backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan

Apa Bedanya Stres dan Depresi? Kenali Gejalanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 04/03/2022

    Apa Bedanya Stres dan Depresi? Kenali Gejalanya

    Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Rasa takut, waswas, dan kecemasan yang mencekik akibat stres bisa menyengsarakan dan terasa seperti takkan ada habisnya. Karena hal ini juga, banyak orang yang merasa bahwa mereka telah mengalami depresi. Sebetulnya, apa sih perbedaan stres dan depresi?

    Apa perbedaan stres dan depresi?

    Stres dan depresi sering kali digunakan oleh awam sebagai istilah yang dapat dipertukarkan. Padahal, stres dan depresi memiliki perbedaan mendasar.

    Stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya tekanan dari luar dan dari dalam diri sendiri dalam waktu cukup lama.

    Ketika Anda dilanda stres, tubuh Anda membaca adanya serangan atau ancaman. Misalnya saja Anda harus melakukan presentasi proyek kerjaan di minggu depan. Sebagai mekanisme perlindungan diri, tubuh akan memproduksi berbagai hormon dan zat-zat kimia stres seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin.

    Akibatnya, Anda akan merasakan dorongan energi dan peningkatan konsentrasi supaya Anda bisa merespons sumber tekanan secara efektif. Tubuh juga akan secara otomatis mematikan fungsi-fungsi organ/sistem organ yang sedang tidak diperlukan, misalnya pencernaan.

    Namun, apabila stres muncul pada saat-saat yang tidak diinginkan, stres dapat membuat otak membanjiri tubuh dengan hormon adrenalin, kortisol, dan norepinefrin tadi. Alhasil, Anda jadi terus menerus merasa kalut, cemas, dan gelisah.

    Pada saat tersebut, darah akan mengalir ke bagian-bagian tubuh lain agar mendapat respons secara fisik seperti kaki dan tangan, hal ini mengakibatkan fungsi otak menurun. Itulah sebabnya banyak orang yang justru sulit berpikir jernih saat diserang stres.

    Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya.

    Depresi bukan tanda ketidakbahagiaan atau cacat karakter. Depresi bukanlah keadaan yang wajar ditemui seperti stres atau panik. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat atau motivasi, terus-menerus merasa sedih dan gagal, dan mudah lelah.

    Kondisi ini bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih. Maka, orang yang menderita depresi biasanya jadi sulit menjalani kegiatan sehari-sehari seperti bekerja, makan, bersosialisasi, belajar, atau berkendara secara normal.

    Nah, stres berat yang tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi gangguan kejiwaan kronis seperti depresi. Bahkan pada beberapa kasus, gejala depresi bisa muncul tanpa didahului oleh stres.

    Perbedaan gejala stres dan depresi

    Stres bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak usia sekolah. Biasanya, orang yang sedang stres rentan mengalami gejala berikut ini.

    • Sulit tidur
    • Gangguan daya ingat
    • Gangguan berkonsentrasi
    • Perubahan pola makan
    • Mudah marah dan tersinggung
    • Sering gugup atau gelisah
    • Merasa kewalahan dengan pekerjaan di sekolah atau kantor
    • Merasa takut tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan baik

    Di sisi lain, tanda-tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali menyerang. Berikut adalah berbagai gejala depresi yang biasanya terjadi.

    • Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga
    • Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi
    • Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina
    • Sulit mengambil keputusan
    • Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya
    • Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya
    • Sulit berkonsentrasi
    • Sulit mengingat-ingat
    • Merasa bersalah, gagal, dan sendirian
    • Berpikiran negatif secara terus-menerus
    • Mudah kecewa, marah, dan tersinggung
    • Sulit menjalani kegiatan sehari-hari
    • Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati
    • Adanya pikiran untuk bunuh diri

    Ketika dilanda stres, Anda tahu pasti apa pemicunya dan hal yang sedang Anda hadapi. Biasanya hal ini berhubungan dengan tantangan yang Anda temui sehari-hari seperti deadline pekerjaan, tagihan keuangan, atau urusan rumah tangga.

    Namun terkadang stres juga bisa berasal dari dalam diri, dipicu oleh imajinasi atau pikiran yang sedang tidak jernih sehingga timbul skenario-skenario buruk yang belum tentu terjadi. Biasanya ini akan menghilang ketika peristiwa yang Anda cemaskan sudah terlewat.

    Sementara itu, depresi membuat Anda tidak berdaya untuk mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran Anda. Gejalanya dapat muncul tanpa harus berada di situasi tertentu. Depresi dapat membatasi fungsi Anda sebagai manusia.

    Apa bahayanya jika depresi tidak ditangani?

    Jangan menyepelekan atau membiarkan depresi begitu saja karena dampaknya sangat berbahaya. Berbagai studi telah menemukan hubungan yang sangat erat antara depresi dengan penyakit hati dan gagal jantung.

    Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang menderita depresi memiliki kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas akibat perubahan pola makan yang drastis dan kurang berolahraga.

    Jika tidak ditangani secara serius, depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak serta meningkatkan risiko Alzheimer dan stroke.

    Dalam beberapa kasus, mereka yang sudah terserang depresi berat cenderung mencoba untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Maka, sudah saatnya Anda menanggapi stres dan depresi dengan serius. Kenali perbedaan keduanya dan segera tangani stres dan depresi sebelum terlambat.

    Cara menangani depresi

    Jika ternyata Anda mengalami depresi, Anda harus segera mengambil tindakan. Depresi merupakan penyakit yang bisa disembuhkan kalau penanganannya tepat.

    Namun, depresi tidak bisa disembuhkan oleh Anda seorang diri. Anda membutuhkan bantuan orang lain. Cobalah untuk menjalani sesi konseling bersama psikolog atau psikiater. Anda juga mungkin akan dirujuk untuk menjalani berbagai terapi seperti Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dan psikoterapi.

    Untuk membantu Anda mengatasi kegelisahan atau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut, pengobatan dengan antidepresan dan obat penenang bisa menjadi solusinya.

    Obat tidur juga mungkin ditawarkan bagi Anda yang mengalami insomnia atau sulit tidur. Ingatlah bahwa terserang depresi bukan kesalahan Anda, tapi Anda bisa melawannya.

    Ceritakan situasi Anda dengan jujur pada orang-orang terdekat Anda agar mereka bisa mendukung dan membantu Anda sembuh lebih cepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 04/03/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan