Baca semua artikel berita seputar coronavirus (COVID-19) di sini.
Selama COVID-19 berlangsung, sempat terdengar desas-desus bahwa penyakit menular ini akan mereda ketika cuaca sudah mulai hangat, alias memasuki musim panas. Kabar ini merujuk pada penularan penyakit SARS pada 2003 yang menurun saat cuaca hangat. Benarkah, musim panas menjadi salah satu faktor COVID-19 berangsur-angsur hilang?
COVID-19 dan faktor yang membuat virus ini hilang
Pandemi COVID-19 yang kini telah menyebabkan lebih dari 129.000 kasus di seluruh dunia dan menelan lebih dari 8.900 korban jiwa dimulai ketika musim dingin berlangsung.
Banyak orang yang beranggapan bahwa infeksi SARS-CoV-2 mirip dengan flu, yaitu akan menurun ketika cuaca lebih hangat. Faktanya, belum tentu demikian.
Para ahli masih mencari tahu tingkat bahaya dari COVID-19 dan bagaimana kondisinya ketika musim kemarau dan musim panas. Maka itu, berharap kepada cuaca yang akan menjadi faktor COVID-19 hilang dengan sendirinya ternyata tidak begitu membantu.
Menurut Marc Lipsitch, DPhil, profesor epidemiologi di Harvard T.H Chan School of Public Health, ada beberapa faktor yang dapat menurunkan tingkat penularan penyakit ini. Lantas, apa saja hal yang dapat mengurangi penyebaran infeksi virus hingga membuatnya benar-benar hilang dari dunia?
[covid_19]
1. Lingkungan menurunkan kasus COVID-19
Salah satu faktor yang mungkin dapat membuat virus COVID-19 tingkat penyebarannya menurun hingga menghilang adalah lingkungan sekitar.
Pada saat musim dingin berlangsung, udara akan jauh lebih dingin dan tingkat kelempaban pun menurun drastis. Jika berkaca dari kasus influenza, beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus flu lebih ‘senang’ pada tempat dengan tingkat kelembapan yang rendah, alias kering.
Sejumlah penelitian tersebut ternyata memberi harapan pada sebagian orang dan menyangka infeksi SARS-CoV-2 akan hilang ketika cuaca lebih hangat. Padahal, cara kerjanya tidak seperti itu.
Hal ini dikarenakan influenza mirip dengan COVID-19, yaitu sama-sama menyerang sistem pernapasan. Akan tetapi, mekanisme kerja penyebaran di antara keduanya ternyata berbeda dan belum ada studi khusus yang menjelaskan hubungan antara virus flu dan SARS-CoV-2 dengan iklim.
Walaupun demikian penelitian dari Cold Spring Laboratory menjelaskan penyebaran virus yang berkelanjutan dan pertumbuhan kasus yang cepat terjadi di mana saja. Mulai dari provinsi Tiongkok yang terkenal dingin dan kering, seperti Jilin hingga negara tropis seperti Singapura.
Selain itu, para ahli berpendapat bahwa cuaca saja, seperti adanya peningkatan suhu dan kelembapan saat musim semi dan panas, tidak bisa dijadikan patokan.
Ada banyak faktor lain yang dapat membuat penularan virus COVID-19 menurun dan hilang, seperti intervensi pemerintah. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek kelembapan dan suhu udara pada penyebaran COVID-19.
2. Perilaku manusia
Selain lingkungan, perilaku manusia juga dianggap dapat menjadi faktor yang dapat menurunkan jumlah kasus pandemi COVID-19 hingga hilang.
Begini, ketika memasuki musim dingin, kebanyakan orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan ventilasi yang jarang dibuka dan jarang ke luar rumah.
Bahkan, banyak dari mereka yang memilih untuk jarang bergerak dan tidak mengeluarkan keringat, sehingga berdampak buruk pada kesehatan mereka sendiri.
Satu hal yang perlu diingat dari COVID-19 adalah sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk mencegah dan obat untuk mengobati penyakit ini.
Maka itu, perilaku manusia menjadi kunci dari penyebaran virus SARS-CoV-2 dan bagaimana Anda membantu mengurangi penularan. Cara terbaik untuk melindungi diri dan orang yang terkasih adalah rutin mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Kebiasaan ini perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan lalu setelah menyentuh permukaan barang yang sering disentuh oleh orang-orang, seperti gagang pintu.
Selain itu, ada beberapa strategi lainnya yang menyangkut perilaku manusia untuk menghentikan penyebaran COVID-19.
- social distancing, membatasi kontak fisik dengan lebih sering berada di rumah
- hindari terlalu sering menyentuh wajah
- mengganti jabat tangan dengan membenturkan siku, kaki, atau membungkuk
- tidak bepergian ke luar negeri, terutama negara yang terinfeksi, kecuali mendesak
Banyak orang yang mungkin menyepelekan strategi di atas dan menganggap remeh penularan COVID-19. Mereka mungkin tidak menunjukkan gejala yang serius, tetapi menularkannya kepada orang yang berisiko mengembangkan komplikasi, seperti lansia, adalah kesalahan fatal.
Maka itu, perilaku manusia menjadi faktor penting dalam membuat virus COVID-19 benar-benar hilang.
3. Sistem kekebalan tubuh
Memperhatikan kebersihan diri memang penting, tetapi menjaga kesehatan pun juga tidak kalah serius. Sistem kekebalan tubuh orang yang sehat maupun pasien yang terinfeksi ternyata juga menjadi faktor penting agar virus COVID-19 benar-benar hilang.
Pada saat virus ini baru dimulai yaitu ketika musim dingin, sistem kekebalan orang yang tinggal di negara yang memiliki musim tersebut bisa lebih buruk dibandingkan musim panas. Salah satu penyebab yang paling mungkin terjadi adalah jarang terpapar sinar matahari ternyata mengurangi respon imun di tubuh.
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa paparan sinar matahari merupakan salah satu sumber vitamin D yang paling baik dan mengurangi risiko infeksi pernapasan. Maka itu, ketika musim dingin yang jarang memunculkan matahari, ternyata berpengaruh besar terhadap tubuh Anda.
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan nutrisi dan vitamin pun penting agar tubuh tidak terkena COVID-19 dan berpotensi menyebarkannya ke orang lain.
4. Berkurangnya host yang berisiko
Tanpa melihat dari faktor musim, penularan virus COVID-19 pun dapat terjadi naik dan menurun karena banyaknya orang yang rentan terhadap penyakit ini.
Setiap satu kasus dapat menularkan virus lebih dari satu kasus. Setelah kasus pertama berhasil ditangani, mungkin tingkat penyebaran akan berkurang karena frekuensi kontak tidak terjadi.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang membuat COVID-19 tidak hilang sepenuhnya, yaitu orang terinfeksi yang tidak terdeteksi. Hal ini dapat terjadi dari waktu ke waktu tanpa adanya pengaruh dari iklim dan cuaca.
Maka itu, social distancing diberlakukan untuk melihat apakah orang yang tidak ada hubungannya dengan pasien pertama dapat menunjukkan gejala terkait COVID-19. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk melacak orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien yang tidak sadar dirinya terinfeksi.
Keempat faktor di atas mungkin dapat menjadi cara agar penyebaran COVID-19 berkurang hingga benar-benar hilang. Terlebih lagi, banyaknya orang yang tidak sadar bahwa pandemi COVID-19 merupakan penyakit yang perlu ditanggapi secara serius karena tingkat penularannya yang cukup tinggi.
Walaupun demikian, setidaknya masih ada harapan untuk menghindari virus ini dengan tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri.