Salah satu tanda kehamilan adalah menstruasi yang terlambat sampai akhirnya berhenti total selama kurang-lebih sembilan bulan. Namun, ternyata ada ibu hamil yang merasa mengeluarkan darah haid padahal test pack sudah menunjukkan hasil positif.
Lantas benarkah hal tersebut bisa terjadi? Apa yang menyebabkan darah keluar dari vagina saat hamil? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.
Apakah ada kemungkinan hamil tapi haid?
Wanita yang hamil tidak akan mengalami menstruasi atau haid sampai akhirnya melahirkan. Pasalnya, menstruasi terjadi ketika dinding rahim luruh karena tidak ada sel telur yang menempel.
Sementara itu, kehamilan terjadi ketika sel telur berhasil dibuahi (embrio) dan menempel pada dinding rahim.
Selama kehamilan, dinding rahim tidak akan luruh karena berfungsi untuk mendukung pertumbuhan embrio menjadi janin.
Dua hal yang berkebalikan tersebut tidak akan terjadi secara bersamaan. Namun, beberapa kondisi kesehatan memang bisa membuat ibu hamil mengeluarkan darah melalui vagina.
Darah itulah yang kemudian kerap disalahartikan sebagai haid saat hamil.
Kemungkinan penyebab hamil tapi haid
Keluarnya darah dari vagina saat hamil tidak selalu disebabkan oleh kondisi yang membahayakan janin.
Namun, ada pula kondisi yang membuat ibu hamil harus menerima perawatan khusus supaya tidak terjadi komplikasi kehamilan atau komplikasi persalinan. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Perubahan serviks
The American College of Obstetricians and Gynecologists menyebutkan bahwa serviks (bagian rahim yang terhubung dengan vagina) akan menjadi lebih mudah berdarah selama kehamilan karena peningkatan aliran darah di area tersebut.
Karena perubahan tersebut, ibu hamil mungkin mengalami perdarahan ringan setelah berhubungan seksual atau pemeriksaan panggul.
2. Pendarahan implantasi
Salah satu kondisi yang bisa menyebabkan darah keluar melalui vagina ibu hamil adalah perdarahan implantasi. Kondisi ini terjadi ketika embrio menempel pada dinding rahim.
Saat embrio menempel pada dinding rahim, akan ada proses masuknya pembuluh darah ke dalam lapisan rahim.
Hal ini dapat merusak lapisan dinding rahim dan menyebabkan perdarahan ringan yang biasanya terjadi dalam 7–14 hari setelah pembuahan.
3. Kehamilan ektopik
Alasan lain mengapa wanita yang positif hamil bisa mengeluarkan darah seperti saat menstruasi adalah kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi tidak menempel ke dinding rahim, melainkan bagian tubuh lain, seperti tuba falopi hingga rongga perut.
Berbeda dengan perdarahan implantasi, volume darah akibat kehamilan ektopik akan jauh lebih banyak sehingga ibu hamil perlu segera mendapatkan pertolongan medis.
Penting untuk diketahui!
Kehamilan ektopik tidak bisa dilanjutkan sehingga kondisi ini harus segera ditangani, baik dengan pengobatan atau operasi. Mempertahankan kehamilan ektopik justru bisa membahayakan nyawa ibu.
4. Keguguran
Anda perlu berhati-hati jika darah keluar dari vagina begitu usia janin memasuki 13 minggu. Pasalnya, ini bisa menjadi salah satu tanda keguguran.
National Health Services menyebutkan bahwa perdarahan karena keguguran tidak selalu banyak. Kondisi ini sering kali dimulai dengan perdarahan ringan yang berlangsung selama beberapa hari.
Selain perdarahan, keguguran juga disertai nyeri hebat pada bagian bawah perut dan hilangnya berbagai tanda kehamilan.
5. Masalah pada plasenta
Keluarnya darah dari vagina pada akhir masa kehamilan bisa menjadi pertanda dari berbagai gangguan plasenta seperti berikut.
- Plasenta previa: letak plasenta di dalam rahim terlalu rendah sehingga menghalangi jalan kelahiran bayi.
- Plasenta akreta: plasenta tidak bisa lepas dari dinding rahim.
- Solusio plasenta: lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum waktunya.
Tidak hanya menyebabkan perdarahan, gangguan plasenta sering kali juga menjadi penyebab sakit perut saat hamil.
6. Kondisi lainnya
Berikut ini adalah kondisi lain yang bisa menyebabkan darah keluar dari vagina saat hamil dan kerap disalahartikan sebagai haid.
- Ruptur uteri: dinding rahim robek.
- Hamil anggur: munculnya jaringan abnormal di dalam rahim setelah terjadi pembuahan.
- Inkompetensi serviks: leher rahim yang melunak, bahkan membuka sebelum persalinan.
Perdarahan saat hamil juga bisa menjadi tanda awal persalinan. Jika Anda mengalaminya sebelum usia kehamilan 37 minggu, dokter mungkin perlu melakukan persalinan prematur.
Darah yang keluar dari vagina saat hamil bukanlah darah haid. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan pada serviks dan implantasi pada embrio yang tidak membahayakan.
Meski begitu, mengingat ada kondisi medis lain yang dapat menyebabkan keluarnya darah dari vagina, Anda tetap dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Terlebih jika darah yang keluar cukup banyak dan disertai gejala lain yang membuat Anda khawatir, seperti nyeri atau kram perut.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]