan beberapa penyebab keguguran yang cukup umum.

1. Kelainan kromosom

kelainan kromosom menyebabkan kehamilan pertama rentan keguguran

Sekitar 50–70% keguguran pada trimester pertama disebabkan oleh kelainan kromosom dalam sel telur yang sudah dibuahi sperma. 

Sel telur atau sperma memiliki jumlah kromosom yang salah. Kondisi ini membuat sel telur yang sudah dibuahi sperma tidak dapat berkembang dengan normal.

2. Kondisi rahim ibu lemah

Janin tidak mampu tumbuh dengan baik jika kondisi rahim ibu lemah. Kondisi ini mungkin tidak terdeteksi pada ibu yang hamil pertama kali. Dari sinilah muncul anggapan bahwa ibu yang hamil pertama lebih rentan keguguran.

Lemahnya rahim ini dapat disebabkan oleh bentuk rahim yang tidak beraturan atau leher rahim ibu yang lebih lemah dari seharusnya. Akibatnya, pertumbuhan janin terhambat dan terjadilah keguguran.

Leher rahim yang lemah juga membuat rahim ibu tidak bisa mempertahankan kehamilan. Umumnya, tanda-tanda keguguran akan muncul pada trimester kedua kehamilan.

3. Embrio tidak menempel dengan benar

Setelah dibuahi sperma, sel telur harus menempel pada dinding rahim ibu. Sel telur lalu membelah diri menjadi embrio dan berkembang menjadi janin dalam kandungan. 

Namun, bila embrio tidak menempel dengan baik, ia tidak dapat berkembang menjadi janin. Embrio pun terlepas dari rahim dan akhirnya terjadilah keguguran.

4. Ibu tidak tahu dirinya sedang hamil

Tes kehamilan dengan gula

Satu dari lima kehamilan bisa berakhir dengan keguguran sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, banyak juga wanita yang keguguran sebelum tahu bahwa dirinya sedang hamil.

Karena tidak menyadari kehamilannya, sang ibu jadi tidak melakukan pemeriksaan kandungan atau menerapkan pola makan untuk mendukung kehamilan.

Akibatnya, bisa saja janin tidak mendapatkan gizi yang cukup dari ibu. Para ahli menemukan bahwa kekurangan vitamin D bisa meningkatkan risiko keguguran.

5. Infeksi

Beberapa infeksi serius selama kehamilan, seperti rubella, herpes simpleks, dan klamidia, bisa memengaruhi perkembangan janin dan mengakibatkan keguguran. 

Oleh karena itu, Anda yang berencana hamil disarankan agar memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu dan melengkapi vaksinasi sebelum hamil. 

Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyakit infeksi yang membahayakan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.

Apakah Anda masih bisa hamil setelah keguguran?

Wanita yang pernah keguguran mungkin merasa lebih khawatir akan mengalami keguguran lagi pada kehamilan berikutnya. 

Namun, bukan berarti wanita yang pernah keguguran tidak bisa hamil atau sudah pasti akan keguguran lagi. 

Anda masih bisa hamil lagi dan mempertahankan kehamilan sampai bayi lahir. Setidaknya, sebanyak 85% wanita yang pernah keguguran bisa hamil dengan normal sampai berhasil melahirkan bayinya. 

Tetaplah berusaha dan jangan lupa berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui waktu yang tepat untuk hamil lagi setelah keguguran.

Dokter juga akan menyarankan Anda untuk rutin melakukan pemeriksaan, menjaga asupan gizi saat hamil, dan mengurangi stres guna mencegah kondisi ini terulang kembali.

Kesimpulan

  • Tidak benar hamil pertama lebih rentan keguguran. Risiko keguguran tergantung pada kondisi setiap ibu hamil.
  • Faktor-faktor penyebab keguguran antara lain kelainan kromosom, rahim ibu lemah, perkembangan embrio tidak sempurna, infeksi, hingga kehamilan yang tidak diketahui.
  • Keguguran bukan akhir dari segalanya, sebab ibu hamil masih bisa hamil kembali.
  • Konsultasi dengan dokter Anda untuk mengetahui waktu yang tepat untuk hamil lagi setelah keguguran.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Miscarriage. (2022). Pregnancy, Birth and Baby. Retrieved December 9, 2022, from https://www.pregnancybirthbaby.org.au/miscarriage

What really happens during a miscarriage. (2022). Pregnancy, Birth and Baby. Retrieved December 9, 2022, from https://www.pregnancybirthbaby.org.au/what-really-happens-during-a-miscarriage

Miscarriage: Signs, symptoms, and causes of early pregnancy loss. (2015). BabyCenter. Retrieved December 9, 2022, from https://www.babycenter.com/pregnancy/health-and-safety/miscarriage-signs-causes-and-treatment_252

Dugas C, Slane VH. (2022). Miscarriage. StatPearls. Retrieved December 9, 2022, from  https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532992/

Strumpf, E., Lang, A., Austin, N., Derksen, S. A., Bolton, J. M., Brownell, M. D., Chateau, D., Gregory, P., & Heaman, M. I. (2021). Prevalence and clinical, social, and health care predictors of miscarriage. BMC pregnancy and childbirth, 21(1), 185. https://doi.org/10.1186/s12884-021-03682-z

Tamblyn, J. A., Pilarski, N. S. P., Markland, A. D., Marson, E. J., Devall, A., Hewison, M., Morris, R. K., & Coomarasamy, A. (2022). Vitamin D and miscarriage: a systematic review and meta-analysis. Fertility and sterility, 118(1), 111–122. https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2022.04.017

Versi Terbaru

09/01/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Kembali Bugar, Ini Beberapa Olahraga Ringan Setelah Keguguran

Apa Benar Kelelahan Bisa Menyebabkan Keguguran?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 09/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan