backup og meta

4 Jenis Tes HIV yang Mungkin Dianjurkan Dokter, Plus Siapa Saja yang Perlu

4 Jenis Tes HIV yang Mungkin Dianjurkan Dokter, Plus Siapa Saja yang Perlu

HIV atau human inmmunodeficiency virus adalah penyakit infeksi yang bisa menyebabkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Jika Anda termasuk orang yang berisiko tinggi tertular atau menularkan penyakit ini, sebaiknya lakukan tes HIV sedini mungkin.

Pemeriksaan secara medis dapat membantu Anda cepat mendapatkan pengobatan yang tepat sekaligus mencegah penularan HIV semakin meluas. Apa saja tes atau cek yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan HIV dan AIDS?

Tujuan pemeriksaan HIV dan AIDS

HIV mudah lelah

HIV/AIDS harus diobati sejak dini karena penyakit ini dapat memengaruhi kondisi tubuh Anda.

Pengidap HIV yang sudah sampai pada tahap AIDS umumnya hanya memiliki harapan hidup untuk 3 tahun ke depan.

Tes HIV/AIDS secara sukarela dikenal juga dengan nama tes VCT.

Melakukan pemeriksaan atau cek HIV dapat membantu melindungi orang lain dari penyebaran dan bahaya virus ini. 

Jika pemeriksaan HIV menunjukkan hasil positif, Anda dapat mengetahui stadium infeksi HIV.

Setelah itu, dokter akan merencanakan proses pengobatan HIV yang tepat sasaran.

Seluruh rangkaian pengobatan ini bertujuan agar kondisi tubuh Anda lebih sehat.

Selain itu, pengobatan juga dapat membantu menurunkan risiko penularan HIV kepada orang lain sebesar 96% jika rutin minum obat HIV.

Apabila hasil pemeriksaan menyatakan Anda tidak memiliki HIV maupun AIDS, hasil ini juga dapat menguntungkan diri sendiri dan orang lain. 

Hasil tes HIV yang negatif dapat menjadi pengingat bagi Anda dan pasangan untuk mencegah penyakit dengan melakukan hubungan seks yang aman. 

Ambil contohnya, Anda dan pasangan jadi patuh untuk memakai kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan seks.

Siapa saja yang perlu tes HIV?

tes kimia darah

Berdasarkan Peraturan dari Kementerian Kesehatan Indonesia, ada beberapa kondisi yang mengharuskan seseorang melakukan tes HIV dan AIDS.

Prasyarat cek HIV tersebut adalah sebagai berikut:

  • Setiap orang dewasa, anak, dan remaja dengan kondisi medis yang diduga mengalami tanda-tanda terjadi infeksi HIV, terutama jika memiliki riwayat tuberkulosis (TBC) dan penyakit kelamin.
  • Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin.
  • Laki-laki dewasa yang akan melakukan sunat sebagai tindakan pencegahan HIV.

Bayi dan anak dengan kondisi di bawah ini juga perlu melakukan tes HIV:

  • Anak dengan kondisi penyakit yang berhubungan dengan HIV seperti TBC berat, sedang rutin minum obat TBC, mengalami malnutrisi, pneumonia, dan diare kronis.
  • Bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi HIV, meskipun sudah mendapatkan tindakan pencegahan penularan semasa hamil. 
  • Anak yang riwayat keluarganya tidak diketahui.
  • Orang yang berpotensi memiliki infeksi HIV melalui jarum suntik yang terkontaminasi, menerima transfusi berulang, dan sebab lainnya.
  • Anak yang mengalami kekerasan seksual.

Selain itu, cek HIV juga harus ditawarkan secara rutin kepada:

  • Pekerja seks komersil, pengguna NAPZA suntik (penasun), homoseksual (gay), dan transgender. Kelompok ini setidaknya harus mengulang pemeriksaan HIV dan AIDS minimal setiap 6 bulan sekali.
  • Jika Anda punya pasangan ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS).
  • Ibu hamil atau ibu rumah tangga di wilayah epidemi (area yang punya banyak kasus HIV dan AIDS).
  • Pasien TBC.
  • Semua orang yang berkunjung ke rumah sakit, puskemas, atau balai kesehatan di daerah yang banyak kasus HIV.
  • Pasien penyakit kelamin.
  • Pasien hepatitis.
  • Warga binaan pemasyarakatan.

Di luar dari yang sudah disebutkan di atas, tetap penting bagi Anda untuk menjalani pemeriksaan HIV/AIDS maupun tes penyakit kelamin tahunan.

Apalagi jika Anda merasa tergolong sebagai kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS, tentu sangat disarankan untuk menjalani pemeriksaan.

Apa saja jenis tes HIV dan AIDS?

tes VCT 90 hari untuk mendeteksi HIV

Dalam banyak kasus, diagnosis HIV dapat biasanya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan beberapa pemeriksaan dari dokter.

Pemeriksaan HIV pada umumnya melibatkan tes darah karena jumlah virus paling banyak terdapat di dalam darah.

Jika Anda bertanya bagaimana tes HIV dilakukan, berikut adalah jenis-jenis pemeriksaan untuk HIV/AIDS beserta penjelasan prosedurnya:

1. Tes antibodi

Tes antibodi adalah metode pemeriksaan HIV dan AIDS yang paling umum.

Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respon terhadap kehadiran zat asing, seperti virus.

Cek HIV ini tujuannya bukan untuk mencari penyakit atau virus HIV, tetapi menemukan protein untuk menangkal penyakit (antibodi).

Protein ini dapat ditemukan di dalam darah, urin, atau air liur.

Untuk melakukan pemeriksaan HIV, biasanya dokter atau perawat akan mengambil sedikit darah Anda sebagai sampel.

Setelah itu, sampel akan dikirimkan ke laboratorium untuk pengujian lebih lanjut. 

Antibodi khusus tersebut akan muncul dalam darah atau dihasilkan tubuh, hanya jika Anda memang mengalami HIV.

Umumnya, butuh waktu sekitar 3-12 minggu bagi tubuh untuk menghasilkan antibodi HIV yang cukup sampai bisa terdeteksi dalam tes.

Beberapa dokter kemungkinan juga dapat menganjurkan pemeriksaan HIV lewat tes urin atau membran mulut (bukan air liur).

Namun, cairan-cairan tersebut biasanya tidak begitu banyak mengandung antibodi. 

Jadi, tes HIV lewat cairan urin atau mulut kemungkinan dapat menampakkan hasil tes HIV negatif palsu (false negative) atau positif palsu (false positive). 

2. Tes antibodi-antigen (Ab-Ag)

Pemeriksaan HIV Ab-Ag adalah pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2.

Pemeriksaan HIV ini juga bertujuan untuk menemukan protein p24 yang merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus). 

Pemeriksaan Ab-Ag penting karena biasanya butuh waktu beberapa minggu sampai antibodi terbentuk setelah infeksi awal meski virus (dan protein p24) sudah ada dalam darah.

Dengan demikian, pemeriksaan Ab-Ag memungkinkan untuk menjadi deteksi dini infeksi HIV.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa diagnosis HIV dapat ditegakkan rata-rata satu minggu lebih cepat lewat pemeriksaan Ab-Ag dibandingkan dengan pemeriksaan antibodi saja. 

Cara kera tes ini menggunakan proses reaksi yang dikenal sebagai chemiluminescence.

Reaksi chemilumenescene adalah proses yang berguna untuk mendeteksi antibodi dan p24 protein antigen.

Dengan kata lain, jika ada antibodi atau antigen di dalam tubuh, hasil dari proses ini akan memancarkan cahaya pada detektor.

Hanya ada satu tes antibodi-antigen yang disetujui saat ini, yaitu tes Arsitek HIV Ag/Ab Combo.

Jika hasil tes ini positif, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu tes Western blot.

3. Tes serologi

Ada tiga jenis tes serologi yang umum direkomendasikan sebagai pemeriksaan HIV dan AIDS, yaitu:

Tes darah cepat

Tes darah HIV/AIDS cepat dengan reagen (bahan kimia aktif) sudah dievaluasi dan direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan.

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi antibodi HIV-1 maupun HIV-2.

Tes darah HIV ini dapat dijalankan meskipun hanya menggunakan jumlah sampel yang sedikit.

Selain itu, tes darah cepat sebagai pemeriksaan HIV hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengetahui hasilnya.

Prosedur tes darah HIV ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis yang sudah terlatih. 

Tes ELISA

Pemeriksaan HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme immunoassay). 

Untuk melakukan tes ELISA, sampel darah akan diambil dari permukaan kulit Anda kemudian dimasukkan ke dalam tabung khusus.

Sampel darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di laboratorium, sampel darah dimasukkan ke cawan petri yang berisi antigen HIV.

Antigen adalah zat asing, seperti virus, yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh merespons dengan cara memproduksi antibodi.

Jika darah Anda mengandung antibodi terhadap HIV, darah akan mengikat antigen.

Tes darah HIV yang satu ini akan diperiksa dengan menambahkan enzim ke cawan petri tersebut untuk membantu mempercepat reaksi kimia.

Jika isi cawan petri berubah warna, Anda mungkin terinfeksi HIV.

Hasil dari tes darah HIV dengan ELISA bisa didapatkan dalam waktu 1-3 hari. 

Jika tes ELISA menunjukkan hasil positif, dokter akan menyarankan tes lanjutan yang lebih spesifik, misalnya dengan tes Western bolt untuk memastikan diagnosis HIV.

Tes lanjutan atau pemeriksaan HIV penunjang dianjurkan karena masih ada kemungkinan kecil antibodi salah menempel pada protein non-HIV selama tes pertama.

Itu sebabnya, diperlukan tes kedua untuk memastikannya.

Tes Western blot

Tes Western blot hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining awal yang menunjukkan hasil positif HIV.

Biasanya, tes ini disarankan jika tes ELISA menunjukkan hasil positif HIV.

Terkadang, tes ELISA dapat menunjukkan hasil positif (false positive).  

Pemeriksaan ini juga diperlukan jika Anda memiliki hasil positif HIV dari tes sebelumnya, tetapi diketahui memiliki kondisi lain. 

Kondisi lain tersebut meliputi penyakit Lyme, lupus, atau sifilis yang mungkin dapat memengaruhi hasil pemeriksaan HIV.

Nah, agar hasil akurat dan lebih pasti, tes yang sudah Anda lakukan sebelumnya perlu konfirmasi ulang melalui tes Western blot.

Pemeriksaan HIV ini merupakan tes antibodi untuk memastikan apakah Anda benar terinfeksi virus HIV atau tidak.

Dalam tes ini, protein HIV dipisahkan oleh ukuran, muatan listrik, serta serum yang dilapisi pada strip tes. 

Jika hasil pemeriksaan HIV lewat Western blot menunjukkan hasil positif, serangkaian pita (band) yang terdeteksi menandakan adanya pengikatan spesifik antibodi terhadap protein virus HIV tertentu.

Tes Western blot hanya membutuhkan 1 hari untuk pengujian. Namun, perlu diingat, ini adalah tes atau pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan ini tidak membantu bila dilakukan sendiri alias tanpa tes lainnya.

4. Tes virologis dengan PCR

Tes virologis adalah salah satu jenis pemeriksaan HIV dan  AIDS yang dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). 

Tes virologis penting bagi ibu hamil yang positif memiliki HIV.

Bayi yang baru lahir dari ibu positif HIV juga wajib melakukan pemeriksaan ini minimal saat ia berusia 6 minggu.

Selain bayi, tes ini juga direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur kurang dari 18 bulan apabila dicurigai mengalami HIV.

Tes ini mungkin juga membantu dalam mendeteksi infeksi HIV dalam 4 minggu pertama setelah terpapar virus. 

Jika pada pemeriksaan pertama hasil tes virologis bayi dilaporkan positif HIV, pengobatan HIV harus segera dimulai.

Terapi biasanya dimulai saat pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan tes virologis kedua.

Tes virologis yang dianjurkan, yaitu:

HIV DNA kualitatif (EID)

Tes HIV/AIDS DNA kualitatif dari darah lengkap atau dried blood spot (DBS) adalah pemeriksaan yang fungsinya mendeteksi keberadaan virus HIV, bukan pada antibodi penangkalnya.

Cek HIV ini digunakan untuk diagnosis pada bayi. 

HIV RNA kuantitatif

Tes HIV/AIDS RNA kuantitatif dilakukan dengan menggunakan plasma darah.

Pemeriksaan penunjang HIV ini berguna untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah (viral load HIV).

Metode cek HIV dengan PCR melibatkan bantuan enzim untuk menggandakan virus HIV dalam darah.

Selanjutnya, reaksi kimia akan menunjukkan seberapa banyak virus. Hasil pengujian RNA biasanya memakan waktu beberapa hari sampai seminggu.

Viral load HIV dinyatakan “tak terdeteksi” jika berada sangat sedikit dalam 1 cubical centimeter (cc) sampel darah.

Jika viral load tinggi, tandanya ada banyak virus HIV dalam tubuh Anda.

Ini dapat menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh Anda gagal melawan HIV dengan baik.

Apakah pemeriksaan HIV akurat?

siklus hidup virus hiv

Tes HIV modern bisa dikatakan sangat akurat. Namun, keakuratan tes harus mempertimbangkan masa jendela.

Masa jendela adalah waktu saat virus masuk ke dalam tubuh sampai terbentuk antibodi. Masa ini biasanya berlangsung selama 2 minggu hingga 6 bulan.

Ambil contohnya, tes generasi ke-4 dapat memastikan 95% infeksi pada hari ke-28 setelah terpapar.

Melakukan tes konfirmasi disarankan setidaknya setelah 3 bulan virus masuk ke dalam tubuh.

Jangka waktu kurang lebih 3 bulan ini dikarenakan virus butuh waktu untuk menginfeksi tubuh sampai akhirnya menunjukkan hasil positif saat tes.

Ketika tes menunjukkan hasil positif, Anda dapat melakukan pemeriksaan ulang dengan tes Western blot.

Hal-hal yang bisa memengaruhi pemeriksaan HIV

HIV positif bisa melahirkan normal anak negatif

Pemeriksaan HIV dan AIDS umumnya tidak terpengaruh oleh keadaan lain.

Ambil contohnya, infeksi yang sedang Anda alami, obat-obatan yang sedang Anda minum, atau berat badan tidak akan memengaruhi hasil tes. 

Bahkan, apabila Anda mengonsumsi alkohol dan narkoba sebelum pemeriksaan HIV, ini tetap tidak memengaruhi hasil cek HIV.

Anda juga tidak perlu berpuasa sebelum cek HIV karena makanan dan minuman tidak berpengaruh pada hasil cek tersebut.

Kapan waktu yang tepat untuk tes HIV pertama kali?

ciri HIV dan AIDS pada wanita

Jika Anda tahu atau ingat betul bahwa paparan virus pertama terjadi kurang dari 3 bulan, cek HIV biasanya dianjurkan pada 3 bulan setelah paparan.

HIV.gov menyarankan bahwa bila seseorang pernah melakukan aktivitas yang berisiko HIV, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan kesehatan.

Lebih cepat melakukan pemeriksaan tentu lebih baik daripada Anda harus menunggu dan terus merasa khawatir.

Kesimpulannya, setelah melakukan hal yang berisiko menyebabkan HIV, sebaiknya jangan tunggu gejala atau keluhan muncul.

Sebisa mungkin dalam waktu 3 bulan segera cek apakah Anda terinfeksi HIV atau tidak.

Soal tes apa yang terbaik, tentunya dokter akan memberikan saran sesuai kondisi Anda.

Dokter juga dapat memberikan mengenai tindakan pencegahan HIV yang harus Anda lakukan setelahnya.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Retrieved 14 January 2021, from https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Permenkes_ARV_Cetak.pdf

Standford Health Care. (2021). Polymerase chain reaction (PCR). Retrieved 14 January 2021, from https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/sexual-and-reproductive-health/hiv-aids/diagnosis/pcr.html

HIV.gov. (2020). HIV Testing Overview. Retrieved 14 January 2021, from https://www.hiv.gov/hiv-basics/hiv-testing/learn-about-hiv-testing/hiv-testing-overview

Avert. (2015). HIV testing fact sheet. Retrieved 14 January 2021, from https://www.avert.org/learn-share/hiv-fact-sheets/hiv-testing

CDC. (2021). Testing | HIV Basics | HIV/AIDS | Retrieved 14 January 2021, from https://www.cdc.gov/hiv/basics/testing.html

Versi Terbaru

28/10/2022

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Kupas Tuntas Pemeriksaan HIV Pada Anak dan Bayi Baru Lahir

Sudah Siap Menikah Tetapi Pasangan Ternyata Positif HIV? Jangan Sedih, Ini yang Perlu Anda Lakukan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 28/10/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan