Vaksinasi COVID-19 merupakan satu-satunya cara membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang aman dan efektif. Pemerintah Indonesia telah menyediakan vaksin primer dan booster, termasuk dengan vaksin Sinopharm dari perusahaan farmasi asal Tiongkok.
Apa itu vaksin Sinopharm?
Vaksin Sinopharm adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan Beijing Institute of Biological Products Co., Ltd (BIBP). Jenis vaksin ini juga dikenal sebagai BBIBP-CorV.
Kandungan vaksin COVID-19 yang dibuat oleh perusahaan farmasi milik Pemerintah Tiongkok ini terbuat dari virus yang telah dimatikan (inactivated virus).
Coronavirus (SARS-CoV-2) inaktif di dalam vaksin bekerja dengan mendorong sistem imun untuk menghasilkan antibodi tanpa menyebabkan penyakit.
Selain itu, vaksin Sinopharm juga mengandung aluminium hidroksida sebagai bahan tambahan (adjuvant) untuk memperkuat respons sistem kekebalan tubuh.
Efektivitas vaksin Sinopharm
Vaksin Sinopharm menjadi vaksin COVID-19 dengan tipe inactivated virus kedua yang digunakan di Indonesia, setelah vaksin Sinovac pada awal 2021 lalu.
Vaksin Sinopharm mulai digunakan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menilai keamanan dari vaksin COVID-19 ini dan menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA).
Penelitian mengenai efikasi vaksi Sinopharm dilakukan melalui uji coba fase ke-3 skala besar yang diterbitkan dalam The Journal of the American Medical Association (2021).
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa dua dosis vaksin yang diberikan dengan jarak 21 hari memiliki efikasi 79% terhadap infeksi SARS-CoV-2 yang bergejala.
Nilai ini sudah memenuhi standar efikasi vaksin COVID-19 yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebesar 50 persen.
Dosis dan jadwal pemberian vaksin Sinopharm
Vaksin Sinopharm digunakan dalam program vaksinasi dosis primer dan lanjutan (booster) di Indonesia. Vaksin ini direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih.
Pemberian vaksin dilakukan dengan suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM). Berikut ini dosis dan jadwal pemberian vaksin yang perlu Anda ketahui.
Vaksinasi primer Sinopharm
Dosis vaksin Sinopharm adalah 0,5 ml yang diberikan sebanyak dua kali suntikan. Interval atau jarak antara dosis pertama dengan kedua yakni 21–28 hari.
Vaksinasi booster Sinopharm
Pemberian vaksin booster Sinopharm bisa dilakukan pada vaksin primer yang sama (homolog) atau berbeda (heterolog) dengan ketentuan berikut ini.
Vaksin Primer | Dosis Vaksin Booster |
Sinovac | 1 dosis (0,5 ml) |
Sinopharm | 1 dosis (0,5 ml) |
Cara pemberian vaksin Sinopharm
Vaksinasi COVID-19 Sinopharm hanya boleh dilakukan oleh dokter atau petugas medis terlatih. Vaksin akan diberikan melalui suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM).
Sebelum melakukan prosedur ini, petugas akan melakukan skrining terkait kondisi kesehatan Anda. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa Anda dapat menerima dosis vaksin primer atau booster.
Petugas kemudian akan menyuntikkan vaksin pada bagian lengan atas. Setelah itu, petugas akan membersihkan area suntikan dengan alcohol swab sebelum dan setelah suntik vaksin.
Jika Anda telah memperoleh vaksin, dokter atau petugas akan melakukan observasi dengan meminta Anda untuk tidak meninggalkan lokasi vaksinasi selama 15–30 menit.
Hal ini bertujuan untuk memantau ada tidaknya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang bisa terjadi pada sebagian penerima vaksin COVID-19.
Setelah Anda dinyatakan bebas dari KIPI, dokter atau petugas akan menjelaskan jadwal pemberian vaksin COVID-19 dosis selanjutnya.
Efek samping vaksin Sinopharm
Pemberian vaksin Sinopharm berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang paling umum terjadi antara lain:
- sakit kepala,
- nyeri pada area suntikan,
- nyeri otot dan sendi,
- demam ringan, dan
- keletihan.
Setelah vaksin, dokter atau petugas umumnya akan memberikan Anda obat pereda demam atau nyeri, seperti paracetamol. Anda bisa meminumnya bila dirasa perlu.
Perhatikan pula gejala yang timbul, apakah membaik atau malah memburuk. Segera kunjungi dokter bila timbul reaksi alergi, termasuk gatal-gatal, kesulitan bernapas, mengi, serta pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Peringatan dan perhatian saat menerima vaksin
Pemberian vaksin Sinopharm cukup aman dan minim risiko bila Anda memberitahukan kondisi Anda kepada dokter atau petugas medis sebelumnya.
Berikut ini beberapa hal yang baiknya Anda lakukan sebelum mengikuti vaksinasi COVID-19.
- Beri tahu dokter bila Anda memiliki riwayat alergi parah (anafilaksis), baik terhadap kandungan vaksin maupun alergen lainnya.
- Beri tahu dokter bila Anda memiliki komorbiditas, seperti penyakit paru kronis, penyakit jantung, penyakit liver, obesitas berat, diabetes, dan infeksi HIV.
- Beri tahu dokter bila Anda mengalami gangguan sistem imun yang lemah (imunodefisiensi), penyakit autoimun, atau sedang menggunakan obat imunosupresan.
- Hindari pemberian vaksin bila Anda mengalami demam akut (suhu tubuh di atas 38,5°C) dan tunda vaksinasi sampai Anda tidak lagi mengalami demam.
- Pastikan Anda memberitahu dokter tentang obat resep, nonresep, vitamin, suplemen gizi, dan produk herbal yang sedang Anda gunakan.
- Informasikan dokter bila Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang dalam masa menyusui.
Apakah vaksin Sinopharm aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Data yang tersedia mengenai pemberian vaksin COVID-19 pada ibu hamil dan menyusui tidak memadai untuk menggambarkan risikonya.
Namun, vaksin dengan kandungan inactivated virus dan adjuvant aluminium hidroksida juga ditemukan pada vaksin-vaksin lain. Vaksin jenis ini tercatat aman untuk ibu hamil dan menyusui.
WHO merekomendasikan penggunaan vaksin ini pada ibu hamil mengingat dampak buruk COVID-19 selama kehamilan, seperti kelahiran prematur hingga lahir mati.
Di samping itu, WHO juga merekomendasikan vaksin pada ibu menyusui karena kemungkinan tidak berisiko dan pemberian ASI boleh dilanjutkan setelah vaksinasi.
Jika Anda ragu terkait risiko vaksin saat hamil atau menyusui, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui informasi vaksinasi COVID-19 lebih lanjut.
Interaksi dengan obat lain
Belum ada bukti bahwa vaksin Sinopharm atau BBIBP-CorV memicu interaksi yang mengubah kinerja atau meningkatkan risiko efek samping serius dari penggunaan obat lain.
Meski begitu, tetap konsultasikan dengan dokter Anda terkait produk yang sedang digunakan, termasuk obat-obatan resep, nonresep, vitamin, suplemen, dan produk herbal.
Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat tanpa persetujuan dokter Anda.