backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mitos atau Fakta: Sinar Matahari Mampu Membunuh COVID-19?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 30/03/2021

    Mitos atau Fakta: Sinar Matahari Mampu Membunuh COVID-19?

    Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

    Baru-baru ini, beredar kabar bahwa berjemur di bawah sinar matahari dapat membunuh coronavirus (COVID-19). Kabarnya pun sudah menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apakah informasi tersebut benar adanya?

    Benarkah sinar matahari membunuh coronavirus?

    mitos tanning dan paparan sinar matahari

    Wabah COVID-19 kini telah menyebabkan lebih dari 858.000 kasus di seluruh dunia dan menelan sekitar 42.000 korban jiwa. Peningkatan jumlah kasus dan korban tersebut membuat pemerintah di setiap negara memberlakukan pembatasan wilayah skala besar, termasuk Indonesia. 

    Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak berkumpul dan bepergian untuk sementara waktu, kecuali ketika terdapat urusan mendesak. 

    Akibatnya, banyak orang yang merasa ‘terkurung’ saat berada di dalam rumah dan semakin jarang keluar karena takut tertular virus ketika berinteraksi dengan orang lain. 

    Akan tetapi, kebanyakan dari mereka akhirnya ikut keluar rumah pada jam-jam tertentu untuk berjemur di bawah sinar matahari yang disebut-sebut dapat membunuh coronavirus. 

    Menurut WHO, sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa sinar matahari dapat mencegah penularan COVID-19. 

    [covid_19]

    Terpapar sinar matahari atau suhu lebih dari 25°C tidak membuat tubuh kebal dari virus corona. Begini, Anda masih tetap dapat tertular meskipun berada di negara yang memiliki cuaca dan suhu yang panas serta cerah. 

    Hal ini dikarenakan beberapa negara tropis dengan cuaca yang panas telah melaporkan adanya kasus COVID-19, termasuk di Indonesia. 

    Sementara itu, tidak sedikit orang yang percaya bahwa sinar UV yang berasal dari matahari juga dapat menghilangkan coronavirus. Banyak orang di negara-negara yang saat ini mengalami musim dingin membeli lampu dengan konsentrasi UV yang cukup tinggi.

    Padahal, sama seperti sinar matahari, sinar UV pada lampu juga tidak membunuh coronavirus. Bahkan, lampu UV tidak disarankan digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulitnya karena dapat menyebabkan iritasi kulit akibat radiasi UV. 

    Maka itu, upaya pencegahan COVID-19 yang terbaik adalah dengan rutin mencuci tangan dan mengurangi kebiasaan menyentuh mata, mulut, dan hidung Anda. 

    Walaupun demikian, tidak ada salahnya untuk tetap berjemur di bawah sinar matahari agar asupan vitamin tetap terpenuhi. 

    Manfaat berjemur di bawah sinar matahari

    mencegah kulit terbakar sinar matahari

    Berjemur di bawah sinar matahari memang tidak langsung membunuh coronavirus dan membuat tubuh kebal terhadap COVID-19. 

    Walaupun demikian, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa tidak sedikit manfaat yang dapat diperoleh dari terpapar sinar matahari. 

    Paparan sinar matahari dapat membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami. Vitamin D merupakan vitamin yang cukup penting, tetapi tidak sedikit orang yang kekurangan asupan nutrisi yang satu ini. 

    Hal ini dikarenakan memenuhi asupan vitamin D tidak dapat berasal dari makanan saja, seperti ikan, kuning telur, dan produk susu. 

    bahaya sinar matahari

    Oleh karena itu, berjemur di bawah sinar matahari cukup penting agar Anda bisa memperoleh beberapa manfaat di bawah ini, terutama saat wabah COVID-19. 

    • membantu mengurangi depresi karena sinar matahari melepaskan hormon serotonin
    • mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik
    • tulang lebih kuat karena vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium
    • meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu tubuh melawan penyakit

    Namun, satu hal yang perlu Anda ingat bahwa berjemur di bawah sinar matahari tidak boleh dijadikan sebagai satu-satunya cara mendapatkan asupan vitamin D. 

    Menurut American Academy of Dermatology, terlalu lama berada di bawah sinar matahari memiliki efek samping yang berbahaya bagi kulit Anda, seperti menimbulkan kanker kulit. 

    Para ahli tetap menyarankan Anda untuk mendapatkan vitamin D dari pola makan yang sehat. Mulai dari makanan yang mengandung vitamin D secara alami, suplemen, hingga makanan dan  minuman yang diperkaya oleh vitamin ini. 

    Tips mencegah bahaya paparan sinar matahari

    kulit mengelupas

    Berjemur di bawah sinar matahari memang memiliki banyak manfaat meskipun tidak dapat secara langsung membunuh coronavirus. Akan tetapi, Anda tidak boleh sembarangan keluar rumah dan memapaparkan kulit di bawah sinar matahari begitu saja. 

    Ada beberapa tips yang perlu diikuti untuk mengurangi risiko terkena bahaya dari paparan sinar matahari dan tetap mendapatkan manfaatnya secara maksimal, seperti:

    • menggunakan tabir surya, minimal mengandung SPF30
    • memakai kembali tabir surya dua jam sekali, terlebih lagi setelah berkeringat
    • berjemur di tempat yang teduh
    • menghindari paparan sinar matahari secara langsung pada jam 10 pagi dan 4 sore
    • tetap menggunakan pakaian tertutup dan nyaman, seperti topi dan kacamata hitam
    • jangan lupa minum air untuk memenuhi kebutuhan cairan

    Sebenarnya, ada pilihan alternatif lainnya yang bisa Anda lakukan dan tidak perlu terpapar langsung oleh sinar matahari. Beberapa pilihan di bawah ini dapat Anda lakukan sambil mengerjakan aktivitas sehari-hari, seperti:

    • berolahraga di luar
    • berjalan kaki di luar selama 30 menit
    • membuka jendela mobil ketika berkendara
    • makan makanan di luar atau teras rumah
    • parkir kendaraan lebih jauh agar dapat berjalan sambil menikmati sinar matahari

    Berjemur di bawah matahari memang tidak dapat langsung membunuh coronavirus dan membuat Anda kebal terhadap COVID-19.

    Namun, terpapar sinar matahari dengan benar ternyata mendatangkan manfaat yang begitu banyak bagi kesehatan Anda, sehingga tidak ada salahnya untuk tetap melakukannya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 30/03/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan