backup og meta

Waspadai, Ini 4 Bahaya Asupan Lemak Jenuh yang Berlebihan

Waspadai, Ini 4 Bahaya Asupan Lemak Jenuh yang Berlebihan

Lemak jenuh seringkali disebut sebagai penyebab utama penyakit jantung. Namun, tahukah Anda bahwa tubuh juga tetap memerlukan asupan lemak jenuh? Meski demikian, Anda tetap tak boleh mengonsumsinya secara berlebihan. Berikut sejumlah bahaya lemak jenuh. 

Mengenal lemak jenuh

Ada tiga jenis lemak, yaitu lemak jenuh, lemak tak jenuh, dan lemak trans. Lemak terbentuk dari dua jenis molekul, yaitu asam lemak dan gliserol.

Jenis dan kadar asam lemak inilah yang menentukan dampak lemak terhadap tubuh Anda. 

Lemak jenuh sendiri merupakan jenis lemak yang umumnya berasal dari hewan seperti unggas, daging merah, dan produk susu.

Anda perlu berhati-hati dengan bahaya lemak jenuh, pasalnya, asupan lemak jenuh secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kadar kolesterol ‘jahat’ (LDL) dalam darah.

Oleh karena itu, asam lemak jenuh merupakan salah satu jenis asam lemak yang jika dikonsumsi berlebih justru berisiko merugikan kesehatan. Bahkan bahaya lemak jenuh dapat menyebabkan risiko kematian.

Bahaya lemak jenuh yang berlebihan

Fungsi lemak pada tubuh manusia adalah sebagai cadangan energi, pelindung berbagai organ penting, menjaga bentuk dan suhu tubuh, dan membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K. 

Namun, jika terlalu banyak makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, hal ini akan menimbulkan masalah bagi tubuh.

Salah satu dampak bahaya lemak jenuh karena konsumsi berlebihan adalah peningkatan kolesterol total dan kolesterol LDL (low-density lipoprotein). 

Berikut sejumlah bahaya lemak jenuh apabila dikonsumsi secara berlebihan.

1. Kolesterol tinggi

endapan lemak

LDL yang sering disebut kolesterol jahat merupakan lemak yang berbentuk mirip lilin.

Lemak jenuh ini biasanya berasal dari hidangan yang mengandung lemak hewani, kulit ayam, produk susu kental manis, dan minyak kelapa. 

Satu porsi makanan cepat saji mengandung 28 gram lemak (41,2% dari energi total) dan dua buah gorengan mengandung 18,8 gram lemak (28,1% dari energi total) di dalamnya.

Padahal, anjuran asupan lemak sehari berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia adalah 25 – 30% dari energi total. 

Jika konsumsi lemak jenuh tinggi, sedangkan lemak tidak jenuh cenderung rendah, tingkat kolesterol dalam tubuh juga akan tinggi. 

Menurut jurnal Plos Medicine, bahaya lemak jenuh dari kondisi tersebut akan mengakibatkan kolesterol darah tinggi dan berisiko mengakibatkan gangguan kardiovaskuler. 

2. Penyempitan pembuluh darah

Bahaya lemak jenuh lainnya adalah kolesterol tinggi, maka akan terbentuk plak dalam pembuluh darah yang berdampak pada penyempitan pembuluh darah ke jantung. 

Jika hal ini terjadi maka dampak terburuknya adalah terjadinya gangguan otot jantung yang dapat menyebabkan kematian akibat serangan jantung.

3. Peradangan 

Meskipun efeknya pada penyakit jantung sejauh ini paling banyak diteliti dan diperdebatkan, bahaya lemak jenuh juga dikaitkan dengan efek kesehatan negatif lainnya.

Mengutip dalam jurnal JAMA Internal Medicine, efek negatif atau bahaya lemak jenuh lainnya seperti peningkatan peradangan, kanker, dan penurunan mental. 

Beberapa bukti menunjukkan bahwa lemak jenuh mendorong peradangan dengan meniru perilaku racun bakteri yang disebut lipopolisakarida.

Racun bakteri tersebut diketahui memiliki perilaku imunostimulan (menstimulasi imun tubuh) yang kuat dan dapat menyebabkan peradangan.

4. Memengaruhi kondisi psikologis

Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan  bahaya lemak jenuh mungkin memiliki efek buruk pada kondisi mental, nafsu makan, dan metabolisme.

Namun, penelitian di bidang ini tidak konsisten. Ada juga kekhawatiran bahwa penurunan fungsi mental mungkin terkait dengan makanan olahan dan tidak hanya lemak jenuh.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki hubungan potensial ini sebelum kesimpulan yang kuat dapat dibuat.

Aturan konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh

cara mengolah lemak hewani

Setiap orang dianjurkan untuk menjalani pola makan yang memenuhi gizi seimbang setiap harinya.

Terdapat enam jenis sumber gizi yang harus didapatkan dalam asupan makanan, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Adapun komposisi yang baik untuk asupan protein, baik itu dari protein hewani maupun nabati, dianjurkan 10% – 20% dari total kalori harian yang dibutuhkan. 

Kemudian asupan karbohidrat sekitar 45% – 65%, karbohidrat sederhana sekitar 5%, dan lemak dianjurkan kurang dari 30% dari kalori kebutuhan tubuh

Sementara itu, kebutuhan kolesterol hanya boleh dikonsumsi kurang dari 300 mg per hari. Lemak dibutuhkan oleh tubuh, tapi bila berlebihan justru menimbulkan masalah kesehatan.

Berdasarkan American Heart Association, anjuran konsumsi lemak adalah 25% – 35% per hari dan harus dibatasi asupan lemak jenuh kurang dari 7% dari kalori total. 

Untuk asupan lemak trans harus kurang dari 1% dari kalori total per hari. Kemudian, sisa asupan harus dipenuhi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini akan membantu Anda terhindar dari bahaya lemak jenuh.

Ada beberapa makanan bergizi tinggi yang terkonsentrasi pada lemak jenuh, tetapi dapat berdampak positif bagi kesehatan.

Makanan itu seperti produk olahan dari kelapa, termasuk parutan kelapa tanpa pemanis, santan, minyak kelapa, yoghurt, dan daging organik.

Lemak jenuh kerap disebut sebagai lemak jahat yang berisiko menyumbat peredaran darah.

Jika lemak jahat menyumbat peredaran darah ke jantung, hal ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung. Jika menyumbat peredaran darah ke otak, Anda akan berisiko stroke.

Oleh karena itu, Anda perlu untuk mengatur asupan nutrisi ke dalam tubuh agar memberikan manfaat yang seimbang bagi tubuh. Selain itu, agar lebih waspada mengenai bahaya lemak jenuh yang bisa ditimbulkan.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Drouin-Chartier, Jean-Philippe; et.al. (2016). Systematic Review of the Association between Dairy Product Consumption and Risk of Cardiovascular-Related Clinical Outcomes. Advances in Nutrition: An International Review Journal. 7(6), 1026–1040. doi:10.3945/an.115.011403

Richardson, Tom G., et al. (2020). Evaluating the relationship between circulating lipoprotein lipids and apolipoproteins with risk of coronary heart disease: A multivariable Mendelian randomisation analysis. PLOS Medicine. 17(3), e1003062. doi:10.1371/journal.pmed.1003062

Harvard Medical School. (2019). The truth about fats: the good, the bad, and the in-between. Harvard Health Publishing. Retrieved March 2, 2022, from https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/the-truth-about-fats-bad-and-good 

Saturated Fat. (2021). Heart.org. Retrieved March 2, 2022, from https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/fats/saturated-fats 

Versi Terbaru

08/04/2022

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Mana yang Bikin Gemuk: Terlalu Banyak Makan Lemak Atau Karbohidrat?

Berapa Batas Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) per Hari?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 08/04/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan