Endapan lemak di dalam tubuh bisa menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya penyakit jantung dan aterosklerosis. Simak lebih lanjut tentang endapan lemak di jantung dan cara dokter mendeteksinya pada ulasan berikut.
Penyebab endapan lemak di jantung
Banyak orang menganggap bahwa lemak itu buruk, padahal tidak selalu demikian. Ada lemak tak jenuh yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Fungsi lemak tak jenuh antara lain menjadi cadangan energi, menyerap vitamin dan mineral, serta membentuk membran sel dan selubung saraf.
Selain itu, ada juga jenis lemak jenuh dan lemak trans. Kedua lemak ini yang perlu Anda batasi asupannya karena bisa menyebabkan masalah kesehatan bila kadarnya berlebihan.
Seiring waktu, asupan lemak yang terlalu banyak dan kurangnya aktivitas fisik bisa menimbulkan endapan lemak di dalam pembuluh darah.
Kondisi ini bisa menyebabkan aterosklerosis, yakni penyempitan pembuluh darah akibat sumbatan lemak pada dinding pembuluh darah.
Sumbatan tersebut akan menghambat suplai darah menuju berbagai organ tubuh sehingga sel-sel yang membentuk organ tersebut mati perlahan.
Bila yang tersumbat ialah pembuluh darah jantung (arteri koronaria), Anda akan berisiko terkena serangan jantung dan penyakit jantung koroner.
Lain lagi bila sumbatan itu berada pada pembuluh darah yang menuju otak, misalnya arteri karotid, maka stroke tidak dapat terhindarkan.
Tahukah Anda?
Tanda dan gejala endapan lemak di jantung
Lemak yang mengendap pada pembuluh darah bisa membentuk plak. Makin tebal plak, makin sempitlah pembuluh darah.
Penumpukan lemak pada pembuluh darah jantung awalnya tidak bergejala. Barulah sampai batas ketebalan sekitar 50% dari lebar pembuluh darah, kondisi ini bisa memunculkan gejala.
Beberapa tanda dan gejala yang terkait dengan endapan lemak di jantung antara lain:
- perasaan sakit, nyeri, dan tertekan pada dada (angina),
- sensasi nyeri dari dada yang bisa menyebar ke bahu, lengan, punggung, dan rahang,
- nyeri dada yang memburuk saat beraktivitas dan membaik saat istirahat, serta
- detak jantung tidak beraturan.
Aterosklerosis yang benar-benar menyumbat pasokan darah ke jantung bisa memicu serangan jantung. Kondisi ini bisa disertai dengan sesak napas, sakit kepala, dan keringat dingin.
Penilaian dini untuk kondisi ini dapat menggunakan Framingham Risk Score (FRS) yang lazim digunakan di Amerika Serikat atau Systematic Coronary Risk Evaluation (SCORE) di Eropa.
Namun, keterbatasan komponen penilaian menjadi alasan mengapa metode skrining ini belum mampu mencegah penyakit secara sempurna, terutama pada kelompok berisiko tanpa gejala.
Akibatnya, kecacatan dan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke tetap saja tinggi.
Pemeriksaan untuk mendeteksi jantung berlemak
Berikut ini adalah beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi endapan lemak pada jantung atau bagian tubuh lainnya.
1. Carotid intima-media thickness (CIMT)
Peningkatan ketebalan intima-media (IMT) terjadi pada tahap awal aterosklerosis. Pengukuran IMT arteri karotis pun telah menjadi standar untuk menilai risiko gangguan kardiovaskular.
Peningkatan IMT karotis ini berkaitan dengan risiko stroke atau serangan jantung yang meningkat, baik pada individu dengan atau tanpa riwayat penyakit jantung.
Pengukuran IMT karotis dengan USG B-mode merupakan pemeriksaan non-invasif yang sensitif untuk mengukur endapan lemak dan menilai risiko penyakit kardiovaskular.
American Society of Echocardiography menemukan bahwa plak aterosklerosis sebesar >1,5 cm atau ≥50% dari ketebalan dinding arteri dapat menyebabkan serangan jantung.
Sementara itu, penelitian lain menyebutkan bahwa CIMT sebesar >1,15 cm berkaitan dengan kemungkinan kejadian serangan jantung atau stroke sebesar 94 persen.