Belum selesai penyebaran virus SARS-CoV-2 varian Omicron yang menimbulkan kenaikan kasus di berbagai negara, kini muncul varian baru lain, yaitu varian IHU COVID-19 atau B.1640.2.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika
Belum selesai penyebaran virus SARS-CoV-2 varian Omicron yang menimbulkan kenaikan kasus di berbagai negara, kini muncul varian baru lain, yaitu varian IHU COVID-19 atau B.1640.2.
Varian ini pertama kali ditemukan di Prancis dan diprediksi lebih kebal terhadap vaksin COVID-19. Seperti apakah faktanya dan persamaan dengan varian baru COVID lainnya?
Varian IHU atau dikenal juga dengan varian B.1640.2 pertama kali diidentifikasi pada 29 Desember 2021 di Prancis.
IHU adalah kepanjangan dari The Instituts Hospitalo-Universitaires (IHU), di mana peneliti di IHU Mediterranee Infection Prancis yang melaporkan pertama kali dugaan adanya temuan mutasi virus ini.
Zubairi Djoerban, Ketua Satgas COVID-19 dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), menjelaskan bahwa varian IHU di Prancis mengandung setidaknya 46 mutasi dan diduga lebih kebal terhadap vaksin COVID-19.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri mengategorikan varian IHU COVID-19 sebagai Variant Under Monitoring (VuM) yang masih diteliti dan diawasi untuk melihat risiko penularannya.
Riset yang diterbitkan dalam medRxiv menyebutkan bahwa varian ini pertama kali diidentifikasi pada seseorang yang baru kembali dari Kamerun selepas melakukan perjalanan selama tiga hari. Pasien pertama yang diidentifikasi dengan varian tersebut diketahui telah divaksinasi sebelumnya.
Infeksi varian ini kemudian teridentifikasi pada 12 orang di sekitar Pegunungan Alpen Selatan, di waktu yang sama ketika Omicron ditemukan di Afrika Selatan tahun lalu.
Selain kasus 12 infeksi tersebut, saat ini tidak ada kasus lain yang diketahui dari varian IHU di luar wilayah tempat ditemukannya yakni Kota Marseille, Prancis, atau di negara lain.
Riset menyebut masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang fitur virologi, epidemiologi, atau klinis dari varian IHU hanya berdasarkan 12 kasus.
Hal ini juga dipertegas oleh Zubairi Djoerban, yang akrab disapa Prof. Beri, yang meminta publik untuk tidak terlalu terlalu khawatir lantaran varian ini belum menunjukkan karakteristik yang lebih kuat daripada varian Omicron.
Meski varian ini masih dalam pengawasan, bukan berarti varian ini tidak berisiko. Hal ini diungkapkan oleh Epidimiolog Eric Feigl-Ding yang menyebut varian IHU COVID-19 mungkin akan melebihi infeksi Omicron yang kecepatannya 5-6 kali lebih cepat dari varian Delta.
Penelitian terhadap varian IHU yang diterbitkan dalam medRxiv ini dipimpin oleh ilmuwan Didier Raoult. Namun penelitian tersebut belum ditinjau sejawat atau belum peer-review.
Pada riset tersebut ditulis bahwa protein spike varian IHU membawa 14 substitusi asam amino, termasuk N501Y dan E484K.
N501Y sendiri pertama kali ditemukan dalam varian Alpha yang diyakini para ahli dapat membuatnya lebih menular. Sementara asam amino E484K bisa mengindikasikan kalau varian ini akan lebih resisten pada vaksin. Mayoritas vaksin yang digunakan di seluruh dunia ditargetkan pada protein spike Sars-CoV-2.
Sebaliknya, Omicron dan varian IHU memiliki spike protein yang terlihat sangat berbeda. Mutasi N501Y dan E484K sebelumnya ditemukan pada varian baru COVID seperti Beta, Gamma, Theta, dan Omicron.
Selain itu, menurut riset tersebut, pasien pertama yang teridentifikasi dengan varian IHU mengalami gejala ringan. Namun, tidak menutup kemungkinan sejumlah pasien merasakan gejala khas dari sebagian besar kasus COVID-19, seperti:
Jika Anda atau keluarga di rumah tengah mengalami gejala COVID-19, terutama anosmia, segera periksakan ke dokter untuk memastikan kondisinya dan memperoleh pengobatan yang tepat.
Penelitian awal menunjukkan kemungkinan varian IHU lebih resisten terhadap vaksin. Namun informasi mengenai hal tersebut masih terbatas. Peneliti masih terus melakukan pengamatan lebih lanjut.
WHO juga menambahkan perubahan genetik yang diduga memengaruhi karakteristik virus dapat menimbulkan risiko di masa depan. Tetapi bukti dampak fenotipik atau epidemiologis saat ini masih belum jelas.
Cara terbaik yang sekarang dapat dilakukan untuk melindungi diri Anda dan keluarga dari varian ini adalah dengan melakukan protokol kesehatan.
Selain kita harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dan menghindari bepergian ke luar negeri. Jika Anda belum mendapat vaksin, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendaftar vaksinasi COVID-19.
Beritahu dokter jika Anda memiliki penyakit bawaan atau komorbid seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan lainnya.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar