backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Kardiomiopati Saat Hamil dan Setelah Melahirkan

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengenal Kardiomiopati Saat Hamil dan Setelah Melahirkan

    Ketika sedang hamil, tubuh Anda akan mengalami banyak perubahan yang memicu gangguan kesehatan. Salah satu kondisi yang dapat terjadi pada ibu hamil yaitu gangguan jantung, dikenal dengan istilah kardiomiopati peripartum atau postpartum. Lantas, apa itu kardiomiopati pada ibu hamil dan setelah melahirkan? Bagaimana cara mengatasinya?

    Apa itu kardiomiopati saat hamil dan setelah melahirkan?

    Kardiomiopati adalah penyakit yang berkaitan dengan otot jantung. Pada kondisi ini, otot jantung melemah sehingga tidak dapat bekerja dengan optimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh. 

    Kardiomiopati dapat terjadi pada siapapun, termasuk ibu hamil. Pada ibu hamil dan setelah melahirkan, jantung yang lemah disebut juga dengan kardiomiopati peripartum atau postpartum. Umumnya, jenis kardiomiopati ini menyerang ibu hamil pada akhir masa kehamilan atau lima bulan setelah melahirkan. 

    Kardiomiopati peripartum umumnya sama dengan jenis kardiomiopati dilatasi (dilated chardiomyopathy), yaitu kondisi ketika ruang ventrikel kiri jantung membesar dan dinding ototnya menjadi meregang dan tipis. Kondisi ini menyebabkan jantung melemah sehingga kemampuannya dalam memompa darah menjadi berkurang.

    Bila tidak mampu memompa darah, darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri jantung menjadi berkurang. Pada akhirnya, jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen organ tubuh lainnya, yang dibawa melalui darah.

    Kondisi ini juga bisa menyebabkan penumpukan darah atau cairan di jaringan tubuh lainnya, termasuk paru-paru, sehingga menimbulkan berbagai gejala, seperti sesak napas. Bila dibiarkan, kardiomiopati saat hamil ini dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, antara lain detak jantung tidak teratur (aritmia), kelainan katup jantung, hingga gagal jantung.

    Apa penyebab dan faktor risiko kardiomiopati peripartum dan postpartum?

    tipes saat hamil

    Kardiomiopati peripartum adalah penyakit yang jarang terjadi. Cardiomyopathy UK menyebut, kondisi ini menyerang sekitar satu dari 5.000 hingga satu dari 10.000 wanita atau satu dari 2.000 wanita.

    Penyakit jantung yang terjadi saat hamil ini pun tidak memiliki penyebab yang pasti. Namun, para ahli meyakini, terjadinya kardiomiopati peripartum dan postpartum terkait dengan kinerja otot jantung yang lebih berat saat hamil. 

    Pasalnya, selama masa kehamilan, otot jantung akan memompa darah hingga 50 persen lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini disebabkan karena tubuh yang mengalami beban tambahan, yaitu janin yang harus mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi penting.

    Selain karena hal tersebut, faktor genetik (keturunan) juga bisa menjadi salah satu penyebab kardiomiopati pada ibu hamil dan setelah melahirkan. Pasalnya, kardiomiopati merupakan salah satu penyakit jantung yang dapat diturunkan, termasuk saat hamil.

    Meski jarang dan tidak memiliki penyebab pasti, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan jantung saat hamil ini. Berikut beberapa faktor tersebut:

  • Berat badan berlebih (obesitas).
  • Ada riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi, termasuk preeklampsia.
  • Diabetes.
  • Riwayat penyakit jantung, seperti miokarditis (radang otot jantung) atau penyakit arteri koroner.
  • Infeksi virus di jantung.
  • Malnutrisi.
  • Kebiasaan merokok.
  • konsumsi alkohol.
  • Berusia di atas 30 tahun.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu.
  • Kehamilan kembar.
  • Pernah hamil sebelumnya.
  • Apa saja gejala kardiomiopati saat hamil dan setelah melahirkan?

    Gejala kardiomiopati yang terjadi pada ibu hamil dan setelah melahirkan umumnya mirip dengan gejala gagal jantung. Beberapa gejala yang mungkin terjadi, yaitu:

    • Jantung berdebar-debar (palpitasi) atau detak jantung cepat secara tidak normal.
    • Sesak napas, terutama saat istirahat atau berbaring telentang.
    • Tekanan darah rendah atau tekanan darah menurun saat berdiri.
    • Batuk.
    • Sakit dada.
    • Kelelahan luar biasa.
    • Mudah lelah selama beraktivitas fisik.
    • Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.
    • Sering buang air kecil pada malam hari.
    • Pembengkakan vena di leher.

    Gejala kardiomiopati peripartum atau postpartum di atas umumnya mirip dengan yang biasa dirasakan pada kehamilan, terutama trimester akhir. Namun, Anda perlu mewaspadai bila gejala yang Anda rasakan tersebut semakin memburuk dan terjadi berkepanjangan.

    Jika hal ini terjadi pada Anda, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui diagnosisnya dan mendapat penanganan yang tepat.

    Bagaimana mendiagnosis kardiomiopati saat hamil dan setelah melahirkan?

    pemeriksaan kehamilan pandemi covid-19

    Ketika Anda merasakan gejala-gejala seperti di atas, Anda mungkin akan dirujuk ke dokter ahli jantung untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Dalam menentukan diagnosisnya, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik, termasuk mencari tahu riwayat kesehatan Anda dan sejak kapan Anda mulai mengalaminya.

    Beberapa pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan, yaitu mencari tanda penumpukan cairan di paru-paru, menggunakan stetoskop untuk mengetahui kondisi detak jantung, serta memeriksa tekanan darah.

    Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga mungkin akan meminta Anda untuk melakukan beberapa tes. Tes-tes ini perlu dilakukan untuk memeriksa seberapa baik jantung Anda bekerja dan apakah gejala yang Anda alami hanya gejala kehamilan biasa atau terkait dengan kardiomiopati.

    Berikut beberapa tes yang mungkin perlu Anda jalani untuk mendiagnosis kardiomiopati peripartum atau postpartum, pada ibu hamil dan setelah melahirkan:

    • X-ray dada, untuk mencari tahu apakah terdapat cairan di paru-paru.
    • CT scan, untuk keseluruhan gambar jantung.
    • Ekokardiografi, untuk melihat struktur serta fungsi otot dan katup jantung. Kemudian juga memeriksa apakah terdapat gumpalan di dalam bilik jantung.
    • Elektrokardiografi (EKG), untuk melihat bagaimana impuls listrik dilakukan di jantung dan pemeriksaan irama jantung yang tidak normal (aritmia).
    • Tes darah, untuk memeriksa bagaimana ginjal, hati, dan tiroid bekerja, guna mencari penyebab lain dari masalah jantung Anda.
    • Tes urin, untuk mencari tahu apakah terdapat tanda preeklampsia atau infeksi urin pada Anda.
    • Angiografi koroner, untuk melihat aliran darah di arteri koroner Anda.
    • MRI jantung, untuk melihat struktur dan fungsi jantung Anda. Umumnya ini dilakukan bila hasil ekokardiografi Anda tidak menunjukkan tanda yang jelas.

    Setelah melakukan beragam tes di atas, Anda dapat dikatakan memiliki penyakit jantung kardiomiopati peripartum/postpartum bila gejala muncul pada bulan-bulan terakhir kehamilan atau dalam 5 bulan setelah melahirkan, bersamaan dengan ditemukannya jantung yang membesar, gejala gagal jantung yang sangat terlihat, fungsi pemompaan jantung yang berkurang dengan fraksi ejeksi kurang dari 45%, serta tidak ada penyebab lain dari gejala yang Anda rasakan.

    Apa pilihan pengobatan untuk kardiomiopati saat hamil dan setelah melahirkan?

    Wanita yang memiliki kardiomiopati peripartum dan postpartum umumnya perlu mendapatkan rawat inap di rumah sakit hingga gejala yang muncul sudah bisa dikendalikan. Dokter akan merekomendasikan perawatan berdasarkan tingkat keparahan kondisi Anda.

    American Heart Association (AHA) menyebut, tujuan dari pengobatan kardiomiopati peripartum adalah untuk mencegah terjadinya penumpukan cairan di dalam paru-paru serta membantu jantung pulih semaksimal mungkin. Anda pun mungkin perlu merilekskan pembuluh darah Anda agar tekanan darah menurun sehingga mengurangi ketegangan pada jantung.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagian besar wanita hanya memerlukan obat-obatan. Bila Anda mendapat obat-obatan, sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

    Konsumsi obat-obatan

    Untuk mengatasi kardiomiopati saat hamil dan setelah melahirkan, sebagian besar wanita hanya memerlukan obat-obatan. Bila Anda mendapat obat-obatan, sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

    Berikut beberapa obat yang mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk mengatasi kardiomiopati pada ibu hamil dan setelah melahirkan:

    • ACE inhibitor

    Obat ini biasanya diberikan setelah melahirkan, untuk menenangkan otot jantung di sekitar pembuluh darah agar beban kerja jantung menjadi berkurang dan dapat memompa darah dengan mudah. Namun, ibu yang mengonsumsi obat jenis ini umumnya tidak lagi dapat menyusui bayinya.

    • Beta-blocker

    Obat-obatan ini bekerja dengan menghalangi hormon adrenalin yang dapat meningkatkan detak jantung, sehingga detak jantung menjadi lebih stabil dan kekuatan kontraksi jantung berkurang.

    • Diuretik

    Obat yang mengurangi penumpukan cairan di paru-paru atau pergelangan kaki dengan mendorong produksi urin.

    • Digitalis

    Obat yang memperkuat kemampuan jantung dalam memompa darah.

    • Antikoagulan

    Obat golongan ini membantu mengencerkan darah sehingga tidak terjadi penggumpalan darah. Pasalnya, kardiomiopati, termasuk pada ibu hamil, rentan menyebabkan penggumpalan darah.

    Selain melalui obat-obatan, pada kasus yang jarang, wanita yang saat hamil atau yang setelah melahirkan mengalami kardiomiopati, memerlukan pengobatan lain, seperti alat bantu pompa jantung atau bahkan transplantasi jantung. Namun, hal ini umumnya terjadi bila kardiomiopati yang dialami sudah berkembang menjadi gagal jantung yang parah.

    Perubahan gaya hidup

    Selain dengan pengobatan medis, Anda yang mengalami kardiomiopati saat hamil dan setelah melahirkan pun mungkin perlu melakukan diet rendah garam serta menjaga berat badan ideal untuk mencegah gangguan jantung yang Anda alami semakin parah. Anda juga mungkin direkomendasikan oleh dokter untuk minum hanya 1,5-2 liter air per hari untuk mengurangi tekanan pada jantung Anda.

    Selain itu, Anda pun perlu menghindari alkohol dan rokok, karena ini bisa membuat gejala menjadi lebih buruk. Anda juga harus istirahat yang cukup serta mengelola stres dengan baik.

    Bagaimana kardiomiopati peripartum memengaruhi kehamilan dan persalinan?

    metode persalinan

    Pengaruh kardiomiopati peripartum pada kehamilan dan perkembangan bayi tergantung kapan kondisi tersebut mulai terjadi dan seberapa parah gejala yang dirasakan. Semakin cepat diagnosis dilakukan, semakin cepat pula pengobatan dilakukan, sehingga dapat lebih efektif mencegah kondisi yang lebih parah. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil dan yang setelah melahirkan untuk mendeteksi gejala-gejala ini.

    Pada ibu hamil yang mengalami kardiomiopati, umumnya bayi akan dilahirkan melalui operasi caesar. Meski demikian, persalinan secara normal mungkin saja dilakukan sesuai dengan kondisi setiap ibu hamil.

    Oleh karena itu, Anda perlu rutin ke dokter kandungan selama kehamilan untuk melakukan pemeriksaan antenatal dan selalu konsultasikan dengan dokter Anda mengenai persalinan yang tepat.

    Bagaimana mencegah kardiomiopati pada kehamilan selanjutnya?

    Wanita yang pernah mengalami kardiomiopati peripartum dan postpartum umumnnya akan pulih dan fungsi jantungnya akan kembali normal dalam enam bulan setelah melahirkan. Namun, beberapa wanita juga mungkin memerlukan waktu hingga bertahun-tahun untuk pulih karena kondisi yang dimilikinya lebih parah.

    Selain itu, kardiomiopati yang pernah dialami pun mungkin dapat terjadi kembali pada kehamilan selanjutnya, dengan tingkat kekambuhan sekitar 30 persen. Bahkan, gejala yang dirasakan mungkin bisa lebih parah.

    Oleh karena itu, bila Anda merencanakan kehamilan berikutnya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter ahli jantung Anda untuk menanyakan potensi risiko yang mungkin timbul.

    Anda pun perlu menjaga kesehatan jantung dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, menghindari rokok dan alkohol, serta berolahraga secara rutin. Konsultasikan dengan dokter mengenai olahraga yang tepat untuk Anda dan seberapa rutin Anda perlu melakukannya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan