backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Sistem Triase IGD, Alasan Kenapa Pasien Lain Lebih Diutamakan

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Mengenal Sistem Triase IGD, Alasan Kenapa Pasien Lain Lebih Diutamakan

    Pernahkah Anda pergi ke instalasi gawat darurat (IGD), tapi dokter justru mendahulukan penanganan pada pasien lain yang baru datang? Ini tak selalu berarti Anda telah ditelantarkan. Pasalnya, IGD di rumah sakit bisa menerapkan sistem triase (triage) yang mengutamakan penanganan pada pasien dengan kondisi kegawatdaruratan yang lebih parah. Bagaimana prosedur pelakasanaannya?

    Pentingnya sistem triase gawat darurat

    Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh penanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan kondisinya.

    Pasien yang mengalami cedera kepala, tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis yang mengancam nyawa  tentunya perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera ringan.

    Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani korban perang di basis militer.

    Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya membagi pasien ke dalam 3 kategori lengkap, yaitu immediate, urgent, dan non-urgent.

    Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan IGD rumah sakit kebanjiran pasien.

    Contohnya adalah situasi bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien saat itu.

    Dalam kondisi pasien yang membludak, sistem triase IGD dapat membantu menyeleksi pasien yang memerlukan pertolongan pertama secara medis sesegara mungkin.

    Untuk mengetahui pasien yang lebih dipioritaskan, tenaga medis akan melakukan klasifikasi gawat darurat setiap pasien sesuai dengan kondisinya.

    Kategori pasien dalam triase IGD

    masuk IGD

    Dalam mengategorikan pasien yang masuk ruang gawat darurat, tenaga medis membedakan pasien berdasarkan kode warna, mulai dari merah, kuning, hijau, putih dan hitam.

    Apa arti dari warna-warna ini?

    1. Merah

    Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien pioritas pertama yang berada dalam kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin.

    Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien akan meninggal.

    Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena serangan jantung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami perdarahan luar yang besar.

    2. Kuning

    Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan segera, tetapi penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien dalam kondisi stabil.

    Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih memerlukan penanganan medis yang cepat.

    Pasalnya, kondisi pasien tetap bisa memburuk dengan cepat dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ.

    Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah pasien dengan patah tulang di beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian, luka bakar derajat tinggi, dan trauma kepala ringan.

    3. Hijau

    Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit).

    Ketika tenaga medis telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas ketiga.

    Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam kategori triase gawat darurat ini.

    Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan.

    4. Putih

    Pasien yang mengalami cedera minimal yang tidak memerlukan penanganan medis secara khusus atau hanya membutuhkan obat-obatan masuk ke dalam kategori putih.

    Pada kondisi ini gejala bisanya tidak berisiko bertambah parah jika pengobatan tidak segera diberikan.

    5. Hitam

    Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis, tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal.

    Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang bisa menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.

    Tata cara dan prosedur triase gawat darurat

    perbedaan UGD dan IGD

    Saat tiba di IGD, dokter akan langsung memeriksa kondisi pasien secara cepat. Pemeriksaan akan mengutamakan pengecekan tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah.

    Dokter juga akan memeriksa seberapa parah luka atau cedera yang terlihat.

    Setelah melakukan pemeriksaan cepat, dokter dan perawat akan menentukan status triase berdasarkan warna yang sesuai dengan kondisi pasien.

    Pioritas penanganan akan diutamakan untuk pasien dengan triase merah jika tenaga medis yang tersedia terbatas.

    Namun, setiap pasien bisa langsung mendapatkan perawatan luka atau gejala lain yang sesuai jika jumlah tenaga medis cukup untuk menangani pasien.

    Meskipun begitu, menurut penjelasan dalam buku Emergency Department Triage, status triase gawat darurat dapat berubah.

    Artinya, tenaga medis menilai kondisi pasien secara berulang selama berada di IGD ataupun ketika diberikan perawatan.

    Jika pasien yang berstatus triase merah telah mendapat penanganan, melalui bantuan pernapasan misalnya, dan kondisinya sudah lebih stabil, status triase pasien bisa berubah menjadi kuning.

    Sebaliknya, bila pasien berstatus triase kuning yang kondisinya bertambah parah, statusnya bisa berubah menjadi triase merah.

    Oleh karena itu, sistem triase IGD yang baik harus melakukan pemantauan kondisi secara berkala pada setiap pasien dan memberikan penanganan yang tepat sesuai perubahan kondisinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan