Pasuruan, Boyolali, Sleman, dan Bandung adalah beberapa wilayah di Indonesia yang pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyakit pes. Sebenarnya, penyakit apakah ini dan bagaimana cara mengatasinya? Simak jawabannya di sini.
Pengertian penyakit pes
Penyakit pes atau yang juga dikenal dengan istilah plague, pasteurella pestis, atau sampar adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis.
Infeksi bakteri ini termasuk sebagai golongan zoonosis atau penyakit yang bisa ditularkan hewan ke manusia. Yersinia pestis menyebar melalui gigitan kuku yang sebelumya sudah mengisap hewan yang terinfeksi.
Meski sudah lebih dari 17 tahun tidak ditemukan, pengamatan intensif masih terus dilakukan karena pes adalah penyakit yang mudah menular sehingga berisiko menyebabkan wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Seberapa umumkah penyakit ini?
Penyakit pes adalah kondisi yang sempat mewabah pada abad pertengahan. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Black Death yang menyebabkan lebih dari 75 juta orang meninggal dunia.
Berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan, kasus pes saat ini sudah mengalami penurunan secara signifikan. Kasus kejadian penyakit pes saat ini adalah sekitar 5.000 pasien per tahun di seluruh dunia.
Kebanyakan kasus pes terjadi di negara-negara berkembang, seperti di benua Afrika dan Asia. Selain itu, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia di bawah 20 tahun.
Jenis dan gejala penyakit pes
Berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi, penyakit pes bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu bubonic, pneumonic, dan septicemic. Berikut adalah gejala dari masing-masing jenis penyakit pes.
1. Bubonic plague
Jenis penyakit pes yang paling umum adalah bubonic plague. Penyakit ini menyerang sistem limfatik, salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Gejala utama dari bubonic plague adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening pada leher, ketiak, atau selangkangan yang muncul sekitar 2–5 hari setelah terinfeksi.
Berikut adalah keluhan lain yang mungkin muncul karena bubonic plague.
- Demam dan menggigil.
- Merasa tidak enak badan.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
- Kejang.
- Pusing.
Apabila tidak diobati, penyakit ini dapat menyebar ke darah (menyebabkan septicemic plague) atau paru-paru (menyebabkan pneumonic plague).
2. Pneumonic plague
Ketika bakteri pes masuk ke paru-paru, kondisi ini disebut pneumonic plague. Penularan infeksi bakteri biasanya terjadi ketika seseorang menghirup partikel udara yang telah terkontaminasi.
Gejala pneumonic plague berikut biasanya akan tampak dalam 1–4 hari setelah pasien terpapar bakteri.
- Batuk parah sampai mengeluarkan darah.
- Sesak napas dan nyeri dada saat bernapas dalam-dalam.
- Demam.
- Mual dan muntah.
3. Septicemic plague
Ketika bakteri Yersinia pestis sudah masuk ke aliran darah, artinya pasien tengah mengalami septicemic plague. Ini merupakan jenis pes yang paling berbahaya dan bisa menyebabkan kematian sebelum gejalanya muncul.
Berikut adalah beberapa gejala septicemic plague yang paling sering terlihat.
- Perubahan warna kulit jari tangan, kaki, dan hidung.
- Sakit perut.
- Perdarahan akibat masalah pembekuan darah.
- Diare.
- Demam.
- Kematian jaringan
Gejala penyakit pes memang cukup beragam. Beberapa orang bahkan mungkin merasakan gejala yang tidak disebutkan di atas.
Jika Anda mengalami keluhan yang mirip dengan gejala penyakit pes, konsultasikanlah kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyebab penyakit pes
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab penyakit pes adalah infeksi bakteri Yersinia pestis.
Menurut laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Yersinia pestis biasanya ditemukan pada tubuh mamalia kecil, seperti tikus, tupai, kelinci, anjing liar, serta kutu yang menempel pada tubuh mereka.
Setelah itu, bakteri penyebab penyakit pes dapat menginfeksi manusia melalui berbagai cara berikut.
- Gigitan atau cakaran dari hewan yang terinfeksi.
- Gigitan kutu yang sebelumnya sudah mengisap darah hewan terinfeksi.
- Kontak langsung dengan darah yang keluar dari tubuh hewan terkontaminasi.
Pneumonic plague adalah satu-satunya jenis pes yang dapat ditularkan antarmanusia melalui droplet. Namun, metode penularan ini sangat jarang ditemukan.
Faktor risiko
Pes adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Namun, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko Anda untuk mengalaminya.
- Berusia di bawah 20 tahun.
- Tinggal di kawasan dengan sanitasi yang buruk atau banyak hewan pengerat.
- Bekerja sebagai dokter hewan atau pekerjaan lain yang mengharuskan Anda berinteraksi langsung dengan hewan.
- Hobi beraktivitas di alam terbuka, seperti camping, panjat tebing, atau hiking.
Komplikasi penyakit pes
Jika tidak segera ditangani, penyakit pes bisa menimbulkan berbagai komplikasi berikut.
- Gangren: kematian dan pembusukan jaringan tubuh yang sering kali harus ditangani dengan amputasi.
- Meningitis: peradangan pada selaput otak dan saraf tulang belakang.
- Sepsis: reaksi ekstrem dari dalam tubuh karena berusaha melawan infeksi.
Penyakit ini juga bisa berakibat fatal apabila tidak segera ditangani. Oleh karena itu, jika Anda termasuk kelompok berisiko dan merasakan gejalanya, sebaiknya segera kunjungi dokter.
Diagnosis penyakit pes
Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dialami pasien, riwayat bepergian, dan apakah pasien pernah digigit hewan akhir-akhir ini.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Apabila pasien diduga terjangkit penyakit pes, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan berikut.
- Tes darah: mendeteksi keberadaan bakteri Yersinia pestis dalam darah.
- Tes kelenjar getah bening: pengambilan cairan dari kelenjar getah bening yang membengkak untuk mendeteksi bakteri.
- Tes kultur dahak: pengambilan cairan dari paru-paru dengan prosedur bronkoskopi untuk mendeteksi bakteri.
Pengobatan penyakit pes
Meski hasil diagnosis belum keluar, dokter tetap bisa memulai pengobatan pada pasien yang diduga sudah terpapar bakteri. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan mengurangi risiko kematian.
1. Pemberian obat-obatan
Karena disebabkan oleh bakteri, pengobatan penyakit infeksi ini biasanya berfokus pada pemberian antibiotik. Berikut adalah beberapa antibiotik yang kerap diberikan.
- Gentamicin.
- Doxycycline.
- Ciprofloxacin.
- Levofloxacin.
- Moxifloxacin.
- Chloramphenicol.
Selain pengobatan melalui oral, dokter juga bisa memberikan obat melalui cairan infus.
2. Ruangan isolasi
Khusus untuk pasien pneumonic plague, perawatan harus dilakukan di ruang isolasi karena risiko penularannya sangatlah tinggi.
Selain itu, orang-orang yang sudah melakukan kontak dekat dengan pasien pneumonic plague biasanya juga membutuhkan pemeriksaan dan ditempatkan di ruang terpisah.
Sebagai langkah pencegahan, terapi antibiotik mungkin juga diberikan pada dokter atau tenaga kesehatan.
Pencegahan penyakit pes
Penerapan gaya hidup bersih dan sehat adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit pes. Secara perlahan, mulailah menerapkan langkah-langkah berikut ini.
- Menjaga rumah terbebas dari hewan pengerat.
- Memastikan hewan peliharaan terbebas dari kutu.
- Menggunakan sarung tangan dan pakaian tertutup saat beraktivitas di luar atau pergi ke wilayah berisiko.
- Membatasi kontak fisik dengan hewan liar.
- Melakukan pembasmian serangga secara rutin jika tinggal di wilayah yang berisko.
Apa pun penyakitnya, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Maka dari itu, terapkanlah langkah pencegahan sedini mungkin tanpa perlu menunggu penyakit infeksi ini kembali dilaporkan.
Kesimpulan
- Penyakit pes adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Bakteri ini paling sering ditemukan pada mamalia kecil dan kutu yang ada pada tubuhnya.
- Penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi, yaitu bubonic plague (sistem limfatik), pneumonic plague (paru-paru), dan septicemic plague (peredaran darah).
- Penularan ke manusia terjadi melalui gigitan, cakaran, atau darah yang keluar dari tubuh hewan terkontaminasi. Khusus pada pneumonic plague, penyakit bisa ditularkan melalui droplet.
- Penyakit ini perlu segera diatasi dengan pemberian antibiotik. Pasien pneumonic plague biasanya perlu menjalani perawatan di ruang isolasi.