backup og meta
Kategori

1

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Waspadai Keracunan Makanan Saat Hamil, Ini Penanganannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 30/11/2022

Waspadai Keracunan Makanan Saat Hamil, Ini Penanganannya

Saat hamil, penting untuk bisa menjaga kesehatan ibu dan janin. Selain mencukupi kebutuhan gizi harian, ibu juga harus menghindari beberapa jenis makanan yang dilarang saat hamil. Ini bertujuan untuk mencegah gangguan kesehatan akibat mengonsumsi makanan yang salah, termasuk keracunan makanan. Memangnya, makanan apa saja yang bisa menyebabkan keracunan saat hamil?

Apakah keracunan makanan bisa terjadi saat hamil?

bolehkah ibu hamil makan daging sapi

Keracunan makanan tetap bisa terjadi meski Anda sedang dalam kondisi hamil.

Faktanya, ibu hamil lebih rentan mengalami kondisi yang lebih parah akibat keracunan makanan dibandingkan dengan orang yang tidak hamil.

Ini karena daya tahan ibu saat hamil akan mengalami perubahan atau bahkan menurun sehingga lebih mudah terserang penyakit, termasuk infeksi bakteri dan virus penyebab keracunan makanan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu untuk selalu berhati-hati dan menjaga makanan yang dikonsumsi selama masa kehamilan.

Ini bukan hanya saat ibu membeli makanan atau minuman di luar, tetapi juga saat memasak dan menyimpan makanan di rumah.

Apa gejala keracunan makanan saat hamil?

Meski penyebab keracunan makanan dapat berbeda-beda, ada beberapa gejala umum yang dapat timbul akibat kondisi ini, termasuk pada ibu hamil.

Gejala tersebut meliputi berikut ini.

  • Mual.
  • Muntah.
  • Diare cair atau berdarah.
  • Sakit perut dan kram.
  • Demam.

Gejala mungkin akan mulai timbul beberapa jam setelah mengonsumsi makanan penyebab keracunan.

Namun, terkadang gejala juga bisa baru dirasakan beberapa hari atau minggu kemudian.

Gejala tersebut dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu.

Apa saja penyakit penyebab keracunan makanan pada ibu hamil?

tipes pada ibu hamil

Ada beberapa penyebab keracunan makanan saat hamil, di antaranya sebagai berikut.

1. Listeriosis

Listeriosis adalah kondisi yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes yang umumnya terkandung pada tanah dan air.

Pada wanita hamil, kondisi ini 13 kali lebih mudah terjadi dibandingkan pada orang yang tidak hamil.

Bahkan, melansir dari Pregnancy Birth Baby, listeriosis bisa berdampak buruk pada kehamilan dan meningkatkan risiko terjadinya keguguran, lahir mati (stillbirth), atau kelahiran prematur.

Jika berhasil dilahirkan, bayi baru lahir yang terinfeksi bakteri ini juga bisa menyebabkan kondisi serius, seperti meningitis, keracunan darah, atau infeksi lainnya.

Bakteri penyebab listeriosis bisa hinggap dan mengkontaminasi makanan siap saji, seperti daging beku dan sosis.

Selain makanan tersebut, makanan jenis lain, seperti unggas, makanan laut (seafood), dan produk susu, juga bisa mengandung bakteri listeria monocytogenes.

Hal ini terutama jika bahan makanan tersebut tidak mengalami pasteurisasi (membunuh bakteri dengan proses pemanasan).

Bakteri tersebut bahkan bisa tumbuh pada makanan yang disimpan di dalam kulkas.

2. Escherichia coli

Escherichia coli (E.coli) sebenarnya hidup secara alami di dalam usus manusia.

Namun, E.coli bisa menyebabkan keracunan makanan selama kehamilan jika ibu hamil tidak sengaja mengonsumsi bakteri ini yang bisa terkandung dalam berbagai makanan dan minuman.

Makanan dan minuman tersebut misalnya buah-buahan atau jus buah, sayuran, daging mentah atau setengah matang, dan susu yang tidak dipasteurisasi.

3. Salmonellosis

Salmonellosis dapat terjadi akibat bakteri Salmonella.

Umumnya, Salmonella bisa terkandung di dalam telur mentah atau setengah matang, daging, unggas, atau makanan yang tidak melalui proses pasteurisasi.

Kondisi ini juga bisa terjadi jika Anda mengonsumsi makanan yang terkena tanah atau kotoran hewan yang telah terkontaminasi bakteri Salmonella.

4. Campylobacteriosis

Campylobacter atau kampilobakter adalah jenis bakteri penyebab penyakit camplylobacteriosis yang biasanya mengkontaminasi ayam atau makan yang tidak dipasteurisasi.

Bakteri ini paling sering menjadi penyebab keracunan makanan. Kondisi ini biasanya dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan setengah matang.

Namun, proses memasak yang salah karena tidak memisahkan makanan matang dan mentah dengan baik juga bisa menyebabkan kontaminasi bakteri ini.

5. Norovirus

Norovirus menjadi jenis virus yang paling umum menjadi penyebab gangguan kesehatan akibat makanan, termasuk keracunan makanan saat hamil.

Virus ini bisa menyebar dengan mudah melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.

6. Toxoplasma

Toxoplasma pada ibu hamil disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii.

Infeksi parasit ini bisa berakibat fatal karena ibu hamil bisa menularkan toxoplasma pada janin.

Toxoplasma pada janin bisa menyebabkan keguguran, lahir mati, atau cacat lahir.

Toxoplasma bisa terjadi akibat tidak sengaja menelan telur Toxoplasma gondii yang ada pada tanah atau permukaan lain yang telah terkontaminasi.

Umumnya, hal tersebut dapat terjadi jika Anda memasukan tangan ke dalam mulut tanpa mencucinya terlebih dahulu setelah berkebun, membersihkan kotoran kucing, atau menyentuh permukaan lain yang telah terpapar kotoran kucing.

Cara tepat mengatasi keracunan makanan saat hamil

nutrisi ibu hamil kembar

Untuk mencegah akibatfatal akibat keracunana makanan saat hamil, sangat penting bagi Anda untuk segera mendapat penanganan yang tepat.

Berikut ini cara yang tepat untuk mengatasi keracunan makanan saat hamil.

1. Lakukan pemeriksaan ke dokter

Keracunan makanan saat hamil bisa berbahaya. Untuk itu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala keracunan seperti yang telah disebutkan di atas.

Dokter biasanya akan memberi penanganan sesuai dengan masing-masing penyebab keracunan dan tingkat keparahan kondisiya.

2. Perbanyak minum air

Cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare perlu digantikan untuk mengembalikan kondisi tubuh. Elektrolit yakni berupa mineral, seperti natrium, kalium, dan kalsium.

Jika diare atau muntah berlangsung cukup lama, Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit.

Tujuannya agar bisa mendapat asupan garam dan cairan tambahan melalui infus pembuluh darah untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.

3. Pemberian antibiotik

Dokter juga bisa meresepkan obat antibiotik jika keracunan disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi bakteri dengan gejala yang cukup parah.

Misalnya, keracunan makanan akibat bakteri Listeria monocytogenes harus ditangani dengan antibiotik infus melalui pembuluh darah yang hanya bisa diberikan selama rawat inap di rumah sakit.

Semakin cepat penanganan diberikan, maka semakin cepat pula kondisi bisa cepat pulih.

Selama masa kehamilan, pemberian antibiotik ini juga bisa mencegah penularan infeksi kepada janin di dalam kandungan Anda.

Meski begitu, perlu diingat bahwa antibiotik tikdak dapat mengatasi keracunan makanan akibat virus.

Sebalikanya, antibiotik justru bisa memperparah gejala keracunan akibat jenis virus atau bakteri tertentu.

4. Penggunaan obat diare

Untuk mengatasi gejala diare, dokter mungkin akan memberikan obat diare. Namun, tidak semua jenis obat diare aman digunakan saat hamil.

Jenis obat diare yang diketahui bisa digunakan saat hamil salah satunya yaitu loperamide.

Berdasarkan Food and Drug Administration, atau setingkan BPOM di Amerika, menentukan obat ini masuk dalam kategori C dalam penggunaan pada wanita hamil.

Artinya, ada penelitian pada hewan yang menunjukan dampak buruk pada janin jika obat digunakan saat hamil.

Namun, dokter bisa mempertimbangkan penggunaan obat jika manfaat lebih besar daripada risikonya.

Cara mencegah keracunan makanan saat hamil

Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada makanan tertentu yang bisa menyebabkan keracunan makanan selama masa kehamilan.

Maka dari itu, perlu diingat untuk menghindari makanan-makanan tersebut saat hamil agar terhindar dari keracunan makanan.

Beberapa makanan yang perlu dihindari saat hamil atau dikurangi frekuensi konsumsinya meliputi berikut ini.

  • Produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi, termasuk es krim.
  • Keju, seperti brie, ricotta, dan camembert.
  • Ayam yang dimasak saat beku, seperti pada roti lapis (sandwich) dan salad.
  • Salad siap makan, seperti yang dijual di supermarket.
  • Blue cheese, seperti Gorgonzola, Roquefort, dan Danish blue.
  • Makanan dengan telur mentah atau setengah matang.
  • Daging mentah atau setengah matang.
  • Daging beku, seperti sosis dan daging patty.
  • Ati ampela.
  • Makanan laut (seafood) mentah atau bakar, termasuk ikan dan kerang.
  • Kecambah mentah atau setengah matang, yang meliputi brokoli, daun bawang, dan tauge.

Selain menghindari makanan tersebut, Anda juga harus memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan saat makan.

Berikut upaya-upaya yang perlu dilakukan.

  • Selalu cuci tangan sebelum masak atau makan.
  • Bersihkan makanan sebelum memasaknya.
  • Cuci alat makan atau masak dengan bersih setelah menggunakannya.
  • Cairkan makanan yang beku sebelum memasaknya.
  • Simpan makanan matang dan mentah secara terpisah.
  • Jaga suhu kulkas agar tetap dingin.
  • Perhatikan masa kedaluwarsa setiap makanan.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, Anda bisa menjaga keamanan makanan untuk Anda dan janin selama masa kehamilan dengan lebih baik.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 30/11/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan