Di tengah melonjaknya kasus Omicron di berbagai negara, termasuk Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memberitakan terdeteksinya varian baru yang disebut dengan Son of Omicron. Lantas, apa perbedaan varian baru ini dengan varian virus COVID-19 lainnya? Apakah varian ini juga sudah terdeteksi di Indonesia?
Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai varian terbaru ini pada ulasan berikut!
Apa itu Son of Omicron?
Son of Omicron atau disebut juga dengan subvarian BA.2 adalah varian terbaru dari SARS-CoV-2 yang sebagian besar mutasinya sama dengan Omicron. Peneliti menyebutkan bahwa varian ini tidak memiliki banyak perubahan baru yang berpengaruh pada cara virus corona jenis ini bekerja.
Variah ini kemungkinan besar berevolusi saat kasus Omicron di berbagai belahan dunia mulai beredar luas. Jadi, saat virus menyebar dan memperbanyak dirinya, secara alami virus ini melakukan mutasi acak.
Mutasi tersebut mengubah sedikit perilaku virus, yakni pada tingkat kecepatan penularan dan tingkat keparahannya pada orang yang terinfeksi.
Berdasarkan studi pada Journal of Medical Virology yang terbit 29 Desember lalu, subtipe BA.2 memiliki 28 mutasi pada protein spike-nya. Nah, beberapa mutasi tersebut telah diamati memiliki perbedaan dengan varian Omicron yang asli.
Epidemiologi dari University of Bern menyebutkan, “varian ini sangat mirip, tapi juga berbeda.” Itulah sebabnya varian ini dikenal dengan sebutan Son of Omicron.
Apakah Anda terinfeksi COVID-19? Yuk, ikuti deteksi singkat COVID-19 di sini!
Bagaimana persebaran Son of Omicron?
Subvarian Omicron ini sudah terdeteksi di berbagai negara bagian Amerika Serikat, termasuk California, Texas, dan Washington. Beberapa negara lain yang juga sudah melaporkan adanya kasus varian ini meliputi:
- Denmark,
- India,
- Singapura,
- England,
- Norwegia,
- Filipina,
- Afrika Selatan,
- Jerman,
- Inggris, serta
- Swedia dan beberapa negara lainnya.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI telah mengonformasi terdeteksinya varian ini pada 29 Januari 2022.
Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakut Menular, menyebutkan sudah ada 55 kasus yang terdeteksi, seperti dikutip dari CNN (28/1/2022).
Kemudian, pada 1 Februari 2022 lalu, Pakar Senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Maria Van Kerkhove, menyatakan bahwa subvarian ini masuk dalam kategori Variant of Concern (VoC). Ini karena subvarian BA.2 merupakan anak dari Omicron yang masuk dalam kategori VoC.
Apakah perbedaan Son of Omicron dengan varian sebelumnya?
Semua virus dapat menghasilkan mutasi baru dari waktu ke waktu, tidak terkecuali SARS-CoV-2. Beberapa dari perubahan tersebut tidak berdampak pada perilaku virus, tapi ada juga yang bisa mengubah sifat virus.
Mutasi subvarian B.12 sebagian besar sama dengan varian Omicron. Namun, ada perbedaan akibat mutasi virus yang paling banyak terjadi pada bagian protein spike-nya, yakni protein pada virus yang berikatan dengan reseptor pada sel tubuh manusia.
Hal tersebut menimbulkan perubahan pada kecepatan penularan, jaringan mana yang terinfeksi, dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan ilmuwan Denmark, kasus COVID-19 terkait subvarian BA.2 mengalami peningkatan. Varian ini menyumbang sekitar 20% dari semua kasus COVID-19 di Denmark pada akhir Desember dan melonjak menjadi 45% di minggu kedua bulan Januari.
Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke menyebutkan bahwa subvarian BA.2 merupakan varian COVID-19 yang paling dominan di Denmark. Bila dilihat dari penelitian ini, Son of Omicron bisa jadi lebih meluas dari varian Omicron, yang merupakan varian paling menular yang diketahui hingga saat ini.
Meskipun begitu, masih terlalu dini menyimpulkan hal ini karena penelitian yang dilakukan masih cukup terbatas.
Selanjutnya, bila dilihat dari gejalanya, belum ada laporan lebih lanjut mengenai gejala khas dari subvarian Omicron ini.
Akan tetapi, kemungkinan besar gejala COVID-19 varian ini tidak berbeda jauh dengan varian Omicron yang menimbulkan gejala, seperti flu biasa, batuk, dan demam dengan tingkat penularan yang cepat. Tidak ada perbedaan tingkat keparahan antara subvarian ini dengan varian lainnya.
Perbedaan yang mencolok dari subvarian ini adalah tingkat kesulitan dalam pelacakannya. Subvarian ini lebih sulit dilacak ketimbang varian Omicron karena tidak selalu sama dengan kriteria S-Gene Target Failure.
Kriteria ini digunakan oleh ilmuwan untuk membedakan varian Omicron asli dengan varian lain.
Apakah vaksinasi efektif melawan Son of Omicron?
Pada varian Omicron, virus masih bisa lolos walaupun Anda sudah melakukan vaksinasi COVID-19 secara penuh (dua kali dosis). Hal tersebut menyebabkan efikasi vaksin mengalami penurunan.
Walaupun begitu, hal tersebut tidak menandakan bahwa melakukan vaksinasi adalah tindakan yang sia-sia.
Penelitian di Inggris menunjukkan vaksin booster COVID-19 (vaksin lanjutan) dapat melindungi tubuh lebih baik dari subvarian ini, seperti halnya varian Omicron.
Nah, di Indonesia sendiri pelaksanaan vaksin booster sudah dibuka bagi lansia, kelompok orang yang rentan, dan orang yang sudah menerima vaksin dosis kedua lebih dari 6 bulan sebelumnya.
Di samping mengikuti vaksin, penularan varian terbaru ini juga bisa ditekan dengan menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjauhi keramaian, mengurangi mobilitas, menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai handsanitizer.