Epilepsi pada ibu hamil mungkin tampak jarang dialami. Namun, risiko terjadinya kejang selama masa kehamilan ternyata tanpa disadari bisa dimiliki banyak wanita. Berikut ini informasi lebih lanjut tentang epilepsi pada ibu hamil.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Epilepsi pada ibu hamil mungkin tampak jarang dialami. Namun, risiko terjadinya kejang selama masa kehamilan ternyata tanpa disadari bisa dimiliki banyak wanita. Berikut ini informasi lebih lanjut tentang epilepsi pada ibu hamil.
Epilepsi atau kejang merupakan salah satu kondisi yang paling umum diderita oleh wanita dalam usia reproduksi atau bisa hamil.
Pada sekitar 15 – 30% wanita, risiko terjadinya kejang bisa meningkat selama masa kehamilan, terutama pada masa awal kehamilan atau trimester pertama.
Peningkatan risiko tersebut umumnya tidak dipengaruhi oleh jenis epilepsi yang dimiliki, sejak kapan memilik epilepsi, atau terjadinya epilepsi pada kehamilan sebelumnya.
Bahkan, risiko epilepsi saat hamil juga tidak dapat diukur pada wanita dengan epilepsi katamenial atau kejang yang mungkin terjadi saat menstruasi.
Meski begitu, beberapa faktor diduga bisa menjadi pemicu epilepsi pada ibu hamil yang meliputi berikut ini.
Gejala epilepsi pada ibu hamil tidak jauh berbeda dari epilepsi pada umumnya.
Ibu hamil yang menderita epilepsi akan mengalami kejang-kejang secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.
Selain gejala tersebut, beberapa gejala lain juga dapat menyertai, seperti:
Pada beberapa wanita, aura juga dapat timbul, yaitu firasat akan mengalami kejang yang terkadang muncul sesaat sebelum tubuh mulai kejang.
Epilepsi selama kehamilan dapat menyebabkan kekhawatiran. Namun, kebanyakan ibu yang menderita epilepsi melahirkan bayi yang sehat.
Kejang selama kehamilan dapat menyebabkan beberapa komplikasi bagi ibu hamil yang dapat meliputi berikut ini.
Selain itu, setiap wanita bereaksi terhadap kehamilan dengan cara yang berbeda. Untuk kebanyakan ibu hamil yang menderita epilepsi, kekambuhan kejang tidak mengalami perubahan.
Namun untuk beberapa ibu hamil, ada risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang selama kehamilan, khususnya pada ibu yang kurang tidur atau tidak menggunakan obat sesuai resep.
Sementara bila ibu tidak mengalami kekambuhan kejang selama 9 bulan sebelum hamil, maka risiko kembali mengalami epilepsi selama masa kehamilan akan lebih rendah.
Sementara itu, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kejang dapat memicu ketidaksuburan.
Akan tetapi, obat anti-kejang tertentu juga dapat mengurangi efektivitas alat kontrasepsi hormonal.
Agar penggunaan kedua obat lebih tepat, Anda perlu menghubungi dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
Setiap obat yang Anda gunakan selama kehamilan dapat memengaruhi bayi Anda.
Pada penderita epilepsi, obat kejang atau antiepilepsi diperlukan unuk mengendalikan gejala epilepsi.
Dari efek obat, bayi yang terlahir dari ibu penderita epilepsi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang.
Tergantung pada jenis obat dan dosis yang Anda gunakan, mungkin juga akan ada peningkatan risiko cacat lahir atau gangguan lain, seperti berikut ini.
Kemungkinan terjadinya cacat lahir tersebut pada bayi yaitu sekitar 4 – 6%. Namun, kemungkinan tersebut cukup rendah dibanding manfaat obat epilepsi untuk ibu hamil.
Meski begitu, risiko mungkin bisa meningkat bila jenis obat epilepsi yang digunakan semakin banyak.
Berikut beberapa perawatan yang perlu ibu hamil perhatikan bila memiliki epilepsi.
Dilansir dari Penn Medicine, sebelum Anda mencoba untuk hamil, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mempertimbangkan pengobatan alternatif.
Biasanya, lebih baik untuk membuat perubahan obat sebelum hamil daripada selama kehamilan.
Jika Anda hamil selama menggunakan obat antikonvulsan, terus lanjutkan konsumsi obat ini. Anda harus menghubungi dokter spesialis dengan segera untuk mendiskusikan perawatan dengan obat.
Minum obat antikejang untuk mengatasi epilepsi pada ibu hamil sesuai resep. Jangan mengubah atau menghentikan pengobatan Anda tanpa saran dari dokter, terutama selama masa kehamilan.
Ini dikarenakan kejang parah selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan atau cedera atau bahkan kematian bagi Anda maupun janin di dalam kandungan.
Ingatlah kejang yang tidak dikendalikan cenderung memberikan risiko yang lebih besar kepada bayi daripada penggunaan obat.
Selain itu, disarankan bagi Anda untuk minum 5 mg dosis asam folat setiap hari begitu Anda mulai mencoba untuk hamil.
Dokter akan perlu membuatkan Anda resep karena suplemen tersebut umumnya tidak tersedia tanpa resep.
Bukan hanya minum suplemen, penting juga untuk membuat pilihan gaya hidup yang sehat, seperti berikut.
Bila diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan USG untuk membantu mendeteksi masalah perkembangan pada bayi Anda.
Anda mungkin juga membutuhkan tes darah tambahan untuk memeriksa kadar obat anti-epilepsi dalam darah, tergantung pada obat antikonvulsan yang Anda gunakan.
Kejang terjadi saat pola abnormal dari aktivitas listrik meningkat di otak.
Ini dapat menyebabkan tubuh bergerak dengan tidak terkendali, dan juga dapat menyebabkan tidak sadar untuk waktu singkat.
Anda perlu lebih memperhatikan jika Anda sedang hamil selama menderita kejang.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar