backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Ketahui Keamanan Pakai Air Liur sebagai Pelumas

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 19/07/2022

Ketahui Keamanan Pakai Air Liur sebagai Pelumas

Saat berhubungan seksual dengan pasangan, Anda membutuhkan pelumas atau lubricant agar tetap lancar. Air liur dipercaya sebagai salah satu pelumas alami yang bisa digunakan. Namun, apakah aman menggunakan air liur sebagai pelumas?

Air liur bukan pilihan aman sebagai pelumas seks

Kondisi vagina yang kering bisa mengurangi kenyamanan Anda dan pasangan saat bercinta. Proses penetrasi bisa terasa sakit, bahkan menyebabkan lecet pada kelamin. 

Penggunaan pelumas seks bisa melembabkan alat kelamin sehingga penetrasi menjadi lebih lancar.

Air liur sering digunakan untuk melumasi alat kelamin, padahal dibandingkan pelumas yang dijual di pasaran, air liur cenderung tidak licin.

Pelumas seks pada umumnya mengandung gliserin dan propilen glikol yang memberikan tekstur kental dan licin. Kandungan ini juga menahan air sehingga vagina tidak cepat kering. 

Lantas, bolehkah menggunakan air liur sebagai pelumas?

Tidak seperti pelumas seks di pasaran yang diproduksi secara steril, air liur mengandung kuman dan bisa menimbulkan berbagai risiko penyakit.

Jadi, jika Anda ingin melakukan seks aman, sebaiknya hindari penggunaan air liur sebagai lubricant.

Risiko menggunakan air liur sebagai pelumas

Inilah beberapa efek menggunakan air liur sebagai pelumas yang harus Anda waspadai.

1. Infeksi organ intim

Menggunakan air liur sebagai pelumas seks dapat menyebabkan infeksi terhadap organ intim, khususnya vagina. 

Hal ini terjadi karena bakteri yang terdapat pada air liur dan bakteri yang terdapat di vagina adalah dua bakteri yang berbeda.

Di dalam air liur, terdapat enzim pencernaan yang berfungsi untuk menguraikan makanan. 

Saat bakteri dan enzim tersebut sampai di vagina, bakteri baik pada vagina mungkin rusak hingga menyebabkan terbentuknya infeksi jamur atau vaginosis bakteri.

Air liur juga bisa mengganggu keseimbangan mikroorganisme, seperti jamur dan bakteri yang sudah ada di vagina secara alami.

Jamur dan bakteri yang tidak seimbang memicu terjadinya infeksi tersebut.

2. Memengaruhi kualitas sperma

Menggunakan air liur sebagai pelumas saat berhubungan seks ternyata dapat memengaruhi kualitas sperma.

Mengutip studi terbitan Journal of Czech Physicians (2014), liur dengan keasaman yang tinggi akan mengganggu pergerakan atau motilitas sperma.

Hal ini membuat sperma sulit mencapai lendir serviks dan membuahi sel telur. Oleh karena itu, air liur sebagai pelumas berpotensi mempersulit proses pembuahan hingga kehamilan.

Sebaiknya Anda melakukan pemanasan seksual atau foreplay lebih lama dengan pasangan sebelum penetrasi. Hal ini akan mendorong produksi pelumas alami dari vagina.

Jadi, Anda dan pasangan tidak perlu menggunakan air liur untuk membasahi organ intim yang kering.

3. Berisiko menyebabkan penyakit menular seksual

Bahaya menggunakan air liur sebagai lubricant saat berhubungan intim ternyata berpotensi menimbulkan penyakit menular seksual. 

Pasalnya, segala penyakit yang mungkin menjangkit mulut atau tenggorokan Anda dan pasangan mungkin juga menjangkit organ intim Anda melalui air liur.

Centers for Disease Control and Prevention menjelaskan bahwa jika Anda atau pasangan memiliki luka herpes yang terbuka, lalu menggunakan air liur sebagai pelumas saat sedang berhubungan seks, Anda mungkin mengalami herpes pada alat kelamin setelahnya.

Tidak hanya itu, masih banyak penyakit menular seksual lain yang bisa menular selain herpes

Ada pula gonore, klamidia, HPV, sifilis, dan trikomoniasis, yang bisa menular dari mulut ke area genital jika terdapat luka terbuka. 

Sayangnya, Anda mungkin tidak menyadari kondisi ini sebab penyakit menular seksual tersebut biasanya tidak memiliki gejala yang berarti.

Pelumas yang tepat untuk berhubungan seks

Pelumas vagina

Alih-alih menggunakan air liur sebagai pelumas, penggunaan beberapa produk pelumas yang diformulasikan secara khusus lebih aman untuk melicinkan alat kelamin saat penetrasi. 

Perlu Anda ketahui, jenis pelumas biasanya terbagi berdasarkan bahan dasarnya. Inilah beberapa pelumas yang bisa Anda coba.

1. Pelumas air

Biasanya, bahan ini memiliki kandungan gliserin, tetapi ada pula yang tidak. Pelumas tanpa gliserin cocok untuk kelamin yang terinfeksi jamur. 

Pasalnya, gliserin merupakan salah satu bahan pelumas yang membahayakan vagina yang terinfeksi.

Dalam hal ini, gliserin bisa dipecah tubuh menjadi gula sehingga memberikan asupan bagi jamur. Oleh karena itu, jamur pun bisa berkembang biak lebih banyak.

2. Pelumas minyak

Jenis pelumas ini biasanya mengandung minyak alami, seperti minyak kelapa, minyak almon, dan vitamin E. 

Namun, Anda perlu mewaspadai karena pelumas ini bisa merusak kondom berbahan lateks.

Sebaiknya gunakan pelumas ini untuk memberikan rangsangan seksual pada pasangan untuk mengeluarkan pelumas alami dari vagina. 

3. Pelumas silikon

Pelumas silikon lebih licin daripada lubricant berbahan dasar air.

Selain itu, bertahan pada permukaan kelamin lebih lama sehingga tidak mudah kering. Anda bisa menggunakannya untuk penetrasi maupun saat pemanasan.

4. Pelumas alami

Selain tiga jenis pelumas di atas, ada pula pelumas alami. Lubricant ini biasanya terbuat dari bahan-bahan yang bisa ditemukan di dapur dan bisa dimakan. 

Hanya saja, pelumas ini juga tidak diproduksi secara steril dan terkontrol sehingga keamanannya belum diketahui pasti.

Dari berbagai faktor yang telah disebutkan, sebenarnya air liur tidak memiliki keunggulan apa pun jika digunakan sebagai lubricant saat berhubungan seksual. 

Akan lebih baik jika Anda menggunakan produk pelumas yang beredar di pasaran. Pilih produk yang sudah terdaftar BPOM sehingga keamanan pemakaian terjamin. 

Selain itu, pilih jenis pelumas yang sesuai dengan kenyamanan Anda dan pasangan.

Tidak hanya membuat seks lebih nikmat, pilihan produk yang tepat bisa menjaga kondisi kesehatan alat kelamin Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan

General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 19/07/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan