backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Waspada Varian Deltacron, Perpaduan Delta dan Omicron

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 23/03/2022

    Waspada Varian Deltacron, Perpaduan Delta dan Omicron

    Sepanjang berlangsungnya pandemi COVID-19, para peneliti terus menemukan berbagai varian dari mutasi SARS-CoV-2 yang berbeda. Kali ini, muncul sebuah varian baru yang bernama Deltacron.

    Berbeda dengan yang sudah-sudah, Deltacron bukanlah mutasi yang benar-benar baru, melainkan gabungan dari varian Delta dan Omicron yang telah terdeteksi sebelumnya.

    Apa itu Deltacron?

    Infeksi Jamur Hitam pada pasien COVID-19 di India

    Deltacron merupakan kombinasi varian Delta dan varian Omicron. Awalnya, varian ini teridentifikasi oleh sekelompok peneliti dari University of Cyprus di Nicosia.

    Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Leondios Kostrikis, seorang profesor Ilmu Biologi, tersebut melaporkan bahwa varian ini memiliki genom (gugus kromosom) seperti Delta dengan karakteristik varian Omicron.

    Saat ditemukan, Deltacron telah terdeteksi pada 25 orang. Beberapa di antara mereka dirawat di rumah sakit, sedangkan sisanya menjalani isolasi mandiri.

    Sebenarnya, sampel yang mengandung virus ini sudah diambil dari bulan Desember sebagai upaya untuk melacak penyebaran varian SARS-CoV-2 di Siprus.

    Saat pemeriksaan sampel, para peneliti melihat adanya tanda genetik yang mirip dengan Omicron pada protein spike virus. Protein spike merupakan protein berbentuk paku yang berfungsi untuk memudahkan virus dalam menginfeksi sel tubuh.

    Penemuan ini menuai pendapat yang beragam dari para ahli. Banyak yang meragukan adanya kombinasi Deltacron, sebab bisa saja ini merupakan hasil dari varian Omicron yang terkontaminasi varian lainnya di laboratorium.

    Meski demikian, banyak pula yang menyetujui hasil penelitian ini. Pihak Badan Kesehatan Dunia (WHO) turut menyatakan, gabungan antara Delta dan Omicron bukanlah hal yang mustahil dan sudah diperkirakan akan terjadi.

    Pasalnya, virus corona sendiri dikenal dengan kemampuan rekombinasinya. Artinya, virus ini mampu menggabungkan DNA-nya dengan DNA dari variannya yang lain dengan mudah.

    Namun, perubahan ini sering kali tidak memberikan dampak yang signifikan pada perilaku virus.

    Apakah varian Deltacron berbahaya?

    sindrom kelelahan kronis covid-19

    Karena penyebaran Deltacron masih rendah, belum bisa dipastikan apakah varian ini lebih berbahaya daripada varian COVID-19 sebelumnya.

    Sejauh ini, belum ada perubahan dalam tingkat keparahan gejala. Tidak ada pula data yang menunjukkan bahwa varian Deltacron dapat menyebar lebih cepat.

    Meski demikian, perilaku varian COVID-19 apa pun cenderung sulit diprediksi. Lagi-lagi, para ahli masih harus melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguak karakteristik varian Deltacron.

    Selain itu, hanya waktu yang akan menunjukkan apakah Deltacron akan memicu gelombang COVID-19 yang baru.

    Sejak awal terdeteksi, belum ada laporan tentang keberadaan Deltacron di Indonesia. Kasusnya baru ditemukan di Amerika Serikat, Prancis, Belanda, Denmark, dan Inggris.

    Jangan lengah dan tetap lakukan langkah pencegahan

    Varian Deltacron memang belum menimbulkan kekhawatiran yang berarti. Namun, tak ada salahnya bagi Anda untuk terus waspada dan tetap disiplin melakukan upaya pencegahan COVID-19.

    Salah satu langkah utama untuk mengurangi risiko penularan COVD-19 yakni vaksinasi. Walau efektif, kadar antibodi yang terbentuk dari vaksin bisa menurun seiring waktu, terutama pada orang-orang berusia 65 tahun ke atas

    Hal ini sangatlah wajar. Maka dari itu, pemberian vaksin booster sangat penting dilakukan untuk menjaga sistem imun agar tetap kuat.

    Pemberian vaksin booster juga sangat bermanfaat bagi kelompok yang berisiko tinggi, seperti orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, pasien yang memiliki penyakit kronis, serta penerima transplantasi organ.

    Idealnya, Anda bisa segera mendapatkan vaksin booster setelah lewat 6 bulan atau lebih dari vaksin dosis yang kedua.

    Terlepas dari apapun variannya, telah terbukti bahwa orang-orang yang mendapatkan vaksin memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi COVID-19.

    Vaksin COVID-19 bisa mengurangi risiko keparahan gejala serta menurunkan kemungkinan Anda dirawat di rumah sakit.

    Ingat, tidak ada vaksin yang akan melindungi Anda 100 persen. Maka dari itu, tetaplah patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker saat bepergian, baik di luar maupun di dalam ruangan.

    Rajinlah mencuci tangan dan menggunakan cairan antiseptik, terutama sebelum makan, setelah menggunakan kamar mandi, atau bepergian dari tempat umum.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 23/03/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan