Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita, sehingga deteksi dini kanker serviks penting dilakukan. Deteksi dini kemungkinan mampu mencegah kanker serviks berkembang ke tahap yang lebih berat, karena semakin dini dapat dilakukan pengobatan. Selain itu, deteksi dini juga dapat menjadi acuan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui stadium kanker serviks.
Pilihan deteksi dini untuk kanker serviks
Selama ini, tingkat kematian akibat kanker serviks cukup tinggi. Hal ini karena banyak wanita yang tidak melakukan deteksi dini, sehingga baru tahu dirinya kena kanker serviks saat memasuki stadium lanjut, atau bahkan sudah menyebar.
Padahal, jika ditemukan lebih cepat, peluang keberhasilan atas pengobatan untuk kanker serviks akan jauh lebih besar.
Itu sebabnya, penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan rutin kanker serviks. Ada 3 cara untuk melakukan mendeteksi kanker serviks sejak dini.
1. Pemeriksaan pap smear
Salah satu cara mendeteksi dini kanker serviks adalah melakukan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan untuk wanita yang telah aktif berhubungan seksual, atau setidaknya sudah berusia lebih dari 21 tahun ke atas.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya pertumbuhan sel abnormal di dalam rahim dan leher rahim (serviks).
Hasil dari tes inilah yang nantinya dapat menunjukkan apakah terdapat perubahan sel maupun tanda-tanda ketika tubuh Anda sudah mulai, atau akan mengembangkan sel kanker di dalam serviks.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pap smear, dokter dapat segera menyarankan dan melakukan perawatan untuk kanker serviks jika memang ada. Sel kanker atau pra-kanker pun bisa dicegah untuk bertumbuh lebih parah.
Itu sebabnya, mendeteksi kanker serviks dengan pap smear juga sekaligus menjadi salah satu cara untuk mencegah kanker leher rahim agar tidak terjadi.
Anda bisa melakukan pap smear secara rutin. Tes ini dapat diulang setiap tiga tahun sekali, khususnya bagi wanita di rentang usia 21-65 tahun.
Sementara itu, untuk wanita berusia 30 tahun atau lebih, Anda boleh melakukan tes pap smear setiap 5 tahun sekali jika dikombinasikan bersama dengan deteksi dini untuk kanker serviks lainnya, yaitu pemeriksaan HPV.
2. Pemeriksaan HPV
Cara mendeteksi kanker serviks lain yang bisa Anda coba adalah pemeriksaan HPV DNA. Sesuai namanya, pemeriksaan HPV adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi virus HPV. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil dan mengumpulkan sel-sel dari dalam leher rahim atau serviks.
Seperti yang telah disebutkan, Anda bisa menggunakan cara mendeteksi kanker yang satu ini bersamaan dengan pap smear sebagai salah satu upaya untuk mencegah kanker serviks.
Biasanya, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan HPV jika hasil tes pap smear Anda abnormal. Dalam hal ini, pemeriksaan HPV dilakukan untuk memastikan keberadaan sel kanker pada serviks. Wanita yang sudah menginjak usia 30 tahun atau lebih juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ini setiap 5 tahun.
Penting untuk dipahami, bahwa tes HPV memang merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks. Hanya saja, pemeriksaan ini sebenarnya tidak terang-terangan menjelaskan kalau Anda memiliki kanker serviks.
Pemeriksaan HPV justru menunjukkan adanya perkembangan virus HPV di dalam tubuh, yang bisa berisiko menjadi penyebab kanker serviks.
3. Pemeriksaan IVA
Tes IVA juga menjadi salah satu cara mendeteksi dini kanker serviks yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memeriksa kondisi leher rahim. IVA merupakan kependekan dari inspeksi visual dengan asam asetat.
Jika dibandingkan dengan pap smear, tes IVA cenderung lebih murah karena pemeriksaan dan hasil diolah langsung, tanpa harus menunggu hasil laboratorium.
Cara mendeteksi kanker serviks yang satu ini dilakukan dengan menggunakan asam asetat atau asam cuka dengan kadar 3-5 persen, yang kemudian diusapkan pada leher rahim.
Hasilnya juga akan langsung ketahuan apakah Anda dicurigai memiliki kanker serviks atau tidak. Meskipun terdengar agak menyeramkan, sebenarnya pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit.
Saat jaringan leher rahim memiliki sel kanker, akan terlihat seperti luka, berubah menjadi putih, atau bahkan mengeluarkan darah ketika diberikan asam asetat. Sementara jaringan leher rahim yang normal, tidak akan menunjukkan perubahan apa pun.
Pemeriksaan ini dianggap sebagai deteksi awal yang ampuh dan murah mendeteksi penyakit tersebut. Selain itu, tes IVA juga dapat dilakukan kapan pun.
Pemeriksaan lanjutan setelah deteksi dini kanker serviks
Deteksi dini memang merupakan langkah yang paling awal untuk mencari tahu kemungkinan adanya kanker serviks. Ketika hasil diagnosis mengarah ke kanker serviks, dokter mungkin akan melanjutkan dengan tes lain untuk memastikannya.
Dengan kata lain, pemeriksaan lanjutan ini berguna sebagai tes pendamping untuk beragam cara deteksi dini kanker serviks di atas. Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan lanjutan setelah Anda melakukan deteksi dini kanker serviks.
1. Kolposkopi
Kolposkopi adalah salah satu cara mendeteksi kanker serviks pada tahap lanjutan yang biasanya dilakukan untuk meyakinkan adanya perkembangan sel-sel kanker serviks di dalam tubuh.
Tes ini biasanya dilakukan setelah Anda melakukan deteksi dini kanker serviks atau telah ditemukannya gejala kanker serviks pada tubuh.
Mendeteksi kanker serviks dengan cara kolposkopi tidak jauh berbeda dengan pap smear. Anda akan diminta untuk berbaring dengan posisi kedua kaki terbuka lebar (mengangkang).
Dokter kemudian memasukkan alat bernama spekulum ke dalam vagina untuk membantu membuka dan melebarkan jalan agar bisa melihat leher rahim dengan mudah.
Selanjutnya, alat kolposkop digunakan untuk memeriksa kondisi serviks. Alat ini tidak akan dimasukkan ke dalam vagina, tapi tetap berada di luar tubuh.
Kolposkop dilengkapi dengan lensa pembesar, sehingga memungkinan dokter untuk melihat permukaan leher rahim (serviks) dengan jelas. Larutan asam asetat lemah, mirip cuka, akan dioleskan dokter ke dalam area serviks Anda.
Hal ini bertujuan agar timbul perubahan pada area abnormal di dalam serviks. Jadi, kemungkinan adanya perkembangan sel kanker serviks bisa lebih mudah terdeteksi. Jaringan yang dirasa abnormal tersebut nantinya diambil dan diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Pap smear saat haid tidak direkomendasikan, begitu juga dengan kolposkopi. Hanya saja, mendeteksi kanker serviks dengan cara yang satu ini terbilang aman dan tidak masalah untuk dilakukan selama masa kehamilan.
2. Biopsi serviks
Mendeteksi kanker serviks juga bisa dilakukan dengan cara biopsi serviks. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk memastikan keberadaan sel-sel kanker di dalam serviks. Artinya, Anda bisa mengetahui adanyanya kanker serviks dengan cara ini.
Biasanya, Biopsi tidak membutuhkan waktu lama. Terdapat dua cara untuk melakukan biopsi, yakni eksisi dan insisi. Biopsi eksisi merupakan prosedur untuk mengambil benjolan yang tumbuh di dalam tubuh.
Sementara biopsi insisi, lebih ditujukan untuk mengambil sampel jaringan yang berpotensi berkembang sebagai suatu penyakit.
Dalam hal ini, biopsi yang digunakan sebagai cara mendeteksi kanker serviks pada tahap lanjut adalah biopsi insisi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan prakanker serviks dan kanker serviks. Prosedur biopsi serviks dapat dilakukan dengan 3 cara, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Biopsi punch
Salah satu jenis biopsi sebagai cara mendeteksi kanker serviks adalah biopsi punch, yang dilakukan dengan membuat lubang kecil pada leher rahim. Pembuatan lubang tersebut bertujuan agar jaringan serviks bisa terambil.
Proses ini dilakukan dengan alat khusus yang disebut biopsi forsep. Pengambilan sampel jaringan serviks dengan metode ini dapat dilakukan pada beberapa area serviks yang berbeda. Lokasi pengambilan jaringan akan tergantung dari perkiraan sel-sel serviks yang tampak abnormal.
b. Biopsi kerucut (cone biopsy)
Cara lain untuk mendeteksi kanker serviks adalah dengan menjalani prosedur biopsi kerucut. Jenis biopsi yang satu ini bertujuan untuk mengambil sampel jaringan berbentuk kerucut pada serviks.
Prosedur yang juga dikenal dengan nama konisasi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser. Sampel jaringan yang diambil pada biopsi kerucut ini umumnya berupa potongan besar.
Dalam prosedur ini, jaringan berbentuk kerucut diambil mulai dari bagian luar serviks (eksoserviks), sampai ke bagian dalam (endoserviks).
Akan tetapi, jaringan yang dihilangkan biasanya berada di perbatasan antara area luar serviks dan area dalam serviks. Pasalnya, sel prakanker ataupun sel kanker serviks kerap berawal dari area tersebut.
Biopsi kerucut juga bisa dilakukan sebagai tahapan pengobatan untuk menghilangkan pertumbuhan sel prakanker dan sel kanker leher rahim yang sangat dini.
3. Kuretase endoserviks (endocervical currettage)
Kuretase endoserviks adalah cara lain yang juga bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks. Metode ini adalah pengambilan sel yang berasal dari saluran dalam serviks (endoserviks). Endoserviks merupakan area yang mencakup bagian antara rahim (uterus) dan vagina.
Berbeda dengan kedua jenis biopsi serviks sebelumnya, kuretase endoserviks dilakukan dengan melibatkan penggunaan alat bernama kuret. Pada bagian ujung alat kuret, terdapat sendok atau kait yang berukuran kecil.
Alat kuret tersebut kemudian digunakan untuk mengikis lapisan di dalam serviks guna diperiksa lebih lanjut.
Pemeriksaan stadium kanker serviks
Jika Anda telah didiagnosis mengalami kanker serviks, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap stadium kanker serviks.
Pasalnya, penggunaan obat kanker serviks, serta perawatan terhadap kondisi tersebut, seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi, bisa berbeda. Ya, hal ini tergantung pada pada tahapan stadium kanker serviks yang Anda alami.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mendeteksi stadium dari kanker serviks adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi tahapan stadium kanker serviks ini dilakukan dengan cara memberikan anestesi terlebih dahulu kepada pasien.
Saat Anda sudah berada di bawah pengaruh anestesi lokal, perut, vagina, dubur, hingga kandung kemih akan diperiksa atas keberadaan sel kanker.
2. Tes darah
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah sel kanker sudah mencapai pada organ hati, ginjal, dan sumsum tulang belakang.
3. CT scan dan MRI scan
Baik CT scan dan MRI scan, keduanya bisa dilakukan sebagai cara mendeteksi stadium kanker serviks. Dengan pemeriksaan ini, dokter lebih mudah mengidentifikasi apakah sel kanker sudah menyebar luas di dalam tubuh pasien.
4. X-ray
Tidak berbeda jauh dengan CT scan dan MRI, tujuan dilakukan X-ray untuk memeriksa apakah sel kanker serviks sudah menyebar ke paru-paru.
Temukan semua yang perlu Anda ketahui tentang HPV di link ini.
[embed-health-tool-bmi]