Susu kambing adalah salah satu alternatif terbaik dari susu sapi karena kaya akan vitamin dan mineral. Selain diolah menjadi bahan pangan, susu kambing ternyata juga dapat dibuat menjadi sabun mandi.
Bahkan, produk skincare ini diklaim punya lebih banyak manfaat dibandingkan sabun mandi komersil. Benarkah?
Kekurangan sabun mandi biasa
Kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan sabun mandi biasa atas alasan kenyamanan. Akan tetapi, tak selamanya yang praktis dan murah meriah selalu lebih unggul.
Sabun pembersih tubuh komersil sebenarnya adalah produk detergen sintetik. Sabun mandi yang diproduksi massal biasanya memiliki pH tinggi karena mengandung zat kimia yang mungkin dapat merugikan kulit bila digunakan secara berlebihan.
Dibandingkan sabun susu kambing, sabun yang mengandung detergen lebih populer karena berbusa dan ampuh sebagai penghilang kotoran. Namun, detergen juga bersifat alkali. Alkali dapat mengubah keseimbangan pH kulit sehingga kulit menjadi kering.
Kulit memiliki lapisan yang bertindak sebagai pelindung terhadap bakteri, virus, racun, iritan, dan hal lain yang berpotensi menembus kulit. Apapun yang mengganggu pH lapisan pelindung ini dapat menyebabkan peradangan pada kulit.
Menurut sebuah penelitian terbitan jurnal Skin Pharmacology and Physiology, sekitar 90 menit setelah mencuci dengan sabun, pH kulit tangan ternyata belum sepenuhnya kembali normal. Nilai pH kulit yang seimbang adalah 4,7 – 5,75.
Perubahan pH bisa menciptakan lingkungan ideal bagi bakteri untuk berkembang biak dan meningkatkan risiko iritasi. Hasilnya, kulit lebih rentan terhadap dermatitis kontak, dermatitis atopik, infeksi jamur, dan masalah kulit lain yang berkaitan dengan jerawat.
Beda dengan sabun susu kambing, sabun mandi komersil biasanya juga memiliki zat pewangi dan pewarna tambahan. Berbagai zat ini dapat menyebabkan kekeringan kulit sekaligus memicu reaksi alergi, terutama pada kulit yang sensitif.
Sabun antibakteri yang dinilai unggul bahkan dapat memiliki bahan kimia yang lebih keras seperti triclosan dan triclocarban. Keduanya diduga meningkatkan risiko bakteri menjadi lebih kuat terhadap zat antibakteri dalam sabun.