Operasi amandel atau tonsilektomi adalah prosedur pengangkatan bagian amandel yang mengalami peradangan (tonsilitis). Meski begitu, tidak semua kasus radang amandel membutuhkan operasi. Jika hendak menjalani tonsilektomi, sebaiknya ketahui dengan baik seperti apa prosedur, efek samping, dan perawatan setelah operasi.
Apa itu tonsilektomi?
Operasi amandel atau tonsilektomi bertujuan untuk mengobati tonsilitis, yakni peradangan pada amandel atau tonsil.
Anak-anak lebih sering melakukan operasi ini karena radang amandel yang berlangsung kronis atau kambuh berulang kali.
Pada kebanyakan kasus, radang amandel dapat sembuh dengan obat radang amandel seperti antibiotik untuk radang tenggorokan.
Namun, bila kondisinya memburuk dan menjadi kronis, dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani operasi pengangkatan amandel.
Amandel adalah sepasang kelenjar yang terletak di belakang tenggorokan.
Sepasang kelenjar ini merupakan bagian dari sistem imun sehingga dapat melawan infeksi virus dan bakteri yang masuk melalui mulut.
Oleh karena itu, amandel juga jadi lebih rentan mengalami infeksi oleh patogen tersebut saat sistem kekebalan tubuh sedang menurun.
Ketika terinfeksi, amandel biasanya akan tampak kemerahan, bengkak, dan muncul rasa sakit pada tenggorokan.
Waktu yang tepat untuk operasi amandel
Pengobatan penyakit radang amandel tidak selalu membutuhkan operasi pengangkatan amandel.
Dokter hanya akan menyarankan tonsilektomi ketika tonsilitis terjadi berulang kali bahkan sampai membuat Anda kesulitan bernapas.
Menurut studi American Family of Physician, ada beberapa kondisi tertentu yang mengharuskan seseorang melakukan operasi pengangkatan amandel atau tonsilektomi, yaitu:
- infeksi amandel terus menerus terjadi,
- sleep apnea, kelainan henti bernapas berkali-kali saat tidur,
- amandel terinfeksi dan membentuk kantong nanah (abses peritonsil),
- obat radang amandel tidak mampu lagi mengatasi bakteri, dan
- adanya tumor pada amandel di kasus jarang terjadi.
Sebelum melakukan tonsilektomi, dokter mungkin akan meminta Anda untuk menimbang pengaruh dari pengangkatan amandel terhadap perubahan kualitas hidup.
Ambil contoh, melakukan operasi amandel karena radang amandel yang sering kambuh mengganggu kegiatan sekolah anak.
Begitupun pada orang dewasa yang mungkin ingin melakukan tonsilektomi karena infeksi amandel berulang menyebabkan gangguan tidur yang menurunkan kualitas tidur.
Prosedur tonsilektomi
Dokter akan melakukan bius total saat melakukan operasi amandel yang memakan waktu 20-30 menit.
Ada dua metode untuk melakukan tonsilektomi atau pengangkatan amandel.
Namun, umumnya dokter lebih sering menggunakan metode diseksi diatermi bipolar untuk mengurangi risiko perdarahan pascaoperasi.
Metode diseksi diatermi bipolar
Metode diseksi diatermi bipolar menggunakan forcep elektris untuk menutup pembuluh darah yang ada di antara amandel dan otot di sekitarnya.
Kemudian, dokter akan mengangkat amandel satu per satu. Cara ini untuk mengeluarkan amandel secara total dan memastikan tidak ada jaringan amandel yang tertinggal.
Metode intrakapsular
Metode tonsilektomi lainnya adalah metode intrakapsular. Operasi amandel ini menggunakan probe elektris untuk memecah dan menghancurkan protein di jaringan amandel.
Probe mengandung larutan garam yang dokter panaskan dengan arus listrik sehingga dapat menghancurkan kelenjar yang ada di lapisan amandel.
Tonsilektomi intrakapsular tidak terlalu berisiko merusak otot dan pembuluh darah sekitar amandel.
Efek samping dan perdarahan setelah operasi amandel
Setiap prosedur operasi pasti memiliki risiko tersendiri, begitu juga dengan tonsilektomi.
Untuk mengurangi rasa sakit setelah operasi, dokter biasanya akan memberikan obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau acetaminophen.
Efek samping yang umum terjadi usai operasi adalah perdarahan.
Akan tetapi, kalau perdarahan berlangsung lama, bisa menyebabkan komplikasi penggumpalan darah pada pembuluh darah vena dalam (deep vein thrombosis atau DVT).
Setelah melakukan operasi amandel, terkadang perdarahan masih terus terjadi. Perdarahan kecil ini umum terjadi tepat setelah operasi atau sekitar 1 minggu di masa pemulihan.
Ada dua jenis perdarahan yang dapat terjadi setelah operasi amandel, yaitu perdarahan primer dan sekunder.
Perdarahan ini dibagi berdasarkan penyebab dan waktu berlangsungnya.
1. Perdarahan primer
Perdarahan primer adalah jenis perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah operasi amandel atau tonsilektomi.
Kondisi ini berhubungan dengan pembuluh arteri utama yang terhubung dengan amandel.
Jika jaringan di sekitar amandel tidak tertutup dengan sempurna oleh jahitan, akan memicu perdarahan pada pembuluh arteri.
Kondisi ini biasanya berbarengan dengan muntah darah dan perdarahan dari mulut atau hidung.
2. Perdarahan sekunder
Jika perdarahan terjadi 24 jam setelah operasi amandel, perdarahan ini disebut dengan perdarahan sekunder.
Penyebab jenis perdarahan adalah bekas jahitan yang lepas setelah operasi amandel.
Bekas jahitan memang akan mulai lepas 5-10 hari setelah operasi. Hal ini adalah proses yang normal dan umumnya menyebabkan sedikit perdarahan.
Ketika menemukan air liur bercampur darah yang banyak, segera konsultasikan ke dokter. Waspadai tanda dan gejala perdarahan lainnya yang meliputi:
- keluar darah merah dari mulut atau hidung,
- terasa menelan banyak darah,
- sering menelan,
- muntah darah berwarna merah terang atau kecokelatan.
Darah kecokelatan adalah darah tua yang bentuknya menyerupai bubuk kopi.
Penting untuk Anda waspadai, perdarahan pascaoperasi yang berlangsung lebih dari 5 hari harus mendapat pertolongan darurat medis.
Pasalnya, jaringan amandel terletak dekat pembuluh arteri utama. Saat arteri terluka akan terjadi perdarahan besar dan berbahaya.
Perawatan yang tepat setelah tonsilektomi
Jika menemukan bercak darah kering dalam air liur kurang dari 5 hari setelah operasi, ini termasuk perdarahan ringan dan tidak perlu Anda khawatirkan.
Segera minum air putih yang banyak dan istirahat yang cukup untuk menghentikan perdarahannya.
Sebagai langkah awal, segera kumur-kumur dengan air dingin untuk membantu menghambat perdarahan.
Selain itu, pastikan kepala tetap dalam posisi yang lebih tinggi untuk mengurangi perdarahan.
Makanan yang perlu Anda konsumsi setelah operasi amandel
Selama pemulihan pascaoperasi amandel, tenggorokan mungkin terasa sedikit kurang nyaman, sakit, atau mungkin berdarah.
Hal ini membuat tenggorokan sakit saat menelan makanan. Padahal, Anda tetap harus mendapatkan asupan gizi yang mencukupi agar cepat sembuh.
Berikut adalah rekomendasi makanan yang baik Anda konsumsi setelah operasi amandel untuk mempercepat pemulihan.
- Es krim dan puding: mengurangi rasa perih atau panas tenggorokan dan membantu mencegah perdarahan pada bagian amandel.
- Air putih, jus apel, dan sup kaldu: mudah Anda telan, mengurangi rasa mual pascaoperasi, dan memenuhi kebutuhan cairan.
- Telur orak-arik, kentang tumbuk, dan sayuran: tekstur lunak dan bisa Anda konsumsi tanpa menambahkan banyak bumbu.
Makanan yang harus Anda hindari setelah operasi amandel
Untuk mempercepat pemulihan, hindari berbagai jenis makanan atau minuman yang memiliki tekstur keras, rasa asam, pedas, dan bersuhu panas.
- Kacang, keripik, atau popcorn: mengiritasi lapisan tenggorokan dan memperparah rasa sakit pada bagian amandel.
- Makanan mengandung asam sitrat tinggi: tomat, jeruk, dan lemon bisa membuat tenggorokan terasa gatal dan sakit.
- Minuman bersoda: memperparah rasa nyeri pada tenggorokan dan mengiritasi lapisan di sekitar amandel.
Jika ingin makan atau minum sesuatu yang panas, dinginkan dulu sampai suhunya hangat.
Pasalnya, suhu panas justru dapat memicu iritasi dan peradangan pada tenggorokan.
Alih-alih membuat cepat sembuh, Anda malah harus menahan rasa sakit tenggorokan yang lebih parah saat makan.
Prosedur tonsilektomi berfungsi untuk mengatasi radang amandel yang sering kambuh.
Operasi amandel efektif mengatasi gangguan tersebut, tetapi tetap memiliki efek samping dan risiko komplikasi.
Anda dapat mengurangi risiko komplikasi dengan mengikuti anjuran dari dokter untuk persiapan sebelum dan perawatan pascaoperasi.