backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Peneliti Ungkap Efek Samping "Nocebo Effect" dari Vaksin COVID-19

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 10/03/2022

    Peneliti Ungkap Efek Samping "Nocebo Effect" dari Vaksin COVID-19

    Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu tindakan untuk mencegah penularan COVID-19 sekaligus menekan angka kematian akibat keparahannya. Nah, pemberian vaksin bisa menimbulkan efek samping. Kebanyakan mengeluhkan rasa nyeri dan pegal pada area yang disuntik. Baru-baru ini, penelitian menyebut ada juga efek samping dari vaksin yang disebut dengan efek nocebo.

    Apa itu efek nocebo?

    sakit kepala gejala covid-19

    Nocebo adalah kebalikan dari placebo effect, yakni ketika seseorang mengalami efek menguntungkan dari obat. Jadi, secara sederhana efek nocebo atau nocebo effect adalah munculnya dampak negatif yang tidak diinginkan dari pemakaian suatu obat.

    Berdasarkan laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin COVID-19 menimbulkan efek samping beragam, bergantung dengan jenis vaksin yang dipilih.

    Beberapa efek samping tersebut meliputi kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, demam, nyeri pada bekas suntikan, dan mual.

    Sebenarnya ini merupakan hal yang wajar, mengingat tubuh sedang membangun perlindungan terhadap vaksin yang diberikan. Di samping efek samping tersebut, ada juga yang disebut dengan nocebo effect.

    Jadi begini, dalam setiap uji coba obat, terdapat kelompok kontrol. Peserta penelitian yang berada dalam kelompok ini menerima plasebo, yaitu “obat kosong’ yang tidak mengandung bahan aktif (biasanya terbuat dari larutan garam).

    Jika uji coba dilakukan untuk meneliti obat tertentu, kelompok kontrol akan menerima obat yang terlihat sama tapi tidak mengandung bahan aktif. Nah, pada pengujian vaksin, kelompok kontrol akan menerima suntikan plasebo.

    Semua uji coba obat harus memiliki kelompok kontrol. Dengan begitu, jika kelompok yang diberikan obat mengalami efek tertentu, peneliti bisa memastikan bahwa efek tersebut memang berasal dari obat, bukan karena peserta penelitian memiliki kondisi khusus.

    Namun, ada fenomena aneh yang terjadi. Beberapa orang dalam kelompok kontrol merasakan perburukan gejala, padahal vaksin yang diberikan kepada mereka tidak mengandung bahan aktif (plasebo).

    Fenoma inilah disebut dengan nocebo effect, yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh Walter P. Kennedy pada 1961.

    Apa  penyebab efek nocebo?

    masalah perkembangan dewasa

    Fenomena ini disebut aneh karena bukan obat yang jadi penyebab dari kemunculan atau memburuknya gejala. Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open pun turut melakukan pengamatan terhadap uji coba vaksinasi COVID-19.

    Para peneliti yang menganalisis data dari 12 percobaan menemukan bahwa sebanyak 35% orang yang diberikan suntikan plasebo mengalami efek sistemik. Artinya, efek samping muncul pada area tubuh selain tempat penyuntikan.

    Mereka mengalami keluhan mirip efek samping vaksin COVID-19 seperti sakit kepala dan kelelahan setelah dosis pertama. Sementara pada penerima suntikan vaksin sungguhan, sebanyak 46% melaporkan terjadinya efek samping.

    Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa sekitar 75% dari efek samping yang dilaporkan oleh orang-orang yang diberikan vaksin asli merupakan nocebo effect.

    Setelah diteliti lebih lanjut, ada kemungkinan bahwa kemunculan efek nocebo berkaitan dengan kondisi psikologis dan neurobiologis (kerja sistem saraf) seseorang.

    Sebagai contoh, ketika seorang pasien diberi tahu bahwa pengobatan yang dijalani dapat menyebabkan kantuk, bisa jadi pasien tersebut akan merasakan kantuk.

    Terlebih lagi pada pasien yang memiliki ekspektasi negatif terhadap efek samping suatu pengobatan. Mereka mungkin lebih sadar akan gejalanya sehingga lebih mungkin mengeluhkan nyeri yang berasal dari sugesti.

    Nocebo effect pun lebih sering terjadi pada orang yang mengalami gangguan kecemasan atau depresi.

    Dari segi neurobiologis, kondisi ini disebut dengan hiperalgesia nocebo, yakni ekspektasi terhadap rasa sakit sehingga meningkatkan rasa sakit yang dialami.

    Jadi, ketika seseorang mengantisipasi rasa sakit, tubuhnya akan melepaskan kolesitokinin, yakni salah satu hormon yang memungkinkan penghantaran rasa sakit.

    Sensasi rasa sakit dapat diperkuat oleh otak yang dipicu oleh rasa takut sehingga menghasilkan peningkatan rasa sakit dan gejala lainnya.

    Bagaimana cara mengatasinya?

    delirium adalah

    Dalam kasus vaksinasi COVID-19 ini, cara yang cukup efektif untuk mengurangi nocebo effect ialah dengan memercayai dokter atau tim medis yang menangani kondisi Anda sekaligus memberikan vaksin.

    Sejauh ini, vaksin yang dikembangkan sudah melewati beberapa kali uji coba agar bisa diberikan kepada semua masyarakat. Kecuali, orang-orang dengan kondisi tertentu yang jika menerima vaksin dapat membahayakan dirinya.

    Di samping itu, perbanyak diri dengan wawasan mengenai jenis vaksin, manfaat dan efeknya jika tidak mendapatkan vaksin, efek samping vaksin, dan vaksin booster.

    Ketahui juga apa saja yang perlu Anda lakukan agar vaksinasi berjalan dengan aman, salah satunya pentingnya tidur cukup sebelum vaksin.

    Bila perlu, lakukan konsultasi dengan psikolog jika Anda memang merasakan kecemasan tertentu terhadap vaksin.

    Anda bisa membaca lebih banyak artikel mengenai COVID-19 di sini!

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 10/03/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan