backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Kadar Kolesterol Meningkat, Bolehkah Ibu Hamil Minum Obat Penurun Kolesterol?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Kadar Kolesterol Meningkat, Bolehkah Ibu Hamil Minum Obat Penurun Kolesterol?

    Kadar kolesterol tubuh seharusnya tidak boleh lebih dari 200 mg/dL dengan kolesterol LDL harus di bawah angka 130 mg/dL. Jika lebih dari batas tersebut, Anda akan dianjurkan untuk minum obat kolesterol. Dalam kondisi normal, Anda mungkin bisa dengan mudah minum obat ini tanpa khawatir efek buruk yang akan terjadi. Namun, lain cerita bila wanita yang punya kolesterol tinggi sedang hamil. Nah, apakah obat kolesterol untuk ibu hamil itu aman?

    Obat kolesterol untuk ibu hamil, aman atau tidak?

    nyeri otot akibat obat kolesterol

    Obat kolesterol yang paling sering dikonsumsi untuk menurunkan kadar kolesterol tinggi dalam tubuh adalah statin.

    Jenis obat statin pun ada berbagai macam, semua bekerja dengan cara yang mirip. Obat tersebut menghalangi pembentukkan kolesterol di dalam hati sekaligus mencegah penyumbatan pada pembuluh darah.

    Sayangnya, Anda harus lebih pandai memilah-milah mana obat yang boleh dikonsumsi saat hamil dan mana yang tidak.

    Pasalnya, tidak semua jenis obat aman diminum selama kehamilan, termasuk obat penurun kolesterol ini.

    FDA, sebagai Badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat setara BPOM, tidak menyarankan penggunaan obat kolesterol untuk ibu hamil.

    Alasannya, obat ini berisiko membahayakan janin di dalam rahim, bahkan bisa mengakibatkan cacat lahir pada bayi.

    Dr. Rina Mauricio, seorang spesialis jantung dari UT Southwestern Medical Center, menyatakan bahwa sebuah penelitian menunjukan, penggunaan obat statin selama trimester 1 kehamilan oleh ibu hamil tidak meningkatkan risiko cacat lahir pada janin.

    Akan tetapi, wanita yang mengonsumsi obat statin selama trimester 1 diketahui memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami keguguran.

    Itulah mengapa banyak ahli kesehatan yang melarang keras penggunaan sebagian besar obat kolesterol untuk ibu hamil karena berisiko membahayakan kondisi ibu serta calon bayinya.

    Jenis obat kolesterol yang boleh dipergunakan selama hamil hanya sekuestran asam empedu atau bile acid sequestrants (BAS).

    BAS diketahui tidak terserap ke dalam darah sehingga tidak memiliki risiko yang berbahaya pada janin.

    Ternyata, kolesterol meningkat secara alami saat hamil

    Peningkatan kolesterol selama kehamilan tidak selalu buruk.

    Selama masa kehamilan, kadar kolesterol dalam tubuh memang bisa meningkat cukup banyak hingga berkisar antara 25—50% dari jumlah sebelumnya.

    Dr. Kavita Sharma, yang merupakan direktur di Ohio State University Wexner Medical Center, juga menyatakan bahwa peningkatan ini tergantung usia kehamilan, umumnya berlangsung selama trimester kedua dan trimester ketiga kehamilan.

    Tidak perlu khawatir, jumlah ini nantinya akan kembali normal dalam kurun waktu 4—6 minggu usai melahirkan.

    Intinya, normal bagi ibu hamil untuk mengalami peningkatan kadar kolesterol.

    Kolesterol ini meliputi jumlah kolesterol total, trigliserida, kolesterol “jahat” atau LDL, hingga kolesterol “baik” atau HDL yang bisa meningkat jauh lebih tinggi daripada jenis kolesterol lainnya.

    Bahkan, total kolesterol akan berubah-ubah antara 175—200 mg/dL di awal kehamilan dan akan terus meningkat hingga mencapai 250 mg/dL sampai akhir masa kehamilan.

    Bukan tanpa alasan, kolesterol termasuk nutrisi penting yang juga dibutuhkan oleh tubuh selama masa kehamilan.

    Ini karena kolesterol memegang peran besar dalam menunjang perkembangan otak janin, perkembangan sel-sel tubuh janin, serta mempersiapkan ASI untuk masa menyusui nantinnya.

    Di samping itu, kolesterol juga akan meningkatkan produksi hormon estrogen dan progesteron yang membantu menjaga agar kehamilan tetap sehat.

    Singkatnya, bisa dikatakan bahwa kebutuhan jumlah kolesterol wanita hamil dan tidak hamil tentu akan sangat berbeda.

    Daripada minum obat, coba lakukan cara lain yang lebih aman

    camilan saat hamil

    Sedikit pengecualian bagi Anda yang sudah memiliki kolesterol tinggi sebelum kehamilan, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter mengenai cara alternatif yang bisa dilakukan guna mencegah kadar kolesterol tubuh meningkat pesat selama hamil.

    Pengaturan pola makan sehat dan rutin berolahraga umumnya direkomendasikan demi menjaga kolesterol tetap stabil.

    1. Menjaga pola makan

    Anda disarankan untuk menjaga kesehatan diri dengan menerapkan pola makan seimbang dan olahraga teratur sebelum, selama, dan sesudah kehamilan.

    Menjaga pola makan yang sehat bisa menjadi pilihan pengobatan utama untuk membantu menurunkan kolesterol pada ibu hamil.

    Sebisa mungkin, pilih sumber makanan yang rendah lemak dan tinggi serat. Anda bisa memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan untuk menambah asupan vitamin dan mineral.

    Bahkan, meski Anda sering ngidam makan makanan ini-itu saat hamil, tetap pertimbangkan kandungan nutrisinya untuk si kecil di dalam perut.

    Bila perlu, Anda bisa melakukan konsultasi ke dokter gizi untuk membantu membuat pola makan yang sehat dan tepat untuk Anda.

    2. Rutin berolahraga

    Jangan lupa, iringi dengan olahraga yang akan membantu mengelola kadar kolesterol dalam tubuh.

    Pilih olahraga ringan yang aman dilakukan oleh ibu hamil. Hal yang penting tubuh, tetap rileks dan memperoleh manfaat positifnya.

    Selain untuk mengatur kadar kolesterol, olahraga saat hamil juga bertujuan untuk mempersiapkan persalinan yang lancar.

    Dengan menerapkan gaya hidup sehat tersebut, Anda pun bisa menurunkan risiko komplikasi kehamilan akibat kolesterol tinggi selama hamil tanpa harus minum obat kolesterol.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan