backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Anda Sering Dibilang Sensitif? Bisa Jadi Ini Bawaan Genetik

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 15/06/2020

    Anda Sering Dibilang Sensitif? Bisa Jadi Ini Bawaan Genetik

    Apakah Anda termasuk orang sensitif yang gampang merasakan emosi? Beberapa orang memang lebih sensitif dan sifat ini ternyata tidak hanya berhubungan dengan kepribadian. Menurut sebuah penelitian terbaru di Inggris, sifat sensitif Anda bisa jadi merupakan bawaan genetik dari orangtua.

    Selama bertahun-tahun, banyak peneliti mencari kaitan antara kepribadian dan kondisi genetik. Siapa sangka, kumpulan gen yang menyusun tubuh seseorang ternyata juga berperan dalam membentuk kepribadiannya. Seperti apa penjelasan ilmiahnya?

    Menentukan kaitan sifat sensitif dan bawaan genetik

    sifat sensitif genetik laki-laki menangis

    Ada banyak faktor yang membuat seseorang memiliki sifat sensitif. Menurut penelitian terbaru yang dipimpin oleh Queen Mary University of London, Inggris, hampir sebagian dari faktor-faktor tersebut adalah bawaan genetik.

    Dalam studi ini, para peneliti membandingkan pasangan gen dari anak kembar identik dan non-identik berusia 17 tahun. Tujuannya adalah untuk melihat efek yang muncul pada gen setelah anak-anak ini mendapatkan pengalaman positif dan negatif.

    Para peneliti ingin melihat seberapa sensitif gen-gen tersebut. Dengan cara ini, mereka ingin mengetahui apakah faktor genetik memiliki peran lebih besar dalam membentuk kepribadian dibandingkan pengaruh lingkungan.

    Studi ini melibatkan kepribadian anak kembar sebab kembar identik memiliki gen yang sama persis, sedangkan kembar non-identik tidak. Jika sepasang anak kembar identik tidak punya sifat sensitif yang sama, artinya sifat ini memang berbeda pada tiap orang dan tidak ada kaitannya dengan faktor genetik.

    Para peserta penelitian diminta mengisi kuesioner yang dibuat oleh Michael Pluess, pimpinan penelitian yang juga seorang profesor psikologi perkembangan. Kuesioner tersebut digunakan menilai seberapa sensitif mereka terhadap lingkungan sekitarnya.

    Kuesioner tersebut juga menilai jenis sifat sensitif yang mereka miliki, yakni antara lebih sensitif terhadap pengalaman positif atau negatif. Jawaban dalam kuesioner juga akan diteliti dan dihubungkan dengan pola asuh orangtua.

    Para peneliti juga mengaitkan sifat sensitif para peserta dengan ciri kepribadian yang dikenal Teori Kepribadian Model Lima Besar (Big Five Personality). Kelimanya adalah keterbukaan, kehati-hatian, ekstraversi, kemudahan untuk akur, dan neurotisme.

    Menjadi sensitif adalah faktor genetik?

    kenapa saya masih jomblo

    Setelah diteliti, ternyata sekitar 47% perbedaan sifat sensitif seseorang ditentukan oleh faktor genetiknya. Sementara itu, 53% sisanya adalah hasil dari pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini rupanya memengaruhi kepribadian dengan cukup seimbang.

    Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa faktor genetik ikut menentukan apakah anak lebih peka terhadap pengalaman positif atau negatif. Apabila anak lebih peka terhadap pengalaman negatif, ini mungkin karena anak lebih mudah stres saat menghadapi situasi sulit.

    Sebaliknya, anak yang lebih peka terhadap pengalaman positif mungkin diasuh dengan baik oleh orangtuanya dan mendapatkan pengaruh baik dari sekolahnya. Kedua faktor ini membuat mereka mampu menghadapi situasi sulit dengan lebih baik.

    Para peneliti juga melihat hubungan antara faktor genetik, sifat sensitif, dan ciri dalam Teori Kepribadian Model Lima Besar. Menurut hasil analisis, ada faktor genetik yang sama dalam sifat sensitif, neurotisme, dan ekstraversi.

    Neurotisme adalah sifat yang membuat seseorang lebih mudah marah, cemas, ragu pada diri sendiri, dan emosi negatif lainnya. Sementara ekstraversi menandakan seberapa sosial dan terbuka seseorang kepada lingkungannya (sikap ekstrover).

    Tips mengelola sifat sensitif

    cara meditasi

    Sifat sensitif adalah karakter yang sangat umum. Sifat ini bisa menjadi suatu kelebihan sekaligus kekurangan, tergantung efeknya bagi Anda. Namun, satu hal yang pasti, sifat sensitif bukanlah kelemahan ataupun sesuatu yang buruk.

    Walaupun melelahkan, jangan sampai sifat sensitif yang Anda miliki membuat Anda menarik diri dari kegiatan yang Anda sukai. Jangan biarkan kecerdasan emosional yang tinggi membuat Anda mengasingkan diri atau memaksa Anda menjadi orang lain.

    Wajar apabila sifat ini membuat Anda kewalahan. Anda dapat mengatasi perasaan sensitif dengan beberapa langkah sederhana berikut.

    • Berlatih mindfulness, yakni fokus pada apa yang Anda rasakan saat ini dengan cara memisahkan pikiran-pikiran lain yang memenuhi kepala Anda.
    • Mengubah cara berpikir, misalnya dengan tidak menduga-duga sesuatu yang belum pasti saat menghadapi masalah.
    • Mengalihkan emosi dengan kegiatan yang Anda suka.
    • Menulis jurnal harian tentang emosi yang Anda rasakan.
    • Merawat diri dengan makan makanan bergizi, tidur cukup, dan sebagainya.

    Jika Anda memiliki sifat sensitif, ingatlah bahwa ini merupakan bawaan genetik yang membentuk diri Anda. Dengan pengelolaan emosi, Anda bahkan bisa menjadikan sifat ini sebagai suatu kelebihan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 15/06/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan