Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang rentan terjadi pada siapa saja, tidak terkecuali ibu hamil. Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, diare pada ibu hamil yang dibiarkan bisa saja berdampak buruk bagi janin.
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang rentan terjadi pada siapa saja, tidak terkecuali ibu hamil. Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, diare pada ibu hamil yang dibiarkan bisa saja berdampak buruk bagi janin.
Namun, Anda tak perlu panik. Cari tahu lebih lanjut mengenai diare selama kehamilan melalui artikel berikut!
Sama seperti masalah kehamilan lainnya, perubahan hormon merupakan salah satu penyebab utama diare pada ibu hamil.
Namun, beberapa kondisi berikut juga bisa menjadi penyebab ibu hamil lebih sering buang air besar.
Selama kehamilan, beberapa jenis hormon seperti estrogen, progesteron, oksitosin, hCG, dan prolaktin akan mengalami peningkatan untuk mendukung pertumbuhan janin.
Meski merupakan kondisi yang normal, perubahan kadar hormon sering kali membuat ibu hamil mengalami gangguan pencernaan, salah satunya diare.
Sebagai contoh, kenaikan kadar prostaglandin yang merangsang kontraksi otot rahim akan membuat gerakan usus menjadi lebih cepat.
Akibatnya, cairan yang ada di dalam makanan tidak akan terserap dengan baik sehingga konsistensi tinja menjadi lebih cair.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu dan janin, kebanyakan ibu hamil memilih meningkatkan konsumsi sayur dan buah.
Meski sehat, terlalu banyak mengonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah justru bisa menyebabkan diare.
Pasalnya, makanan berserat akan membuat usus bekerja lebih cepat dalam mengeluarkan makanan.
Selain itu, perubahan nafsu makan karena ngidam saat hamil juga bisa menyebabkan diare, apalagi jika Anda mengonsumsi makanan pedas, tinggi lemak, dan tinggi gula.
Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga keseimbangan asupan gizi selama kehamilan.
Bagi kebanyakan ibu hamil, konsumsi vitamin prenatal diperlukan untuk mencukupi kebutuhan gizi harian.
Namun, pastikan Anda hanya minum vitamin atau obat-obatan setelah mendapat persetujuan dari dokter.
Pasalnya, beberapa vitamin dan obat-obatan bisa menimbulkan gangguan pencernaan pada ibu hamil.
Contohnya, mengonsumsi suplemen zat besi dengan dosis di atas 30 mg sekali minum dapat menyebabkan masalah pada saluran pencernaan, entah itu berupa sembelit atau diare.
Penyebab diare pada ibu hamil yang perlu diwaspadai adalah infeksi virus atau bakteri. Beberapa jenis bakteri yang bisa menyebabkan diare saat hamil adalah E. coli, Salmonella, dan Shigella.
Kuman penyebab diare bisa masuk ke dalam tubuh saat ibu hamil jajan sembarangan atau tidak rajin mencuci tangan sebelum makan dan sesudah pergi ke toilet.
Jika diare saat hamil disebabkan oleh infeksi, diperlukan penanganan yang tepat supaya infeksi tidak menyebar dan berdampak buruk pada janin.
Diare sering kali tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi gejala dari masalah kesehatan lain yang lebih serius, seperti penyakit celiac, sindrom iritasi usus besar, hingga penyakit Crohn.
Jika Anda memiliki riwayat masalah kesehatan tersebut, penting untuk membicarakan rencana kehamilan dengan dokter untuk meminimalkan dampak diare.
American Pregnancy Association juga menyebutkan bahwa sensitivitas indra penciuman dan saluran pencernaan selama kehamilan bisa menyebabkan ibu hamil lebih mudah diare.
Meski diare lebih sering terjadi pada trimester pertama kehamilan, Anda tetap bisa mengalaminya pada trimester kedua dan ketiga.
Diare pada trimester ketiga justru bisa menjadi tanda waktu persalinan semakin mendekat. Namun, kondisi ini biasanya juga disertai dengan gejala persalinan lainnya, terutama kontraksi rahim.
Ibu hamil bisa dianggap mengalami diare jika sudah buang air besar (BAB) sebanyak lebih dari tiga kali sehari dengan tekstur feses yang encer.
Selain dari perubahan tekstur feses itu sendiri, diare saat hamil juga bisa disertai dengan gejala yang beragam, sesuai penyebabnya.
Pada diare yang disebabkan oleh infeksi, ibu hamil biasanya juga merasakan mual, demam, pusing, bahkan feses yang berdarah.
Sementara itu, untuk diare yang disebabkan oleh masalah medis tertentu, ibu hamil biasanya merasakan gejala sesuai penyakit yang mendasarinya.
Contohnya, diare yang disebabkan oleh penyakit celiac biasanya juga disertai dengan penurunan berat badan dan nyeri sendi.
Setiap ibu hamil bisa memiliki gejala diare yang berbeda. Jika Anda merasa khawatir dengan diare yang Anda alami saat hamil, bicarakan dengan dokter.
Meski diare merupakan masalah kehamilan yang cukup umum, tidak berarti Anda bisa mengabaikannya.
Diare yang tidak ditangani secara tepat bisa menyebabkan dehidrasi. Komplikasi diare inilah yang bisa membahayakan ibu dan janin.
Dehidrasi yang disebabkan oleh diare saat hamil biasanya juga disertai dengan gejala lain seperti berikut.
Kekurangan cairan dalam tubuh akibat dehidrasi bisa menyebabkan berkurangnya volume air ketuban.
Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan perkembangan janin dan bahkan meningkatkan risiko keguguran.
Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Open Forum Infectious Diseases (2018), diare pada ibu hamil yang dibiarkan juga bisa meningkatkan kemungkinan ukuran tubuh bayi kecil saat lahir (small for gestational age).
Diare merupakan salah satu gangguan pencernaan yang bisa sembuh dengan sendirinya setelah 1–2 hari, bahkan tanpa pengobatan.
Namun, jika Anda ingin minum obat diare khusus untuk ibu hamil, pastikan Anda hanya mengonsumsinya setelah mendapat izin dari dokter.
Selain melalui pengobatan dari dokter, Anda biasanya juga disarankan untuk melakukan beberapa hal berikut untuk mengatasi diare ringan.
Apabila diare tidak kunjung membaik setelah 1–2 hari Anda melakukan berbagai perawatan seperti di atas, segera kunjungi dokter.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar