Richard van Breemen, peneliti di Pusat Inovasi Global Hemp Oregon State, menjelaskan bahwa senyawa ini dapat dikonsumsi secara oral dan memiliki potensi untuk mengobati infeksi SARS-CoV-2.
Penggunaan cannabidiol untuk SARS-CoV-2 mirip nikotin

Sebelumnya, sejumlah riset yang dilakukan turut meneliti beberapa kandidat obat yang pernah ada. Salah satunya adalah remdesivir yang awalnya dikembangkan untuk mengobati virus Ebola.
Amerika Serikat belum lama ini melaporkan hasil uji coba remdesivir terhadap pasien COVID-19 pada salah satu rumah sakit di Chicago.
Uji coba tersebut dinyatakan berhasil karena gejala COVID-19 tampak berkurang usai pasien diberi suntikan remdesivir. Namun, uji klinis terbaru justru menunjukkan bahwa remdesivir belum berhasil mengobati pasien.
Selain itu, sebuah studi di Prancis menjelaskan bahwa nikotin yang kerap dinilai mematikan lantaran kebiasaan merokok juga bisa mencegah infeksi COVID-19.
Penelitian dari National Institutes of Health, menyebutkan senyawa dalam ganja, cannabidiol untuk SARS-CoV-2 ternyata memiliki cara kerja yang sama dengan nikotin baik sebagai modulator imun, untuk mengubah keseimbangan sitokin, dan anti-inflamasi.
Selain senyawa ganja untuk COVID-19, cannabidiol (CBD) diperkirakan memiliki kemanjuran terhadap virus patogen baru yang mungkin muncul di masa depan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar