Endapan lemak di dalam tubuh bisa menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya penyakit jantung dan aterosklerosis. Simak lebih lanjut tentang endapan lemak di jantung dan cara dokter mendeteksinya pada ulasan berikut.
Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Endapan lemak di dalam tubuh bisa menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya penyakit jantung dan aterosklerosis. Simak lebih lanjut tentang endapan lemak di jantung dan cara dokter mendeteksinya pada ulasan berikut.
Banyak orang menganggap bahwa lemak itu buruk, padahal tidak selalu demikian. Ada lemak tak jenuh yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Fungsi lemak tak jenuh antara lain menjadi cadangan energi, menyerap vitamin dan mineral, serta membentuk membran sel dan selubung saraf.
Selain itu, ada juga jenis lemak jenuh dan lemak trans. Kedua lemak ini yang perlu Anda batasi asupannya karena bisa menyebabkan masalah kesehatan bila kadarnya berlebihan.
Seiring waktu, asupan lemak yang terlalu banyak dan kurangnya aktivitas fisik bisa menimbulkan endapan lemak di dalam pembuluh darah.
Kondisi ini bisa menyebabkan aterosklerosis, yakni penyempitan pembuluh darah akibat sumbatan lemak pada dinding pembuluh darah.
Sumbatan tersebut akan menghambat suplai darah menuju berbagai organ tubuh sehingga sel-sel yang membentuk organ tersebut mati perlahan.
Bila yang tersumbat ialah pembuluh darah jantung (arteri koronaria), Anda akan berisiko terkena serangan jantung dan penyakit jantung koroner.
Lain lagi bila sumbatan itu berada pada pembuluh darah yang menuju otak, misalnya arteri karotid, maka stroke tidak dapat terhindarkan.
Lemak yang mengendap pada pembuluh darah bisa membentuk plak. Makin tebal plak, makin sempitlah pembuluh darah.
Penumpukan lemak pada pembuluh darah jantung awalnya tidak bergejala. Barulah sampai batas ketebalan sekitar 50% dari lebar pembuluh darah, kondisi ini bisa memunculkan gejala.
Beberapa tanda dan gejala yang terkait dengan endapan lemak di jantung antara lain:
Aterosklerosis yang benar-benar menyumbat pasokan darah ke jantung bisa memicu serangan jantung. Kondisi ini bisa disertai dengan sesak napas, sakit kepala, dan keringat dingin.
Penilaian dini untuk kondisi ini dapat menggunakan Framingham Risk Score (FRS) yang lazim digunakan di Amerika Serikat atau Systematic Coronary Risk Evaluation (SCORE) di Eropa.
Namun, keterbatasan komponen penilaian menjadi alasan mengapa metode skrining ini belum mampu mencegah penyakit secara sempurna, terutama pada kelompok berisiko tanpa gejala.
Akibatnya, kecacatan dan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke tetap saja tinggi.
Berikut ini adalah beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi endapan lemak pada jantung atau bagian tubuh lainnya.
Peningkatan ketebalan intima-media (IMT) terjadi pada tahap awal aterosklerosis. Pengukuran IMT arteri karotis pun telah menjadi standar untuk menilai risiko gangguan kardiovaskular.
Peningkatan IMT karotis ini berkaitan dengan risiko stroke atau serangan jantung yang meningkat, baik pada individu dengan atau tanpa riwayat penyakit jantung.
Pengukuran IMT karotis dengan USG B-mode merupakan pemeriksaan non-invasif yang sensitif untuk mengukur endapan lemak dan menilai risiko penyakit kardiovaskular.
American Society of Echocardiography menemukan bahwa plak aterosklerosis sebesar >1,5 cm atau ≥50% dari ketebalan dinding arteri dapat menyebabkan serangan jantung.
Sementara itu, penelitian lain menyebutkan bahwa CIMT sebesar >1,15 cm berkaitan dengan kemungkinan kejadian serangan jantung atau stroke sebesar 94 persen.
Endapan lemak yang menyumbat pembuluh darah memang merupakan penyebab dari banyak kasus aterosklerosis.
Akan tetapi, pengapuran pada pembuluh darah juga dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang turut mempersempit pembuluh darah.
Sekitar 70% serangan jantung berkaitan dengan pengapuran arteri. Deteksi kalsium arteri koroner (CAC) dapat memprediksi kejadian penyakit kardiovaskular akibat endapan kalsium.
Nilai CAC positif menunjukkan aterosklerosis. Sementara itu, skor CAC >300 menunjukkan risiko serangan jantung dan stroke di kemudian hari.
Penelitian menyatakan orang dengan skor CAC >300 berisiko terkena serangan jantung dalam empat tahun, bahkan pada populasi berisiko rendah menurut Framingham Risk Score.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.